pacific.frontAvatar border
TS
pacific.front
Iver Huitfeldt Class Frigate | Langkah Menuju Blue Water Navy


Saat sedang mencari topik untuk artikel saya berikutnya untuk TNI-AL, saya sempat kebingungan, apa kira-kira topik yang menarik. Karena keterbatasan pengetahuan saya pribadi akan kapal-kapal TNI-AL. Yang saya tahu pasti, TNI-AL butuh banyak kapal baru, terutama kapal kombatan.

Muncul lah satu jenis kapal yang ada di urutan pertama google. Kapal Iver Huitfeldt Class Frigates. Setelah saya cari tahu infonya lebih lanjut, ternyata kapal ini baru saja dipilih untuk menggantikan kapal Kelas Ahmad Yani yang sudah beroperasi sejak tahun 80an dan kabarnya akan dipensiunkan di tahun 2022.

Cerita dibalik pembuatan kapal Iver Huitfeldt sendiri membuat saya terkesan. Jadi, jangan ke mana-mana dulu yaa Gan!

Halo semuanya! Kembali lagi bersama Pacific Front! Channel YouTube yang membahas topik-topik dan peralatan militer, terutama untuk kebutuhan TNI!

Artikel militer lainnya dari Pacific Front bisa dilihat di sini

Frigate Masa Depan TNI-AL
Kapal kelas Iver Huitfeldt pertama kali muncul di media-media Indonesia dan Formil tahun 2016. Ketika menteri pertahanan saat itu Ryamizard Ryacudu mengunjungi kapal HDMS Peter Willemoes di Denmark. Sejak saat itu, kapal ini menjadi salah satu yang bersaing di program fregat baru TNI-AL.

Lalu Februari kemarin, delegasi dari Indonesia kembali mengunjungi Denmark dan diajak berkeliling melihat kapal ketiga dari kelas yang sama, yaitu HDMS Niels Juel. Tidak lama kemudian, tepatnya di akhir April 2020, Kementerian Pertahanan menandatangani pembukaan kontrak (preamble contract) yang membuka jalan Indonesia untuk mendapatkan fregat Denmark ini.

Kontrak ini ditandatangani dengan dihadiri perwakilan dari Kemenhan, PT. PAL, PT. Sinar Kokoh Persada, dan agen Indonesia untuk perusahaan Denmark Odense Maritime Technology. PT. PAL didampingi Denmark ditugaskan untuk membuat dua kapal dalam jangka waktu 5 tahun. Dengan nilai kontrak sebesar 1.1 triliun rupiah (USD 720 million).

Spesifikasi Iver Huitfeldt
Iver Huitfeldt memiliki panjang 138m, beam 19.75m, dan draught 5.3 m, dan memiliki bobot 6600 ton. Ditenagai 4 MTU 8000 20V M70 Diesel Engines, kapal ini dapat berlayar dengan kecepatan sampai 30 knots dan jarak operasional sejauh 9000 nm di 15 knots. Kapal ini diawaki oleh 117 kru dan memiliki total akomodasi sampai 165 orang. Biasanya kru tambahannya adalah spesialis. Termasuk diantaranya kru helikopter, petugas medis, intelijen, atau pasukan khusus.

Misi utama Iver Huitfeldt adalah pertahanan udara dan pertempuran permukaan, dan pertempuran anti kapal selam sebagai misi keduanya. Itulah mengapa persenjataan Iver Huitfeldt lebih diutamakan untuk menjalankan misi tersebut. Diantaranya 4 Mk 41 VLS dengan 32 SM-2 IIIA rudal permukaan ke udara (SAM), 2 Mk 56 VLS dengan 24 RIM-162 Evolved Sea Sparrow Missile, 8 - 16 rudal permukaan ke permukaan Harpoon block II (SSM), Oerlikon 35mm CIWS, 2 OTO Melara 76mm, 2 dual MU90 Impact torpedo anti kapal selam.

Didukung oleh radar dan sensor seperti Thales Nederland SMART-L long-range air and surface radar, Thales Nederland APAR air and surface search, tracking, and guidance radar (I Band), Terma SCANTER 6000 surveillance and helicopter guidance radar, Atlas ASO 94 hull mounted sonar, 2 Saab CEROS 200 fire control radar, dan ES-3701 Tactical Radar Electronic Support Measures (ESM).

Filosofi Iver Huitfeldt
Ada beberapa hal yang membuat saya terkesan akan kapal ini. Dimulai dari proses desain. Kapal ini dibuat menggunakan hull yang sama dari Absalon Class Support Ship. Dengan memanfaatkan desain, komponen, supplier, dan alur produksi yang sama dengan pendahulunya, Iver Huitfeldt dapat dibangun dengan lebih cepat dan harga yang relatif lebih murah dibandingkan kapal sejenis lainnya.

Selanjutnya adalah membangun dalam bentuk modul atau blok. Dengan metode ini bagian-bagian kapal dapat dibangun secara bersamaan di beberapa galangan kapal lalu dirakit di satu tempat. Mengurangi durasi pembangunan kapal.

Terakhir adalah memiliki visi ke depan. Angkatan laut kerajaan Denmark menyadari sejak awal kalau kapal ini akan ditingkatkan kemampuannya di masa depan. Sehingga mereka menyiapkan “ruang tumbuh” untuk kapal ini. Sebagai contoh, kapal ini punya dua kali lipat power dan sistem pendingin dari yang dibutuhkan saat ini. Memiliki ekstra ruang untuk penambahan kabel, memiliki modul misi yang fleksibel dengan memanfaatkan shipping container berukuran 20 ft, dan banyak palka dan panel. Ini berfungsi untuk memudahkan keluar masuk peralatan dan sistem baru tanpa harus memotong lambung kapal bila tidak perlu.

Mantan manajer program dari kapal ini, Capt. Per Hesselberg dari angkatan laut Kerajaan Denmark saat diwawancara mengatakan:

“... it costs almost nothing if you do it in advance.”

Dengan kata lain, jika kita mempersiapkan kapal ini sejak awal agar dapat, katakanlah “bertumbuh”, akan memudahkan pekerjaan kita nanti, dari segi waktu dan biaya.

Bagaimana Konfigurasi TNI-AL?
Sejauh yang saya tahu, belum ada pemberitaan resmi mengenai persenjataan dan radar yang akan digunakan untuk TNI-AL. Saya berharap radar dan sensor yang akan digunakan sama atau melebihi spesifikasi Denmark.

Untuk urusan persenjataan saya hanya mendapat berita dari Defense Studies Blog. Apakah spesifikasi ini benar atau tidak, saya masih belum bisa memastikan sampai adanya pemberitaan resmi dari pihak-pihak yang terlibat di dalam proyek ini. Persenjataan yang dimaksud adalah Leonardo 76mm cannon, Rheinmetall Millenium Gun 35mm CIWS, 8 rudal anti kapal MBDA Exocet MM40 Block 3, 16 tabung peluncur rudal anti pesawat MBDA VL MICA, 2 triple Leonardo A244S Torpedo, dan 2 senapan mesin FN M3 12.7mm.

Dari segi fungsi sebenarnya sama dengan yang dimiliki Denmark. Hanya perusahaan pembuatannya saja yang berbeda.

Tantangan
Tantangan yang akan dihadapi kapal ini nanti saat operasional tentu untuk menghadapi China di Laut China Selatan. Setidaknya bisa menyeimbangkan kekuatan laut di area itu.

Dua kapal tentu tidak akan cukup untuk mengawasi luasnya perairan Indonesia, apalagi untuk menghadapi armada Type 052D dan Type 055 angkatan laut China. 6 kapal untuk menggantikan semua kapal kelas Ahmad Yani pun masih kurang sepertinya. Kalau menurut saya pribadi, TNI-AL setidaknya membutuhkan 9 kapal untuk melengkapi Koarmada I, II, dan III. Dan kalau anggaran keuangan bukan halangan, mungkin idealnya TNI-AL punya 18 - 24 kapal. Inginnya sih gitu!

Bagaimana menurut agan?
Setuju kalau TNI-AL punya 24 kapal kelas Iver Huitfeldt?
Atau masih kurang?
Tulis pendapat agan di kolom komentar yaa!

Dan jangan lupa, cendol nya gan!


Lihat video:




0
4.4K
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan