Teruntuk Ibuku tersayang
Yang Tengah Berjuang dalam Kesepian

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh

Mak, begitulah panggilan kesayanganku untukmu. Sebelumnya aku ingin mempersembahakan sebuah lagu ini untukmu. Lagu yang selalu mengingatkan aku akan besar cintamu. Bersama sekuntum mawar putih yang menunjukkan betapa tulus hatimu.



Mak, aku tau kau tak mungkin bisa membaca surat ini karena terbatasnya kemampuanmu akan aksara dan bahasa. Tapi aku yakin, Allah akan menyampaikan setiap kata yang kutuliskan lewat bisikan angin yang berhembus pelan.

Dan Tuhan seluruh semesta akan mengabulkan do'a terbaikku untukmu. Hanya untukmu.

Mak, aku masih suka teringat dengan perjalanan pertama dan terakhir kita. Waktu itu sepanjang perjalanan kau menjaga ku dengan begitu baik. Perjalanan setengah hari yang menguras tenaga dan pikiranmu tak pernah membuatmu mengeluh. Kau tetap kokoh bertahan dalam terik cuaca kala itu.

Jelas teringat dalam anganku ketika kau memangku tubuhku sepanjang perjalanan hari itu. Tak bisa kubayangkan betapa sulitnya menahan beban tubuhku tiap kali jumlah penumpang dan terbatasnya uang memaksamu menahan lelah demi aku.

Sepintas kulihat guratan resah di wajahmu. Namun tak lagi kuhiraukan ketika pemandangan indah yang membentang di sepanjang jalan itu mengalihkan pandanganku. Sawah-sawah dengan aneka tanaman hijau serta beberapa ekor hewan peliharaan yang dilepas bebas oleh si empunya.


Picture: maineke.com

Setiap kali harus berjalan, kau tak berhenti menggandeng tanganku. Seolah engkau takut kehilangan putri bungsumu ini. Ketidakmampuan dalam membaca tak menyurutkan langkahmu untuk kita sampai ke rumah nenek dengan selamat. Tanpa ayah atau sesosok lelaki tangguh menemani.

Begitu kerasnya kau berjuang agar kita sampai di rumah nenek meskipun harus berkali-kali salah jalur atau keliru saat naik angkot. Entah berapa banyak yang yang telah kau rogoh dari tas kecil yang kau tenteng kala itu. Malah karena kasihan, beberapa kali sopir angkot yang kita naiki tak mau menerima uang dari dompet kecilmu.

Jika ketidak-tahuanmu membuat orang maklum maka semangatmu itulah yang membuat aku jadi belajar untuk tak kenal lelah. Semangatmu itulah yang mengajarkan aku untuk terus kuat menjalani kehidupan.
.

Mak, kuharap aku bisa membahagiakan mu di usia senjamu. Karna kutahu demi aku dan kedua kakakku kau tak pernah bisa bahagia dalam hidupmu.

Mak, seharusnya sejak dulu kuminta kau meninggalkan lelaki yang tak lain bapakku demi kebahagianmu. Lelaki itu telah merenggut banyak kebebasanmu dan membuatmu kehilangan banyak kebahagiaan. Lelaki itu telah mengkhianati cintamu dan tak menghilangkan segala kepercayaanmu.

Seharusnya di malam durjana itu kuminta kau berpisah dari lelaki yang tak berhenti menghajar tubuhmu. Agar tak ada lagi lebam di tangan dan kakimu. Supaya tak ada lagi air mata menetes dari mata sayumu.

Namun kini aku mengerti Mak, cintamu dan rasa percayamu kepada bapak menyingkirkan egomu. Setelah aku memiliki anak, aku pun sadar bahwa setiap ibu akan berkorban demi anak-anak mereka. Setiap ibu akan rela menderita dan banyak kehilangan demi kebahagiaan darah daging mereka.

Pikiranmu yang hidup di masa itu tak pernah mengijinkan seorang wanita bercerai dari suaminya. Apapun keadaannya dan apapun alasannya, perceraian adalah jalan terburuk yang tak boleh ditempuh apalagi sekedar dipikirkan.

Terima Kasih Mak, telah berjuang demi aku dan saudari-saudariku. Terima kasih telah bertahan demi kami dan membesarkan kami dengan segala cara.

Terakhir Mak, do'akan selalu agar anakmu ini bisa menjadi orang yang sukses di dunia dan akhirat. Menjadi pribadi yang bisa memberi manfaat pada banyak orang.

Semoga aku masih punya kesempatan merawat dan menjagamu selayaknya kau menjagaku di waktu kecil dulu. Aku yakin jika seluruh dunia beserta isinya kuberikan padaku, belumlah bisa menggantikan semua pengorbananmu.

Sehat selalu ya Mak, dari anakmu yang masih belum bisa sepenuhnya berbakti padamu. I Love You Mak, ibuku tersayang

Wassalamu'alaikum warahmatullahi


Batu, 11 Februari 2021

L13sk@