Satu minggu yang lalu, aku berkenalan dengan wanita bernama Astrid. Dia adalah seorang janda berusia lima puluh tiga tahun yang tak memiliki anak dan tentunya suami.

Sumber

Dia adalah salah satu wanita tercantik di daerah tempatku tinggal. Sebagai seorang yang sudah berkepala lima, dia tergolong awet muda.

Tanda-tanda penuaan di wajah dan seluruh tubuhnya, hampir tak terlihat. Malah, dia tampak seperti perempuan berusia dua puluh tahunan. Dan lagi, kecantikan serta keawetmudaannya itu membuat banyak wanita lain iri. Ingin mengetahui apa rahasia awet wanita tersebut.

Kecantikan yang bisa dikatakan telah mengalahkak anak gadis sekalipun.

Banyak lelaki yang singgah dan mencoba mendekati, namun semua selalu berujung gagal dalam hubungan.

Dan kali ini, adalah giliranku mencicipi bagaimana rasanya berdekatan dengan wanita tercantik di tempatku tinggal.

Aku pergi sekitar pukul 20.00 malam, dengan sepeda motor, menuju rumah Astrid yang lumayan jauh jaraknya.

Sesampainya di sana, dia menyambutku di depan pintu rumah.

Aku agak terkejut dengan penampilannya yang begitu menggoda iman dan imun. *eh

Kaos pendek ketat yang membuat dua gunung kembarnya tercetak jelas. Bulat seperti dua bola yang merapat. Dipadukan dengan rok pendek ketat jauh di atas lutut.

Sebagai lelaki normal sekaligus lajang, penampilannya sungguh membuatku ingin menelan jakunku sendiri.

Merinding karena gairah.

Belum lagi sikapnya yang manja, tangan yang memeluk pinggang begitu hangat.

Kulitnya terasa halus bagai sutera.

"Tunggu di sini, aku mandi dulu." Bisiknya. Sebelum berjalan ke arah kiri ruangan.

Karena aku tak sabar menunggu, akhirnya aku meninggalkan ruang tamu dan menghampirinya ke kamar mandi.

Aku kaget ketika sampai di kamar mandi. Karena pintu kamar mandi itu bukan pintu seperti pintu pada umumnya. Melainkan, hanya sebuah pintu kaca buram yang membuat siluet tubuh orang di dalam kamar mandi, terlihat jelas.

Dari sana, pemandangan sangat menggairahkan. Melihat lekuk tubuh seorang wanita tanpa busana yang sedang naik ke dalam bak besar.

Dia terdiam merendam tubuhnya di dalam bak.

"Masuklah, Bang."

Rupanya dia mengetahui keberadaanku. Membuatku sedikit gugup karena malu ketahuan mengintip.

"Beneran?" Tanyaku. Seolah tak percaya. Dengan kesempatan gila ini.

"Tentu. Masuk saja."jawabnya lembut.

Aku yang tidak mau membuang kesempatan emas itu pun, setengah berlari mendorong pintu kaca dan masuk. Aku menatapnya.

Apa?

Lututku langsung terasa lemas seketika.

Mataku membelalak lebar.

Bukan karena melihat Astrid berubah jadi hantu, melainkan karena pemandangan yang lebih mengerikan.

Astrid memang tengah berendam di di bak mandi. Namun bukan air yang dipakainya, melainkan cairan merah pekat yang meluber ke lantai yang merupakan darah.

Juga, di langit-langit kamar mandi di belakangnya, ada sekitar lima tubuh pria yang digantung menggunakan besi pancing beeukuran besar.

Semuanya adalah laki-laki. Dan tubuh mereka tak lagi normal.

Melainkan kering seperti telah dihisap isi tubuhnya.

Astrid tertawa pelan di dalam kubangan cairan darah sambil menjilatinya dan menatapku.

Aku bergidik melihatnya. Dia seperti bukan manusia.

Segera kubalikkan badan dengan gemetar, hendak keluar dari kamar mandi. Namun sayangnya, pintu kaca itu telah terkunci dari luar.