Belum lama ini ada seorang penghuni facebook yang mengupdate status facebooknya. Dalam statusnya tersebut dia menuliskan sesuatu mengenai kematian dan meminta maaf jika pernah melakukan kesalahan.

Well, ini facebook lo. Rasanya sudah begitu banyak anak alay yang mengotori facebook dengan tulisan tulisan bodoh seperti pengen mati karna diputus pacar. Saking banyaknya orang orang pun mengira postingan Rafdi Ali ini adalah salah satunya.



Sebelum kita lanjut, mari kita bahas dulu perilaku menjijikkan ini. Saya tahu ada begit banyak masalah dalam hidup dan sudah tak terhitung jumlah orang yang melakukan bunuh diri karna tak sanggup melanjutkan kehidupan.

Saya tak ingin membahas alasan seseorang bunuh diri namun yang membuat jijik adalah sikap beberapa orang yang dengan bodohnya pamer ke media bahwa mereka mencoba untuk mati.



Well, kebanyakan dari itu memang hanya pura-pura. Entah untuk mendapat simpati atau sekedar menambah follower namun tetap saja itu tindakan bodoh. Bukannya mendapat simpati, bully lah yang akan kau dapat.

Namun, bagaimana kalau itu asli? Bagaimana kalau seseorang benar-benar berniat untuk bunuh diri dan menuliskan surat wasiatnya di sosmed? Mungkin, itulah yang terjadi pada Rafdi Ali.

Tidak sampai 24 jam setelah postingan Rafdi Ali seorang remaja Bandung mengakhiri hidupnya dengan melompat dari gedung parkir Mall Kings Bandung dan nama dari remaja tersebut adalah Rafdi Aliansyah Syafrudin.



Kebetulan? Bisa jadi tapi sepertinya ini terlalu sulit disebut kebetulan semata. Selain karna namanya yang sama waktu kejadiannya juga terlalu pas sehingga kemungkinan besar orang yang mengupload status tersebut merupakan orang yang sama dengan remaja yang melakukan bunuh diri tersebut.

Dalam sekejap postingan tersebut pun diserbu oleh netizen. Ada yang menyampaikan belasungkawa, ada yang menjadi ustad dadakan dan tak sedikit pula yang mencela.

Memang, kasus bunuh diri ini bukanlah masalah sepele sehingga tidak adil rasanya menghakimi korban namun tetap saja bunuh diri itu salah, dosa, tidak terampuni. Banyak komentar yang berharap Rafdi Ali tenang di alam sana namun kenyataannya dia pasti sedang disiksa akibat dosa bunuh diri tersebut.

Bukan bermaksud menghina namun begitulah adanya. Dari apa yang saya lihat di beranda Rafdi Ali dia kemungkinan besar orang yang tertutup, introvert atau sejenis itu. Bisa dilihat dari foto profil maupun wallpapernya yang menggunakan gambar karakter anime.



Mungkin banyak yang sepakat kalau orang-orang yang menyukai anime adalah orang yang melarikan diri dari dunia nyata. Entah karna memang tak suka bergaul, dikucilkan atau yang paling parah dibully. Dari sini sedikit banyak kita bisa menyimpulkan mengapa Rafdi Ali memutuskan mengakhiri hidupnya. (Saya sangat berharap dia bunuh diri bukan karna ingin ke isekai)

Sekali lagi, Bunuh diri itu salah. Meski demikian tak ada gunanya menyalahkan korban yang tak ada lagi di dunia ini. Akan lebih baik jika kita melihat realita di masyarakat.

Anak-anak yang dibully di sekolah tidak diperdulikan oleh guru dengan alasan 'cuma main-main.'

Orang orang yang mengalami depresi malah dicela dengan alasan 'lemah mental.'

Mereka yang meminta saran atas masalah mereka malah dibalas dengan 'ahh, lu gitu doang. Aku dulu....'



Terkadang, bunuh diri itu bukanlah bunuh diri melainkan pembunuhan yang dilakukan pelan-pelan. Siapa pelakunya? Orang-orang terdekat, masyarakat dan bahkan tak jarang orang-orang di internet ikut ambil bagian.

Apa yang harus kita lakukan jika begini? Ya kita harus lawan. Jangan anggap sepele depresi dan teman temannya karna jika kita mengabaikan itu sama saja dengan kita ikut membunuhnya. Tolong, tolong sadari itu.

sumber