foto / dokpri

Aku bukan orang romantis yang pandai membuat kata-kata manis, ataupun membelikan hadiah seperti laki-laki lain. Aku adalah aku yang kamu juga sudah tahu bagaimana.

Terkadang kita bertengkar, tak jarang kita bermusuhan tapi lebih banyak kita memadu kasih sayang. Itulah hidup, beginilah dramanya.

Kita sudah saling mengenal hampir sembilan tahun lamanya. Enam tahun kita habiskan bersama sebagai sepasang kekasih. Selanjutnya kita habiskan sebagai pasangan suami istri.

Pastinya selamabya kita akan seperti ini. Karena tidak ada alasan untuk pergi, dan tidak pernah terlintas sedikitpun pikiran untuk mengakhiri.

Sejak awal, aku tidak pernah menjanjikan banyak hal. Dan sampai sekarang pun begitu. Tapi aku bahagia, karena kamu tidak pernah menuntut juga. Kita saling memahami, saling mengerti dalam segala kondisi.

Banyak hal telah kita lewati, dan pasti masih banyak lagi didepan sana nanti. Saling menguatkan dan berpegang tangan, itulah yang selalu kita lakukan. Kita melangkah bersama, melewati tangis dan tawa, suka dan duka semua bersama.

Kehidupan yang kita jalani memang apaadanya, tapi apa ada sempurna di dunia? Aku rasa tidak ada. Sempurna adalah rasa yang bisa kita cipta meski dalam kondisi yang apa adanya.

Banyaknha pertengkaran yang terjadi antara kita selalu berakhir dengan satu kata "maaf", dan pelukan pada akhirnya.

Hal ini membuatku makin yakin kalau memang kamu dihadirkan Tuhan kepadaku, dititipapkan padaku dan dianugerahkan untuk menguatkan dan mendampingi perjalanan panjang hidupku.

Lewat surat ini, aku titipkan ungkapan sayang dan cintaku yang amat dalam untukmu, kekasihku, pasangan hidupku, temanku, sahabatku, kaulah istriku.