kutilkuda1202Avatar border
TS
kutilkuda1202
[CURHAT] Anakku Meninggal Tak Terurus Saat Aku Jadi TKW
NOTE: Kisah ini NYATA dari salah satu relasi TS kutilkuda. Nama dan lokasi disamarkan. Komentar akan dibalas oleh narasumber 24 jam setelah thread di rilis. 

"Aku ingin pulang.. Ingin cepat pulang dan menemui anakku, sebelum aku benar benar tidak bisa melihat tubuhnya selamanya..", pikirku dalam hati sambil aku menangis terisak-isak.

Seperti itulah yang ada dipikiranku saat itu. Kejadian pahit yang kualami sepuluh tahun lalu, tetapi masih membekas. Penyesalan yang menusuk hatiku terus menerus mengintimidasi hidupku sepuluh tahun ini. 

Sebelum aku menceritakan isi hatiku, perkenankan aku mengucapkan terimakasih kepada sahabat ku "TS kutilkuda" yang sudah mengijinkan aku mencurahkan hatiku di forum ini. Aku ingin apa yang ku alami ini menjadi pembelajaran berharga bagi para pembaca kaskusers semuanya. Bahwa keluarga lebih penting daripada harta dunia, apalagi buah hati. 

Perkenalkan, namaku Hastuti. Teman teman dan keluargaku memanggil namaku Tuti. Umurku saat ini 37 tahun. Suamiku telah meninggal dunia dua tahun lalu karena penyakit TBC tulang yang menyebabkan kakinya mendadak tidak bisa berjalan, dan kelumpuhan itu menjalar hingga merenggut nyawanya di usia nya yang masih produktif, yaitu 40 tahun. Aku juga dikaruniai dua orang anak, yang pertama laki laki saat ini sudah SMA kelas tiga, tahun depan ia akan lulus dari SMP. Sedangkan anak keduaku berjenis kelamin perempuan, dan ia harus kembali ke sang pencipta. Peristiwa inilah yang membekas di hatiku.

Semua berawal karena suamiku di PHK pada tahun 2007. Saat itu usiaku masih 24 tahun. Anak pertamaku bernama Danar masih berusia 7 tahun, dan adiknya masih tiga tahun. Kalian pasti paham bagaimana beratnya biaya mengurus anak balita dengan kondisi suami di PHK. Aku saat itu hanya berjualan warung di depan rumah sambil mengurus Danar yang masih 4 tahun, dan anak bayiku. 

Kami berdua memang bukan dari keluarga kaya dan berpendidikan tinggi. Suamiku hanya lulusan STM dengan ijazah yang telah hilang. Ijazah itu sengaja diambil oleh mantan istri pertamanya yang ia ceraikan. Mantan istrinya memang belum memiliki anak tetapi mereka menikah karena suamiku ketahuan melakukan hubungan badan saat suamiku duduk di kelas 3 STM. Sehingga suamiku dipaksa menikah dengan mantan istrinya di usia masih 18 tahun. 

Dua tahun menikah, ternyata kehidupan suamiku makin memburuk. Ia bekerja sebagai buruh pabrik di Jakarta, tetapi keuangan nya tidak membaik. Ia makin frustasi dan berakhir dengan mabuk serta pergaulan bebas. Hal ini memicu pertengkaran di antara mereka. Sehingga di usianya yang masih 21 tahun, suamiku sudah menjadi duda tanpa keturunan. Mereka bercerai tetapi istrinya mencuri ijazah suamiku dan membakar nya. Hal inilah yang membuat suamiku susah mencari kerja di Jakarta, dan memutuskan merantau ke Jawa Tengah.

Empat tahun bekerja di Semarang, ternyata membuat hidup suamiku lebih baik. Dan di kota inilah aku bertemu dengan nya. Aku dan suamiku akhirnya menikah di tahun 2002 kamipun menikah. Setahun kemudian, Danar lahir. Di sini, suamiku bekerja sebagai buruh pabrik. Hingga di tahun 2007 terjadilah masalah yang menimpa keluarga kami khususnya dalam hal perekonomian. Karena suamiku frustasi, ia kembali melakukan kebiasaan buruk nya yang lama. Ia mulai mabuk mabuk dan pergaulan yang tidak baik. Ia sering tidak pulang, dan kalau pulang kondisi mabuk. 

Bukannya cepat cari kerja, dia malah menambah hutang dengan mabuk dan berkumpul dengan orang orang yang suka judi dan pergaulan tidak baik. Dia lupa kalau ada anak anak yang butuh diberi makan. Jujur, saat itu aku selalu emosi dan marah marah dengan suamiku. Rasanya kecewa dan ingin dia cepat sadar dan bekerja. Tetapi setiap kali kutegur, selalu marah marah dan memecahkan barang barang di rumah. Akhirnya kudiamkan saja, dan aku mencoba mencari jalan lain untuk memenuhi kebutuhan. Aku mendaftar menjadi TKW ke Singapura. Berbekal ijazah SMP dan ikut pelatihan serta uang pinjaman dari ibuku di Desa, aku bisa berangkat ke Singapura. 

Danar dan adik bayinya ku titipkan suamiku. Suamiku berjanji akan merawat dan menjaganya dengan catatan selalu ada uang yang ditranfer tiap bulan. Aku menyetujui dan percayakan semuanya pada suamiku. Aku fokus bekerja jadi TKW alias pembantu rumah tangga di Singapura. Bersih-bersih toilet, membuatkan makan lansia, membasuh lansia, mengganti popok dewasa, dan semua hal tentang merawat lansia menjadi tugasku saat itu. Aku lakukan demi anak anakku agar bisa makan dan terpenuhi kebutuhannya.

Aku kirimkan uang dan surat untuk anak anakku. Suamiku juga mengirimkan foto lewat MMS Nokia kala itu. Setidaknya kebutuhan anak anak tercukupi, dan pastinya uang jajan untuk suamiku. Seminggu sekali aku sempatkan menelpon anak anakku. Karena di tahun 2007 tidak secanggih sekarang, dan biaya juga tidak murah seperti sekarang yang tinggal pakai whatsaap atau email saja bisa. Hingga selama tiga tahun aku tidak pulang, dan aku bisa membangun rumah serta menyekolahkan Danar. 

Tetapi disaat aku kerja keras di Singapura, suamiku ternyata seperti dimanjakan. Ia semakin menjadi jadi, kesetanan dan tidak tahu diri. Anakku memang dibelikan apa yang dia mau. Tetapi tidak diperhatikan, hanya diberi makan dan ditinggal. Bayiku? Bayiku dititipkan pada adiknya dari keluarga besar. Sungguh tidak kuduga, dan aku mengetahui setelah kejadian buruk ini terjadi. 

Saat itu suamiku menitipkan anakku di rumah adiknya di desa. Di rumah adiknya ada sumur pendek yang tingginya hanya 30 cm dari tanah tetapi kedalamannya sampai 8 meter. Saat itu anakku bermain di dekat sumur, karena umurnya masih lima tahun jadi dia berjalan jalan di dekat sumur. Ina (nama adik suamiku) sedang tidur di kamar. Menurut penjelasan dari Ina, saat itu ia akan menidurkan anakku di siang itu. Tetapi ia ikut ketiduran, tetapi anakku malah tidak tidur dan bermain di dekat sumur belakang rumah. 

Ternyata malang nasib anakku. Anakku terpeleset dan masuk ke dalam sumur. Siang itu, semua orang sedang sibuk di sawah sehingga jarang ada yang di rumah. Ina masih tidur dengan pulas, dan anakku tidak terselamatkan. 30 menit ia berada dalam air sumur dan tenggelam disana. Saat Ina bangun, ia mencari anakku dan ternyata tercebur di sumur belakang rumahnya. 

Jujur sampai saat ini. Aku menyesal, mengapa aku harus pergi ke luar negri. Mengapa aku malah memilih bekerja dan memasrahkan anakku pada suamiku. Jujur penyesalan ini tidak ada habisnya. Aku benar benar kecewa dan marah hingga saat ini. Rasa penyesalan ini terus mengintimidasiku. Hingga suamiku meninggalpun, aku tetap merasa kecewa dan marah pada almarhum suamiku, serta aku juga membenci diriku sendiri. 

"Bila waktu bisa diputar lagi,
lebih baik dulu aku kekurangan dan bekerja sedikit hasilnya
tetapi bisa merawat Danar dan anak bayiku...
Gara gara aku jadi TKW, anakku malah meninggal dunia...."




Sekian.
Tuti. Jawa Tengah
berodinAvatar border
HeidymahraniAvatar border
tien212700Avatar border
tien212700 dan 34 lainnya memberi reputasi
33
5.7K
88
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan