arifian61Avatar border
TS
arifian61
Sulur-sulur Kerinduan Yang Menjerat



Hai, kau lelaki yang pernah hadir di hidupku. Apa kabarmu? Bahagia? Aku berdoa itulah yang selalu meliputimu, kebahagiaan.

Aku bingung mesti memulai dari sudut mana. Apa dari sebuah kemaafan. Ya, maafkanlah aku, jika kepergianku meninggalkan jejak pedih di salah satu sudut ruang hatimu. Aku tidak bermaksud dan tak pernah terniat di hati akan melepasmu begitu saja. Satu dan dua hal antara kita memaksaku melakukannya.

Hai, kau lelaki yang namanya tak pernah usang di ruang kepalaku. Aku di sini sendiri. Masih sendiri. Meski banyak lelaki menawarkan mercy, aku tak perduli. Aku masih ingin mencintai lelaki dengan luka yang kuberi. Aku terkurung sesal tak bertepi.

Ah, ya, Mercy. Kamu ingat, K? Dahulu kita pernah berangan-angan, jika kelak takdir menyatukan kita dalam ikatan suci, mercy adalah nama yang ingin kau beri bila seorang bayi perempuan lahir dan hadir dalam keluarga kecil kita. Setelah itu, dengan riangnya kau memadupadankan untuk nama belakang. Kau begitu bungah. Seakan esok adalah hari dimana kau mengucap ijab seraya menjabat tangan ayahku.

K, berpisah denganmu memang keputusanku, tapi bukan inginku. Terlalu rumit bagiku jika harus mengungkapkan yang sebenarnya terjadi di kala itu. Aku sungguh bimbang. Akankah kau percaya jika kujabarkan segalanya? Segala sesuatu yang melatarbelakangi keputusanku.

Restu orang tuamu tidak sepenuhnya tercurah. Dan kau juga tahu itu. Jika sudah begitu, manalah bisa aku menutup mata. Aku dan kamu sangat tahu dan percaya jika ridhonya orang tua adalah ridhonya Allah Ta'ala. Aku tak ingin berpijak di atas tanah retak, K. Namun, kau masih saja mengiba agar aku tak beranjak dari hidupmu.

Andai saat itu kau lebih peka. Aku terluka, K. Jangan berpikir sebab orang tuamu. Bukan. Bukan mereka. Kurasa mereka sudah tak perduli lagi. Tetapi ini saudara lelakimu. Saudara yang seringkali kau banggakan di hadapan orang-orang termasuk aku. Kenyataan yang ada, dia menusukmu dari arah yang tak pernah kau sadari.

Benarlah kata orang lama dulu. Lidah itu tak bertulang. Sesukanya berucap tanpa mengindahkan perasaan hati orang lain. Sekalipun kalimat saudara lelakimu hanya sejengkal. Namun, luar biasa menyakitkan dan meremas-remas harga diriku sebagai perempuan, K. Pedih nian mencintaimu.

Aku tak berharap kau akan mempercayai semua ucapanku. Apalagi mengingat dan menyebut namaku dalam doa-doamu. Tidak, K. Yang 'ku ingin hanya satu. Memberitahumu bahwa pokok cinta dahulu masih kukuh di jambangan kalbu dengan rimbunnya daun-daun bertuliskan namamu. Bantu aku memangkasnya segera. Sebelum aku terlilit oleh sulur-sulur kerinduan padamu seperti dahulu.

Berat kurasa saat menulis surat ini, tapi lebih berat saat aku harus menyudahinya. Selamat tinggal. Berbahagialah bersama wanita terkasihmu.

Dariku, yang telah memberimu pedih.



@arifian61
Wed, 10 February 2021
rirandaraAvatar border
rirandara memberi reputasi
1
439
0
Thread Digembok
Thread Digembok
Komunitas Pilihan