Inferior, Sebuah Fenomena Kecanduan Sosial Media, Mengapa Terjadi?

Beranda
Komunitas
Entertainment
The Lounge
Inferior, Sebuah Fenomena Kecanduan Sosial Media, Mengapa Terjadi?

sekkar

13-06-2021 05:55

Inferior, Sebuah Fenomena Kecanduan Sosial Media, Mengapa Terjadi?

Sosial media bisa menjadi tempat yang berbeda antara dunia nyata dan dunia maya. Sosial media menyediakan tempat untuk menjadi orang lain yang berbeda dari kenyataannya.

Kehidupan yang mewah dan glamor menjadi pemandangan lumrah untuk ditonton followersnya, sehingga sebagian followers menjadi merasa inferior.
Sebelumnya sudah pernah mendengar kata inferior? Keadaan inferior itu ada dalam beragam fenomena, tetapi tidak semua orang familiar mendengarnya.

Makna inferor di KBBI adalah bermutu rendah. Contohnya begini nih, temen sekolah yang udah lama banget enggak ketemu sekarang dia karirnya terlihat mapan. Banyak unggahan dia bertemu dengan orang-orang penting, sudah banyak negara yang dikunjungi, memiliki mobil dan rumah di usia muda. Padahal kita tau dulu dia di sekolah bukan anak yang secara akademis nilainya gemilang, bukan juga orang yang mempunyai prestasi di sekolah.
Maka, timbul rasa iri bahkan merasa tidak beruntung. Lebih parahnya lagi, sosial media bisa membuat kamu merasa hidupnya tidak bahagia dan tidak seberuntung teman-teman yang di follow.

Bagaimana bisa terjadi?

Quote:

sumber gambar

Quote:

Post Tidak Mewakilkan Seluruh Kehidupannya emoticon-rose

Quote:

Dalam sehari ada 24 jam, sedangkan story hanya menampilkan gambar hitungan detik. Apakah hitungan detik itu bisa mewakilkan seluruh kehidupannya?
Coba diliat feednya, apakah isinya semua hanya kegembiraan dan pamer? Mustahil jika hidupnya indah. Bahkan kisah tuan putri di Disney yang seakan-akan menampilkan cerita indah dan ideal, pasti ada scene dia merasa sedih.
Kesimpulannya adalah, sosial media digunakan kebanyakan orang untuk membagikan kebahagian. Anggap saja orang itu menyimpan galeri foto pribadi di internet, dan sebagai koleksi pribadi. Jadi, kita sebagai followers nya cukup tau aja bukan jadiin patokan hidup dia secara keseluruhan.

Quote:

Setiap Manusia Punya Peranannya Masing-masing emoticon-rose

Quote:

Kalo semua orang jadi dokter, enggak akan ada orang yang mau jadi guru. Kalo semua orang jadi guru, enggak ada supermarket, dan banyak hal serupa lainnya.
Tidak bisa menjadikan tolak ukur kesuksesan dari posisi karir yang dimiliki orang lain, karena kesuksesan setiap orang berbeda.
Banyak orang yang bahagia walaupun gajinya tak seberapa karena dia lebih fokus kepada kegiatan amal dan sosial. Ada yang tidak ingin berkarir, lebih memilih menjadi pedagang biasa karena dia bisa lebih bebas mengatur dan mengelola sendiri.
Jadi gausah so so ngerasa insecure, karena setiap orang punya peranan dan porsi masing-masing.

Quote:

Pamer dan Riya Belum Tentu Dia Sudah Bahagia emoticon-rose

Quote:

Banyak orang yang arah hidupnya untuk pamer, kalo bahasa sunda nya "Hayang kapuji ku batur" (Ingin dapat pujian orang lain). Dalam dirinya sendiri terdapat keinginan terlihat keren di mata orang lain dan membanggakan dengan pencapaian diatas rata-rata. Setiap hari dia posting, yang mungkin dia hanya mengunggah stok foto koleksinya di galeri. Bahkan, dia juga merasa sedih kalo sepi LIKE atau sepi orang yang liat post dia.
Hidup kayak gitu enggak akan tenang, soalnya dia membanding-bandingkan antara dirinya dengan orang lain. Berkutat masalah itu setiap hari, padahal orang lain mah bodo amatlah yaaa.....
Kecanduan sosial media tidak selalu memberikan dampak positif terhadap penggunanya

Manusia adalah makhluk sosial, mereka saling membutuhkan satu sama lain.
Semoga thread mengenai "Self Improvement" ini bisa bermanfaat bagi pembaca emoticon-Smilie