NyxFairyAvatar border
TS
NyxFairy
Story tentang Lagu Anak! Pernah Booming 3 Dekade Namun Sekarang Memudar!
Lagu sebagai salah satu produk budaya populer merupakan gabungan antara musik dengan bahasa, yang dinikmati oleh banyak orang termasuk anak-anak dengan berbagai alasan yang berbeda. Mulai dari membantu mengatasi kebosanan, mengusir kesedihan, melepaskan stres atau hanya untuk sekadar iseng belaka.

Sebenarnya konsep lagu anak sendiri sering kali tidak memiliki batasan yang jelas, apakah lagu yang ditujukan untuk anak-anak, atau lagu yang dinyanyikan oleh anak-anak. Namun yang jelas, saat ini kondisi lagu anak di Indonesia sedang memprihatinkan, tidak hanya ditinjau dari segi minimnya jumlah produksi lagu anak, tetapi juga dari segi kualitasnya.


Sumber

Bila ditinjau dari sejarah perkembangannya, lagu anak di Indonesia dapat dikatakan mengalami degradasi. Dari yang dulunya pada era 70-80-an lagu anak mengalami masa keemasan, kemudian sedikit demi sedikit mengalami kemunduran sampai dengan pertengahan era 90-an dan akhirnya benar-benar tidak terdengar lagi gaungnya pada era 2000-an.

Pada era 2000-an, media dalam hal ini televisi tidak banyak menayangkan program acara dalam bentuk musik untuk anak-anak. Bandingkan dengan program acara musik yang diperuntukkan bagi remaja, hampir setiap stasiun televisi menayangkannya. Padahal di era 80-an maupun era 90-an, hampir setiap stasiun televisi memiliki program acara musik anak-anak, baik dalam pertunjukan langsung maupun pemutaran video clip dari para artis penyanyi cilik.

Pihak stasiun televisi saat ini tidak lagi menayangkan acara musik anak dengan alasan minimnya stok penyanyi cilik dan lagu anak yang ada. Saat ini yang sedang tren acara musik untuk anak dalam bentuk kompetisi menyanyi. Acara kontes semacam itu merupakan acara televisi yang lebih dipilih oleh anak-anak dibandingkan film animasi. Sayangnya, lagu-lagu yang dibawakan dalam kontes-kontes menyanyi tersebut mayoritas justru bukan merupakan lagu anak-anak.


Sumber

Arus globalisasi memang tak dapat kita bendung dan tidak disangkal merupakan bagian dari denyut kehidupan abad ini. Salah satu dampaknya adalah maraknya sajian hiburan. Sayangnya, baik televisi maupuan radio semakin jarang menyajikan lagu anak-anak.

Pada era 90-an, seiring dengan menjamurnya stasiun televisi swasta, berdampak pada banyaknya pilihan tayangan yang ditawarkan, tidak terkecuali tayangan anak-anak dalam bentuk musik. Pada periode ini hampir setiap hari ada tayangan televisi yang memutar lagu anak-anak dalam bentuk video clip. Stasiun televisi kerap menayangkan tayangan lagu anak, seperti Trala Trilili dan Video Anak Anteve (Agnes Monica), Klap Klip (Dhea), Enno Ceria (Enno Lerian), Pesta Ceria Anak dan Ciluk Ba (Maisy).


Sumber

Di Indonesia, perkembangan lagu anak-anak sepertinya memiliki siklus sepuluh tahunan, mulai era 70-an, 80-an dan 90-an. Pada awalnya, sebelum marak industri musik rekaman, lagu anak-anak menyebar dengan cara disosialisasikan dari mulut ke mulut, termasuk melalui ajaran di sekolah. Pada masa ini dikenal lagu anak Satu-Satu atau Naik Delman ciptaan Pak Kasur, Menanam Jagung (Ibu Sud), Bintang Kecil (Pak Dal), Pelangi-pelangi dan Bintang Kejora (AT Mahmud).

Selanjutnya pada tahun 1966, album lagu anak diproduksi dalam bentuk piringan hitam dibuat oleh perkumpulan guru taman kanak-kanak Jakarta, berisi lagu anak seperti Layang-layangku, Kucingku, dan Ke Pasar Ikan. Lagu-lagu tersebut populer di kalangan anak-anak lewat media Radio (RRI). Pada era 1970-an, lagu anak-anak mulai banyak yang diproduksi oleh industri rekaman, bahkan sempat mengeluarkan lagu anak-anak yang dinyanyikan oleh grup dewasa, yaitu Koes Plus dan The Mercy’s.

Puncaknya pada akhir tahun 1975, Chicha Koeswoyo terkenal dengan lagu anak yang berjudul Heli. Sejak itulah, pendekatan industrial digunakan untuk memproduksi lagu-lagu anak-anak. Akibatnya, penyanyi anak-anak mulai bermunculan dan kebanyakan berasal dari kalangan yang dekat dengan pelaku industri musik, misalnya anak-anak pemusik dan penyanyi Joan Tanamal, Adi Bing Slamet, Sari Yok Koeswoyo, Helen Koeswoyo, Vien Isharyanto, Bobby Sandhora-Mukhsin, sampai Ira Maya Sopha.


Memasuki era 1980-an, ledakan lagu anak-anak masa itu dimulai oleh Puput Melati lewat lagunya yang berjudul Satu Ditambah Satu pada tahun 1988. Puput Melati pun berasal dari keluarga pelaku industri musik, yaitu dari keluarga besar Usman Bersaudara. Kesuksesan Puput Melati diikuti dengan album anak-anak yang lain, seperti dari Melissa dengan Abang Tukang Baso.


Sumber

Selanjutnya, pada era 1990-an, kemunculan penyanyi anak-anak diawali dengan kesuksesan lagu Susan Punya Cita-Cita yang dipopulerkan oleh Ria Enes, penyanyi dewasa yang meniru suara anak-anak pada tahun 1992. Akhirnya sebuah gebrakan baru pada penggarapan lagu anak dengan musik serius, dimulai oleh Sherina melalui album Jika Aku Besar Nanti yang musiknya digarap oleh Elfa Secioria. Langkah Sherina diikuti dengan kemunculan Tasya dengan album Libur Telah Tiba yang berisi kumpulan lagu-lagu anak ciptaan AT Machmud.


Sumber

Quote:


Sumber:
KLIK
Diubah oleh NyxFairy 30-07-2021 13:34
0
445
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan