miniadilaAvatar border
TS
miniadila
Surat Cinta Penuh Kerinduan untuk Ibu di Surga

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Dear, Ibu tercinta


Ibu ... lewat untaian kata ini, aku ingin mengungkapkan betapa rindu akan hadirmu. Ibu, dalam rintih aku mengenangmu. Tiap detik selalu merindukan kasih sayangmu. Aku teringat malam itu, mungkin itulah malam terakhir diriku seharusnya mendengar suaramu di ujung telepon. Namun, lagi-lagi Allah menunjukkan yang lain, aku tidak sengaja mengabaikan panggilan telepon darimu dan lebih asyik mengikuti acara istighosah yang dilaksanakan tiap malam Jum'at.

Ibu ... maafkan aku! Begitu acara istighosah selesai dan baru melihat layar hape menjelang dini hari, diriku memutuskan ingin menghubungi Ibu keesokan harinya. Namun, Allah lagi-lagi berkehendak lain. Usai waktu Subuh, Bapak justru menghubungi lebih dulu, mengabarkan jika Ibu mendadak dalam keadaan tidak baik-baik saja. Seketika tubuh ini yang sedang mengandung cucumu lunglai dan luruh ke lantai.

Ibu ... dalam keadaan hati kacau dan air mata berlinang di pipi, aku bergegas mengemasi pakaian dan memasukkan ke dalam tas. Bersama suami kutempuh jarak dari Bekasi ke Bogor. Namun, lagi-lagi Allah berkehendak, saat menuju terminal Bekasi kami tersesat untuk beberapa lamanya. Kami sadar karena memang baru satu bulan tinggal di Bekasi saat itu. Setelah meminta tolong tukang ojek, akhirnya kami tiba di terminal dan bergegas menumpang ke bus jurusan Bogor.

Ibu ... maafkan aku! Nyatanya dalam hitungan menit kami terlambat datang bertemu denganmu. Tangisku langsung pecah dan beberapa saat pingsan setelah melihat tubuh kakumu telah tertutup kain batik.

Ibu ... rasanya aku tidak kuat menulis surat cinta sarat kerinduan ini untukmu. Menceritakan lagi semua yang terjadi pada Ibu. Jum'at, 9 November 2012, engkau dipanggil keribaan-Nya. Sepanjang perjalanan Bogor-Solo kupeluk tubuh kakumu yang terbungkus kain kafan. Dalam rintihan aku berharap Ibu bergerak dan membuka mata. Namun, engkau tetap saja bergeming.

Ibu ... lebih dari 8 tahun engkau telah meninggalkanku di sini. Aku rindu membenamkan wajah di pangkuanmu. Aku rindu mendengarkan nasihat darimu. Aku rindu bercanda dan bercengkerama bersama denganmu.

Ibu ... aku tahu jasadmu memang tak lagi bisa dipandang oleh mata. Dirimu tak lagi bisa dipeluk manja. Ibu, dengan segala kerinduan ini, aku hanya ingin menyampaikan rasa penyesalan belum bisa membahagiakan semasa hidupmu.

Ibu ... dirimu memang tak meninggalkan warisan berbentuk benda berharga. Namun, kasih sayang dan nasihatmu adalah warisan yang lebih bernilai dari intan berlian. Aku akan tetap berusaha mengingat semua nasihatmu, Ibu.

Ibu ... aku begitu kehilanganmu. Kehilangan tempat ternyaman dalam hidupku. Pangkuan hangat saat diriku membenamkan wajah dalam tangis.

Ibu ... terima kasih kuucapkan tiada tara untuk semua kasih sayang yang telah tercurah hingga akhir hayatmu. Peluk dan cium dariku untukmu yang telah damai di sisi-Nya.

Ibu ... akhir dari untaian kata ini, aku hanya bisa berdoa, semoga engkau damai dalam tidur panjangmu. Aku selalu menyayangimu. Al Fatihah untukmu, Ibu.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Sangkapura, 080221




Quote:


Sumber: Opini Pribadi
Pict: Dokpri dan Pinterest





Rainbow555Avatar border
risky.jahatAvatar border
tien212700Avatar border
tien212700 dan 11 lainnya memberi reputasi
12
1.6K
29
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan