blastwindAvatar border
TS
blastwind
Rumahku Rumah Hantu
Catatan penulis : Cerita ini mengandung unsur mengerikan dan dampak kerusakan psikologis, bagi anak-anak dibawah umur 18 tahun, mempunyai penyakit jantung, dan ibu hamil, tidak direkomendasikan untuk membaca cerita ini. Jika terjadi sesuatu kepada pembaca, penulis tidak bertanggung jawab apapun. Terimakasih



1. Rumah Baru

Bau bangkai tercium dari arah kamar mandiku. Tepat pada jam 3 pagi selalu terdengar suara anak-anak berlari di dapur. Di lantai kedua terdengar suara orang mengobrol setiap malam dan tertawa bersama, padahal aku tinggal sendirian. Aku baru saja membeli rumah ini dan baru hari ini pindah kesini. Sialnya, aku mengalami kejadian aneh ini.

"Ayo temani aku ke warnet hari ini."

"Sayang, kita mau makan apa?"

"Pelajaran tadi membuatku ngantuk setengah mati."

"Jangan keras-keras bodoh, dosen itu mendengar kita."

Aku mendengar jelas semua perbincangan mahasiswa di kelasku, jam untuk mata kuliahku baru saja selesai. Aku seorang dosen di Universitas Swasta di kota Bandar Lampung. Saat ini, aku masih sendiri dan belum mendapatkan pasangan hidup, untuk seorang pria seumuranku itu begitu menyedihkan. Tahun ini, umurku menginjak 28 tahun dan aku masih sendirian. Untungnya, kehidupan ekonomiku tidak buruk, aku mendapatkan warisan dari kedua orangtuaku, mereka meninggal karena kecelakaan 2 tahun lalu. Ditahun yang sama, aku baru saja menyelesaikan studi S2-ku.

Selama ini aku hidup menumpang dengan pamanku yang kasar dan selalu mabuk-mabukkan, saat aku masih belum mendapatkan pekerjaan, dia seringkali menendangku dan menamparku karena baginya aku adalah hama. Tepat setahun aku tinggal dengannya, aku menjadi dosen dan dia menjilati bokongku untuk mendapatkan uang demi membeli minuman keras. Istrinya kabur membawa anak-anaknya, karena aku tidak ada tempat tinggal, akhirnya aku memutuskan menumpang dengannya.

Syukurlah, hasil jerih payahku terbayar lunas, aku mendapatkan sebuah rumah dengan harga murah di pinggiran kota Bandar Lampung, hari ini tepat hari kepindahanku ke rumah baruku, pamanku menangis karena aku memutuskan pindah, tangisan palsu. Aku tahu dia sedih bukan karena aku pergi, melainkan ATM berjalannya sudah tak ada lagi, jujur saja aku tidak lagi perduli dengannya.

"Taruh disitu, untuk buku-buku biar aku saja yang membawanya." Kataku ke arah pekerja

Rumah ini sudah lama sekali kosong, untungnya penjualnya membersihkan rumah ini sebelum aku tempati. Lingkungan disini juga menyegarkan, dekat dengan persawahan, jauh dari tetangga, dan perairan lancar. Ukurannya juga cukup besar, 7x13 m, dengan dua lantai. Aku sengaja memilih lingkungan yang sepi, karena aku suka kesendirian daripada suara tetangga yang bising.

"Jika butuh sesuatu untuk dikatakan, bisa hubungi aku."

Penjual rumah mengatakan itu sembari pergi meninggalkanku sendiri. Ah, akhirnya impianku mempunyai rumah sendiri tercapai.

Aku masuk ke dalam rumah, rumah ini baru saja di cat ulang dengan warna hijau daun menyesuaikan dengan kondisi alam di sekitarku, plafonnya juga seperti baru diganti. Aku membuka jendela rumah dan membereskan barang-barang yang perlu ku bereskan. Setelah selesai, aku merebahkan tubuhku di kasur dan melirik ke arah jam.

"Huh jam 4 sore, tidur sebentar, setelah itu mandi." Gumamku

Aku tertidur dengan cepat karena tubuhku juga kelelahan, sampai tiba-tiba ada suara orang mengetuk pintu depan rumahku dan memanggil-manggil namaku.

"Ronald... Ronald..."

Aku mendengar itu dan segera bangkit dari kasur untuk pergi kearah suara, perasaanku tidak ada temanku yang tahu rumah baruku dan juga tidak mungkin tetangga baruku langsung mengetahui namaku, mungkin saja penjual rumah ini.

"Tunggu!"

Aku segera bergegas ke arah pintu depan, sesampainya di pintu depan aku tidak melihat seorangpun, mungkinkah imajinasiku semata? Atau aku kekelahan dan menimbulkan ilusi. Aku membiarkannya berlalu begitu saja, karena kupikir itu salah satu efek dari mimpi dan terkadang terbawa sampai dunia nyata. Aku melirik ke arah jam, jam menunjukkan pukul 6 kurang 5 menit, ah aku tidur terlalu lama. Ku hidupkan lampu-lampu dan bergegas untuk mandi.

Seusai mandi aku duduk di ruang baca, ruang bacaku aslinya adalah kamar depan, tapi kujadikan ruang baca, karena pemandangan sawah yang bagus. Rumah ini memiliki 4 kamar, 1 kamar depan, 2 kamar tengah, dan 1 kamar diatas. Aku membuka buku-buku untuk materi mengajarku besok. Saat aku sedang membaca tiba-tiba lampu halamanku mati, aku melirik ke arah jendela untuk memastikan, ternyata lampunya benar-benar mati.

Aku berjalan stop kontak, tapi stop kontak dalam keadaan menyala, aku mengambil steger dan memeriksa lampu halaman rumahku, ternyata lampu ini putus, padahal lampu ini kualitas bagus dan baru saja kubeli, mungkin saat pindahan ada guncangan dan membuat lampu ini rusak. Aku bergegas menuju garasi dan mengeluarkan motorku untum membeli lampu lagi.

Jarak rumahku dan pemukiman warga sebenarnya tak cukup jauh, tapi dengan berjalan kaki cukup melelahkan. Aku menuju warung terdekat untuk membeli lampu dan memasangnya di halamanku.

Setelah ku rasa cukup, aku kembali ke ruang baca dan meneruskan membaca. Anehnya lagi-lagi lampu halamanku mati, tanpa alasan yang jelas. Aku berpikir aliran listrik tidak stabil, besok aku harus memanggil PLN untuk mengecek aliran listrik di rumah ini, malam ini kubiarkan halaman rumah gelap gulita.

Hari sudah cukup larut, aku mengunci semua pintu dan berjalan ke kamar ku yang berada di kamar tengah untuk merebahkan tubuhku. Saat ku matikan lampu, aku mendengar suara langkah kaki melangkah tepat di depan kamarku. Aku mengambil golok dari bawah kasurku dan mengintip, saat aku mengintip tidak ada siapa-siapa di sana.

Lalu tiba-tiba ada bola bekel menggelinding melewati kakiku, aku sepertinya tak pernah menyimpan bola bekel. Aku melirik ke arah belakang dan tak menemukan apapun disana, arah bola bekel ini tepat dari arah dapur.

Perasaanku semakin tak karuan, ada yang aneh dengan rumah ini. Hingga tiba-tiba tepat di lantai 2, suara langkah kaki dan suara orang-orang seperti bercengkrama terdengar jelas di sana. Aku mencoba memberanikan diri menuju ke lantai 2, tetap memegang golokku erat-erat. Langkah demi langkah aku menuju ke lantai 2, ketika tiba di lantai 2, aku tak menemukan apapun. Jika ini terus berlanjut mungkin aku harus ke psikiater.

Spoiler for tangga lantai dua:


Tepat di belakang tangga aku mencium bau busuk dari arah kamar mandiku, bau yang benar-benar busuk, seperti bau bangkai. Aku segera berlari ke kamarku dan mengunci pintu kamarku dan mencoba untuk tertidur.

Anehnya semakin aku mencoba untuk tidur, semakin sulit aku tidur. Tepat di dinding kamarku, aku mendengar cakaran-cakaran kuku manusia. Aku terus memejamkan mataku untuk menghilangkan semua ini, sampai aku benar-benar tidur.

Tepat jam 3 ponselku bergetar keras, aku melirik ke arahnya tak ada apapun disana. Ada suara anak kecil berlari-lari di dapur dan tertawa-tawa, pikiranku semakin kacau, aku memegang golokku erat-erat dan bangkit dari kasurku. Aku berjalan ke arah dapur secara perlahan dan betapa mengejutkannya, ada seorang anak perempuan dan laki-laki sedang bermain disana. Saat aku menatap ke arah mereka, mereka juga menatap ke arahku, mata tajam, kulit pucat, mereka tersenyum dengan senyum yang begitu mengerikan. Anak laki-laki berlari ke arahku, aku dengan acak mengayunkan golokku ku arahnya dan mengenai tangannya sampai putus, anehnya dia malah tersenyum senang dan aku pingsan seketika.

Spoiler for dapur:


Spoiler for kamar mandi:
Diubah oleh blastwind 29-05-2023 14:15
johny251976Avatar border
gogmagog23Avatar border
coeloetAvatar border
coeloet dan 55 lainnya memberi reputasi
54
11.7K
133
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan