hidayatullah965Avatar border
TS
hidayatullah965
𝐊𝐀𝐔 (𝐒𝐄𝐋𝐀𝐋𝐔) 𝐁𝐈𝐒𝐀!
Sudah menginjak dua bulan lebih, aku akhirnya bisa melihat senyum indah itu lagi. Sorot mata penuh optimis itu kembali memancar terang setelah beberapa waktu redup. Semangat yang berhari-hari sebelumnya berada di titik yang rendah, saat ini sudah kembali ke tempat yang semestinya bersemayam.
Pekerjaan sebagai peneliti di Belanda adalah pekerjaan full time atau pekerjaan utama yang pertama bagimu. Aku memahami, apapun pekerjaannya, bagaimanapun level dan tingkat kesulitannya, pekerjaan pertama itu selalu sulit. Aku dahulu juga mengalaminya. Sekalipun pekerjaan pertamaku, jelas level dan tingkat kesulitannya berada jauh, sangat jauh dari pekerjaanmu saat ini.
Kau bisa diterima bekerja di Belanda, setelah melewati seleksi yang tidak main-main. Tempat yang memperkerjakanmu saat ini dahulu hanya mencari satu kandidat. Benar, hanya satu kandidat di seluruh dunia. Kau tidak percaya diri ketika mendapat kesempatan untuk wawancara pertama kala itu. Kau merasa ini hanya keberuntungan, bukan karena kemampuanmu. Kesempatan datang untuk melaju pada tahap wawancara kedua, kau masih tidak percaya. Hingga pada akhirnya kau resmi diterima sebagai satu-satunya kandidat mengalahkan seluruh peserta dari seluruh dunia pun, kau masih saja tidak yakin.
Minggu-minggu pertama bekerja, kau tetap saja tidak percaya bahwa kau memiliki kemampuan. Beban dan tanggung jawab besar, menjadikanmu seperti tidak bisa bernafas dengan lega. Sesak.
Pekerjaan di dunia research and science itu sangat menguras mental. Setiap hari kau mengalami krisis percaya diri karena harus berada dan berhadapan dengan orang-orang hebat. Proyek penelitian yang menjadi tanggung jawabmu adalah kolaborasi atau kerja sama antara Eindhoven University of Technology dengan dua perusahaan besar dari Amerika Serikat dan satu institusi pemerintahan Amerika Serikat. Aku sendiri sudah bisa membayangkan seperti apa tanggung jawab dan beban itu.
Setiap minggu, ketika melaporkan hasil pekerjaanmu melalui rapat mingguan, kau merasa minder jika harus berhadapan dengan orang-orang dari Belanda, Jerman, Belgia, dan Amerika itu. Setiap akan melakukan rapat, selalu kau memintaku dan Mama untuk melangitkan doa untuk menopang kepercayaan dirimu yang dalam dua bulan ini berada dalam titik terendah. Kau selalu merasa ingin menyerah, padahal aku mengenal betul kemampuanmu bahkan sejak pertama kali bertemu sepuluh tahun lalu. Kau selalu ingin berhenti, padahal doa-doa dari orang tua kita adalah solusi tuntas segala permasalahan itu.
Kau hanya harus berusaha hingga ikhtiar terbaik yang kau bisa, selanjutnya biarkan Allah yang menentukan. Pasrah.
Dan benar, hari ini kau telah membuktikan bahwa kau sebenarnya bisa. Bukan, bukan hanya sekedar bisa. Kau jauh lebih mampu dari yang kau bayangkan!
Hasil evaluasi pekerjaanmu selama dua bulan ini mendapat apresiasi tinggi oleh para bule-bule itu. Hasil kerjamu membuat mereka bertepuk tangan tak hentinya memuji kehebatanmu. Padahal kau juga mengetahui, karakter orang-orang Barat itu berbeda dengan kita yang masih menjunjung tinggi rasa tidak enak. Bagi mereka, jika baik maka akan dibilang baik. Jika buruk maka akan dibilang buruk. Tegas, tanpa basa-basi.
Kita selalu berdiskusi bahwa apa yang kita peroleh hari ini, apa yang telah kita dapatkan sejauh ini, itu tidak serta merta datang dari sebuah keberuntungan saja. Ada tangis perjuangan yang sudah kita lewati, ada pengorbanan yang sudah kita pilih untuk kita jalani, ada doa dan dukungan tiada henti dari orang tua, keluarga, dan orang-orang baik di sekitar kita. Dan tentu saja, karena kasih sayang Allah yang tiada habis untuk kita.
Terima kasih telah untuk selalu membuat keluarga kita bangga dengan apa saja yang sudah kau torehkan selama ini. Terima kasih karena telah menjadi inspirasi orang-orang di sekitar kita. Terima kasih untuk selalu bisa bangkit setelah melewati masa-masa sulit.
Teruslah berkarya lebih jauh dan tinggi lagi. Allah sudah menganugerahkan kelebihan itu padamu, dan salah satu cara untuk mensyukurinya adalah dengan terus bekerja dan berkarya untuk kebermanfaatan orang di sekitar kita. Bukankah itu cita-cita terbesar kita?
Seperti yang sudah pernah aku tuangkan dalam tulisanku sebelumnya,
Aku yang akan menyingkirkan batu dan kerikil yang menghalangi jalanmu.
Aku yang akan menyediakan air ketika kau lelah berlari.
Aku yang akan menyiapkan payung ketika hujan memperlambat gerakanmu.
Aku yang akan menata meja dan kursi, untukmu berkarya mengubah peradaban.
Aku yang akan membangkitkanmu, ketika rasa percaya diri itu berada di tempat yang tidak seharusnya.
Karena aku sadar, diantara kita berdua, kau jauh lebih memiliki potensi untuk mengubah dunia.
Aku hanya akan tetap menulis, menulis tentang kita. Kelak, semoga tulisan ini akan sampai dibaca oleh putri kecil kita, Sierra, ketika dia beranjak dewasa. Agar nantinya, dia tidak perlu lagi kesulitan mencari sosok tauladan, idola, sekaligus panutan. Dia akan mendapatkannya dengan sangat mudah dan dia akan melihatnya dengan sangat dekat sekali.
Itu adalah kau, Ibunya.
bukhoriganAvatar border
aryanti.storyAvatar border
wanitatangguh93Avatar border
wanitatangguh93 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
706
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan