hidayatullah965
TS
hidayatullah965
𝑷𝑬𝑲𝑬𝑹𝑱𝑨𝑨𝑵 𝑲𝑨𝑴𝑼 𝑰𝑻𝑼 𝑨𝑷𝑨?
Sudah lebih dari 4 tahun saya menjalani kehidupan di Taiwan hingga kini diberikan kesempatan untuk tinggal di Belanda dan pertanyaan itu sudah sangat sering mampir ke telinga saya, puluhan bahkan ratusan kali. Baik itu dari teman yang sudah lama kenal ataupun baru, dari orang yang baru saja berkenalan, bahkan dari beberapa keluarga jauh. Saya cukup senang mendengar jika pertanyaan itu terlontar, dan bahkan sering menjawab beberapa pertanyaan itu dengan sedikit guyonan, karena memang pekerjaan yang sudah dan sedang saya jalani memang beragam. Meminjam beberapa perkataan teman berkomentar tentang pekerjaan-pekerjaan yang saya jalani, mereka berkata, “sampean itu unik mas”.
Untuk itu saya mulai saja. Gelar akademis yang ada pada saya adalah S.T atau Sarjana Teknik. Masyarakat lebih familiar dengan sebutan seorang Insinyur. Namun sejatinya saat ini, seorang Sarjana Teknik jika ingin memperoleh gelar Insinyur masih harus menempuh beberapa langkah dan syarat lagi. Tapi saya tidak peduli, istilah apa saja tidak terlalu penting. Karena bagi saya yang penting bukan gelar akademisnya, namun bagaimana ilmu dari itu bisa diterapkan di kehidupan bermasyarakat. Saya memperoleh gelar itu setelah berkuliah selama 4,5 tahun di Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur.
Setelah berkuliah, saya pernah bekerja di sebuah perusahaan semen bernama PT Sarana Agra Gemilang/PT Cemindo Gemilang yang berada dibawah naungan Cemindo Group dengan brand/merk semen yang dikenal sebagai Semen Merah Putih dan Semen Kupang. Posisi saya adalah seorang Engineer di bidang elektrik dan instrumentasi, jebolan program Management Trainee dari perusahaan tersebut. Bekerja hampir selama dua tahun. Bagi yang pernah dan sedang bekerja di perusahaan serta paham mengenai seluk beluk dunia kerja, pasti paham dengan karyawan yang direkrut sebagai Managemet Trainee itu seperti apa.
Kemudian saya melepas pekerjaan tersebut dan hijrah ke Taiwan bersama istri saya. Di Taiwan, “karir” dan pekerjaan saya cukup beragam. Salah satunya, saya pernah kurang lebih selama 6 bulan menjadi pembuat tempe. Dengan pelanggan rekan-rekan mahasiswa, tetangga apartemen, dan beberapa orang Indonesia yang berada di Kaohsiung. Salah satu teman pernah berkata, “tempe buatanmu enak, mungkin paling enak di Kaohsiung.” Kemudian dia berkelakar dengan menjuluki saya sebagai Insinyur Tempe karena melihat basic/background saya sebagai Sarjana Teknik. Saya tersenyum saja, karena memang ada istilah di kalangan kami bahwa “Engineer can do anything” atau “Insinyur bisa melakukan saja”. Dan tenyata benar bukan?
Kemudian deretan pekerjaan lain yang pernah saya kerjakan selama di Taiwan adalah seperti ini,
Pertama, saya pernah bekerja yang akan dianggap dan dinilai sebagai pekerjaan kasar dan tidak keren. Pekerjaan sebagai tukang bantu di rumah makan Indonesia. Pekerjaan di rumah makan Indonesia tersebut bersifat fleksibel. Pekerjaan mulai mengantar makanan, mencuci piring, membuat minuman, menyiapkan makanan, dan segala hal yang bisa dikerjakan.
Kedua, saya pernah bekerja di belakang layar di perusahaan Tai In Electron, Ltd. Perusahaan startup di Taiwan yang akrab dengan sebutan ROAH's SHOP, salah satu toko online Indonesia yang punya basis pelanggan besar di Taiwan. Tempat ini menjadi tempat saya bekerja paling lama di Taiwan, yakni selama hampir 4 tahun. Apakah jobdesk atau pekerjaan saya di tempat ini? Segalanya saya kerjakan. Dimulai menjadi customer service, menjadi model foto pakaian, bagian pencatatan dan pembukuan barang, tukang angkat barang, bagian penataan barang semacam pakaian dan sejenisnya, bagian bersih-bersih, semuanya. Membuat saya mengenal orang-orang di dalamnya hingga membuat kami selayaknya keluarga.
Ketiga, saya pernah mendirikan dan membuat usaha Katering Mahasiswa Kaohsiung. Katering yang melayani kebutuhan makan mahasiswa di Kaohsiung. Dengan harga yang terjangkau oleh kantong mahasiswa, saya berusaha menghadirkan makanan yang halal, lezat, dan bergizi bagi mereka yang sedang menuntut ilmu jauh dari tanah rantau mereka. Saya mendirikan usaha ini selama lebih dari 2 tahun hingga ketika berakhir masa tinggal saya di Taiwan, ide usaha ini diteruskan oleh kawan yang juga berjuang di Taiwan.
Keempat, pekerjaan yang membuat saya cukup dikenal oleh rekan-rekan di Kaohsiung, Taiwan. Saya adalah kurir pengantar makanan yang dikenal dengan sebutan “Bang Gojek”. Pekerjaan yang membuat pengalaman saya semakin banyak dan mengubah cara pandang saya terhadap kehidupan. Banyak bertemu dan berinteraksi dengan banyak tenaga kerja Indonesia di Taiwan, dengan segala macam cerita dan masalah, saya menemukan dan mempelajari banyak sekali sudut pandang baru. Hingga pada akhirnya, saya membuka usaha baru bernama Jasa Kurir Kaohsiung yang memiliki fungsi sebagai media membantu saudara-saudara sebangsa di Taiwan yang kesulitan untuk keluar dari rumah dan disibukkan dengan pekerjaannya. Usaha yang saya awali dengan saya sendiri sebagai kurirnya, ketika akan meninggalkan Taiwan saya sudah memiliki 3 orang rekan yang membantu. Hingga kini saya tak lagi di Taiwan, usaha tersebut masih dilanjutkan oleh rekan-rekan dan semoga akan terus berjalan hingga waktu selama mungkin.
Memiliki kehidupan yang sibuk dan cukup mapan secara finansial dan materi di Taiwan, seharusnya membuat saya lebih baik tetap tinggal disana, begitu menurut pandangan mayoritas teman-teman yang berharap saya tetap berjuang di Taiwan. Namun Allah berkehendak lain. Setelah menamatkan studi Doktoral atau S3nya di National Sun Yat-sen University, istri diterima bekerja di Belanda sebagai Post Doctoral atau peneliti di salah satu kampus terbaik disana, Eindhoven University of Technology.
Membuat saya dan istri kembali harus memulai perjuangan baru di negeri asing nun jauh. Dengan kembali harus memutuskan tinggal berpisah dengan putri semata wayang kami yang berusia 3 tahun. Dulu putri kami lahir di Taiwan dan ketika usianya belum genap 2 bulan, dia harus rela berpisah dengan orang tuanya karena keadaan tidak memungkinkan tinggal bersama. Dan alhamdulillah, ketika berusia 2 tahun, kami bisa berkumpul kembali di Taiwan dan dia bersekolah disana selama 1 tahun sekaligus tahun terakhir ibunya dalam menempuh studi.
Kini, dengan kembali terpisah jarak ribuan kilometer dengan perbedaan waktu yang cukup panjang, kami memulai dari awal lagi perjuangan-perjuangan kami. Dengan istri sudah memulai pekerjaanya sebagai peneliti di Belanda, saya masih belum memiliki pekerjaan yang menghasilkan materi. Kondisi pandemi menjadikan mencari pekerjaan saat ini sedikit lebih rumit. Bahkan istri hanya bisa bekerja dari rumah dan belum banyak berkegiatan di kampus. Dan kondisi semi lockdown yang saat ini terjadi di Belanda membuat kami hanya keluar rumah untuk sekedar membeli bahan makanan.
Untuk mengisi waktu dan mencari kesibukan, saya membuat kanal Youtube dan mempersiapkan buku yang banyak diminta oleh teman-teman untuk saya tulis. Sekaligus tetap mendukung istri, seperti saat-saat sebelumnya. Berbagi tugas memasak, mencuci baju, dan pekerjaan rumah lainnya. Saya sadar, karena saat ini posisi saya sedang tidak dihadapkan kesibukan yang menuntut tanggung jawab seperti istri, saya mengambil porsi pekerjaan rumah tangga lebih banyak. Saya tidak ingin membebani istri saya lebih berat lagi, karena pekerjaan sebagai peneliti membutuhkan konsentrasi penuh dan fokus lebih.
Bagi saya, pekerjaan saya saat ini yang jelas akan dianggap sebelah mata karena tidak menghasilkan. Namun pengalaman kali ini adalah saat-saat yang menarik. Pernah saya meminta maaf kepada istri karena belum mampu memberikan nafkah, dia menjawab dengan kalimat yang sangat membesarkan hati saya.
“Nafkah tidak hanya soal materi semata, Mas. Mas mendampingi aku hingga di titik ini adalah anugerah terbaik dari Allah untuk aku. 4 tahun di Taiwan sudah cukup membuktikan bahwa Mas sosok laki-laki yang sangat bertanggung jawab untuk aku dan anak kita. Insya Allah nanti jika rezekinya sudah datang dan sudah waktunya, Mas akan memiliki pekerjaan lagi seperti di Taiwan.”
Memang benar. Dahulu saya meninggalkan pekerjaan mapan di Indonesia dan di Taiwan adalah dengan tujuan utama untuk selalu mendukung istri berkarya lebih jauh. Mengubah peradaban, bermanfaat bagi sesama. Laki-laki lebih mampu beradaptasi untuk bekerja dimana saja. Begitu penuturan orang tua kami dahulu yang menguatkan hati dan mental saya. Dan benar saja, terbukti di Taiwan saya bisa dan mampu bekerja apa saja.
Hingga saya kemudian mantap memilih pekerjaan sebagai suami dan ayah sebagai pekerjaan utama saya. Dan saya sungguh menikmati peran ini. Karena tanggung jawab pekerjaan sebagai suami dan ayah sungguh paling berat dilaksanakan, paling sulit ilmu yang dibutuhkan, dan paling lama prosesnya, karena akan dibawa hingga di akhirat kelak. Dan berbeda dengan pekerjaan lainnya, tanggung jawab sebagai suami dan ayah adalah tanggung jawab langsung kepada Sang Maha Besar.
Banyak orang bercita-cita besar ingin merubah dunia dengan apa yang mereka miliki. Dengan kecerdasan mereka, dengan ilmu mereka, dengan harta mereka. Bagi saya yang fakir ilmu, tidak memiliki harta yang banyak, dan tidak memiliki modal cukup ini, hanya ingin berusaha menjadi pemimpin yang baik bagi mereka berdua. Saya ingin fokus mendidik mereka, mengarahkan mereka, agar kelak jika Tuhan mengizinkan kami dapat bermanfaat bagi sekitar, maka itulah sumber kebahagiaan terbesar saya.
Tidak takut miskin karena tidak memiliki pekerjaan tetap? Tidak takut hidup kurang jika nanti pada akhirnya akan kembali ke tanah air tercinta? Kawan, ada nasihat yang sungguh dahsyat dari Emha Ainun Najib atau Cak Nun yang berisi, “Manusia itu derajatnya lebih tinggi daripada uang, jadi jangan dirimu yang mengejar uang, namun jadikan uang yang mengejar dirimu”. Dan pengalaman selama empat tahun lebih di Taiwan ini mengajarkan pada kami bahwa nasihat itu sungguh benar. Menurut saya, selama kita berilmu, berbuat baik, memperpanjang silaturahmi, dan tidak memiliki rasa dengki kepada siapapun, rezeki berupa uang itu akan datang dengan sendirinya tanpa kita susah-susah mengejarnya. Sekalipun saat ini saya benar-benar belum sanggup bekerja yang menghasilkan materi, namun saya akan tetap berkarya. Sekecil apapun, sebisanya. Dan salah satunya adalah melalui tulisan ini.
Jadi apakah pekerjaan saya? Kalian bisa menyebut dan memanggil saya sebagai Pemimpin Rumah Tangga.
aryanti.storywanitatangguh93alfidanger
alfidanger dan 11 lainnya memberi reputasi
12
1.4K
9
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan