Pada tanggal 23 Januari 1556, tepatnya di pagi hari, suasana kota Shaanxi seketika berubah menjadi gempar tatkala bumi berguncang hebat dengan sendirinya. Para warga Dinasti Ming (Dinasti Tiongkok yang berkuasa saat itu) langsung berhamburan keluar menuju jalanan. Pasca guncangan tersebut berhenti, wilayah kota pun hancur berantakan. Gedung-gedung tinggi dan rumah warga kini hanya tersisa puing-puingnya saja. Sekitar 60% populasi penduduk kota tersebut dinyatakan meninggal dunia.





Menurut catatan sejarah, Gempa tersebut diprediksi berkekuatan magnitudo 8,0 Mw dengan skala Mercalli mencapai level XI (11 atau sebelas). Sementara titik pusat gempa itu sendiri, berada di Lembah Sungai Wei, Provinsi Shaanxi, dekat distrik Huazhou, sebuah distrik di Tiongkok yang berada diantara kota Weinan dan Huayin. Selama mengguncang wilayah Shaanxi, gempa tersebut juga menimbulkan dampak serupa di beberapa wilayah Tiongkok lainnya, mulai dari Henan, Gansu, Hebei, Shandong, Hubei, Hunan, Jiangsu, Anhui, Beijing, Chengdu bahkan hingga wilayah Shanghai. Total luas wilayah yang terkena dampak gempa sebesar 840 KM (52 mil).

Gempa tersebut rupanya memicu terjadinya longsor di sejumlah wilayah. Alhasil, jumlah korban jiwa yang tercatat dalam peristiwa tersebut, kian bertambah banyak. Sejarah menyebutkan bahwa jumlah korban jiwa yang melayang dalam peristiwa ini mencapai angka 830.000 orang. Gempa ini menjadi peristiwa gempa bumi pertama di dunia yang memakan korban jiwa dalam jumlah yang sangat-sangat-sangat banyak. Oh ya, gempa ini juga menjadi bencana alam paling mematikan ketiga sepanjang sejarah dunia. Oh ya buat yang penasaran sama daftar "Bencana Alam Paling Mematikan Sepanjang Sejarah Dunia", bisa klik link di tulisan yang berwarna kuning tadi. Pasca gempa tersebut, beberapa gempa susulan turut terjadi dalam intensitas sekali dalam sebulan selama 6 bulan lamanya (artinya ada 6 kali gempa susulan selama 6 bulan terakhir).

Kabar mengenai Gempa tersebut mulai menjadi buah bibir dunia setelah seorang penjelajah asal Portugis bernama Gaspar Da Cruz datang ke Tiongkok di tahun yang sama (1556). Kala itu, Gaspar mengunjungi kota Guangzhou dalam salah satu kunjungannya. Ia pun mencatat semua detail mengenai peristiwa tersebut dalam bukunya yang berjudul "A Treatise of China", dirilis pada tahun 1569. Gaspar juga menjadi saksi peristiwa penampakan "Komet Besar" pada Februari 1556 di langit Eropa.





Dari kedua peristiwa yang Ia saksikan tersebut, Ia pun berasumsi bahwa semua itu adalah hukuman dari Yang Maha Kuasa atas dosa-dosa para manusia. Tapi di sisi lain, Ia juga berasumsi bahwa kedua hal tersebut merupakan pertanda akan datangnya sosok Antikristus/Dajjal...mungkin??