TS
raeuki
(Lanjutan) Filsafat Barat dan Timur, Ada Kesamaan Gak?
Lanjutan
HALLO AGAN & SISTA
YANG BUDIMAN
Ane sudah membuat pembukaan singkat di trit sebelumnya, jadi GanSis yang mau baca pembukaannya bisa mampir ditrit ane yang linknya ada di atas. Melanjutkan omongan sebelumnya soal perbedaan filsafat timur dan barat, ane mau lanjutin ke persamaannya, biar kerasa berimbang aja.
Quote:
Awal dari Metafisika Aristoteles di sebuah incunabulum (lembaran) yang dihiasi dengan miniatur yang dilukis dengan tangan.public domain
Basa-Basi
Setelah ane pikir-pikir ane masih perlu berbasa-basi untuk membuka trit persamaan filsafat timur dan barat ini. Hanya sedikit saja.
Sejak "penemuan" filsafat timur oleh penjelajah dan cendekiawan barat pada abad ke-18 dan 19 M, telah terjadi pembagian sewenang-wenang yang dipertahankan, terutama di perguruan tinggi dan universitas, bahwa antara filsafat barat dan filsafat timur seolah-olah menyajikan pandangan dunia yang sangat berbeda. Tidak ada pembagian antara filsafat timur atau barat dalam hal pertanyaan paling mendasar tentang apa artinya menjadi manusia? Tujuan fundamental dari filsafat adalah untuk menemukan makna dalam hidup dan tujuan jalan seseorang, dan tidak ada perbedaan besar antara filsafat timur dan barat menurut pemahaman itu. Sedikitkan?
Sejak "penemuan" filsafat timur oleh penjelajah dan cendekiawan barat pada abad ke-18 dan 19 M, telah terjadi pembagian sewenang-wenang yang dipertahankan, terutama di perguruan tinggi dan universitas, bahwa antara filsafat barat dan filsafat timur seolah-olah menyajikan pandangan dunia yang sangat berbeda. Tidak ada pembagian antara filsafat timur atau barat dalam hal pertanyaan paling mendasar tentang apa artinya menjadi manusia? Tujuan fundamental dari filsafat adalah untuk menemukan makna dalam hidup dan tujuan jalan seseorang, dan tidak ada perbedaan besar antara filsafat timur dan barat menurut pemahaman itu. Sedikitkan?
Tujuan Keberadaan Manusia
Persamaan antara filsafat timur dan barat lebih besar daripada perbedaan apa pun yang dikutip oleh penulis dan sarjanawan modern tentang topik tersebut. Perbedaan yang paling sering dikutip adalah bahwa filsafat barat "terpisah-pisah"sedangkan filsafat timur "holistik (satu-kesatuan, utuh)". Penulis populer Sankara Saranam, yang menulis buku God Without Religion adalah salah satu contohnya. Ketika dia mengklaim bahwa filsafat timur berkaitan dengan pengetahuan umum sedangkan filsafat barat bertujuan pada pengetahuan khusus. Ini mengacu pada pemahaman populer bahwa filsafat timur, khususnya filsafat Cina membahas seluruh keberadaan manusia sementara filsafat barat, yang dimulai Yunani hanya berfokus pada aspek-aspek tertentu dari kondisi manusia.
Contoh yang diberikan oleh para sarjana akademis adalah bagaimana analisis Konfusiusberhubungan dengan kehidupan dalam dan luar seseorang sementara karya Aristoteles menekankan bagaimana seseorang harus berperilaku untuk hidup dengan baik di antara yang lain (terpisah-pisah). Mo-Ti dikenal juga Mo Tzu (filsuf timur) menurut beberapa orang, pemahamannya bertujuan pada pemahaman holistik tentang diri sendiri dan lingkungannya sementara filsuf barat seperti Plato menekankan tujuan spesifik yang harus diupayakan dalam menemukan apa yang benar dan nyata dalam hidup.
Quote:
Thomas Hobbes, terkenal karena menguraikan perumusan teori kontrak sosial yang berpengaruh.John Michael Wright/WikimediaCommons
Ini adalah pembedaan sewenang-wenang yang sama sekali kehilangan tujuan mendasar pada filsafat timur dan barat. Lebih jauh, perbedaan seperti itu mendistorsi persepsi seseorang tentang sejarah, karena begitu orang menerima perbedaan mendasar antara Timur dan Barat, mereka mungkin cenderung memandang sejarah budaya masing-masing secara radikal satu sama lain. Faktanya, manusia pada dasarnya sama di seluruh dunia, hanya detail dan adat istiadatnya yang berbeda, dan filosofi pemikir timur dan barat membuat ini cukup jelas.
Seseorang dapat membandingkan ide-ide fundamental dari filsuf besar Cina Confucius (551-479 SM) dengan filsuf Yunani Aristoteles (384-322 SM) dan menemukan bahwa mereka menyajikan konsep dasar yang sama. Kedua pria itu percaya bahwa kebajikan adalah tujuan tertinggi yang dapat diperjuangkan dan bahwa pahala abadi datang kepada seseorang yang menempatkan kebajikan di atas harta duniawi. Filsuf Korea Wonhyo (617-686 M)menulis, "Berpikir itu baik dan buruk" artinya jika GanSis berpikir sesuatu itu "buruk" maka itu buruk bagi GanSis.
Filsuf Yunani Epictetus (sekitar 50-130 M)mengatakan hal yang sama ketika dia menulis, "Bukan keadaan itu sendiri yang menyusahkan orang, tetapi penilaian mereka tentang keadaan itu.". Epictetus mengatakan bahwa seseorang seharusnya tidak takut mati karena dia tidak tahu apakah kematian itu baik atau buruk. Wonhyo akan setuju dengan itu karena dia percaya bahwa semuanya adalah satu dan semua pengalaman yang dimiliki seseorang dalam hidup hanyalah bagian dari satu pengalaman menjadi manusia.
Kitaro Nishida, dianggap sebagai pendiri pemikiran filosofis Kyoto.
Namazu-tron/WikimediaCommons
Quote:
Kitaro Nishida, dianggap sebagai pendiri pemikiran filosofis Kyoto.
Namazu-tron/WikimediaCommons
Filsuf relativis (tidak mengakui nilai absolut atau kebenaran) dari Cina, Teng Shih(abad ke-6 SM) dan sofis Yunani Protagoras (abad ke-5 SM) hampir identik. Kritik yang ditujukan Mo-Ti dan Plato pada tujuan yang berbeda, yang disebutkan di atas, tidak dapat dipertahankan karena kedua filsuf tersebut menjelaskan bahwa seseorang harus berkonsentrasi pada peningkatan diri sebelum mencoba memperbaiki orang lain.
Moralitas Bawaan
Contoh terbaik dari kesamaan fundamental pemikiran timur dan barat dilambangkan dalam karya dua filsuf paling terkenal dari timur dan barat yaitu, Plato (428-348 SM) dari barat dan Wang Yangming (1472-1529 M) dari timur. Plato cukup terkenal di barat, Wang Yangming kurang begitu terkenal, namun ia setenar Plato di Cina , Korea , dan Jepang. Kedua filsuf ini telah memberikan pengaruh yang sangat besar melalui karya mereka, keduanya memperdebatkan keberadaan pengetahuan bawaan, bahwa manusia dilahirkan dengan mengetahui yang benar dan yang salah, yang baik dari yang buruk, dan hanya perlu didorong untuk mengejar kebaikan agar dapat menjalani kehidupan yang memuaskan. Karya kedua orang ini berhubungan dengan apa yang "baik" dan cara yang benar untuk memahami keberadaan seseorang.
Dalam dialognya tentang Phaedrus, Plato mengajukan pertanyaan, "Apa yang baik dan apa yang tidak baik? Perlukah kita meminta seseorang untuk memberi tahu kita hal-hal ini?". Dalam pandangan Plato, seseorang sudah mengetahui apa yang baik karena orang tersebut secara bawaan akan merespon kualitas kebaikan dalam dirinya dan juga akan merespon konsep kebaikan dalam hidup seseorang. Dengan cara yang sama, Wang Yangming mendukung supremasi intuisi dalam masalah moral. Wang akan setuju dengan Plato siapa pun dapat mengenali apa yang baik dan tidak baik tentang moralitas.
Quote:
Patung cendekiawan Neo-Konfusianisme Zhu Xi di White Deer Grotto Academy, Gunung LushanGisling/WikimediaCommons
Filsafat Wang dan Platon telah diserang karena kurangnya bukti, tetapi apa yang diperdebatkan oleh kedua filsuf ini masuk akal pada tingkat yang sangat dasar, seseorang harus tahu apa yang baik untuk mengejar apa yang baik, dan pengetahuan tentang kebaikan harus bawaan agar orang memiliki keinginan untuk mengejarnya sejak awal. Mereka berpendapat, manusia harus mengenali apa yang tidak baik untuk menolaknya, dan oleh karena itu tidak perlu diajarkan kebaikan tetapi hanya diarahkan atau dididik untuk bertindak berdasarkan pengetahuan bawaan mereka tentang kebaikan. Argumen ini tidak dapat didukung oleh fakta empiris, seseorang harus sadar bahwa mereka harus mengejar sesuatu sebelum mereka dapat mengejarnya.
Teori intuisi Wang dapat dibandingkan dengan salah satu kebutuhan manusia yang paling dasar misalkanmakan. Tidak ada bayi yang pernah diajari bahwa ia "harus" lapar, dan tidak ada bayi yang pernah diinstruksikan untuk memberi tahu orang dewasa jika lapar. Bayi menangis untuk memberi tahu orang dewasa bahwa ia harus diberi makan, dan bayi tersebut mengungkapkan kebutuhan yang sama dalam kata-kata atau perbuatan, seperti mengatakan, "Saya lapar," atau akan mencari sesuatu untuk dimakan. Pengakuan kelaparan adalah kualitas bawaan manusia yang tidak perlu diajarkan, dan Wang mengatakan hal yang sama berlaku untuk moralitas. Semua yang harus diajarkan adalah bagaimana menerapkan pengetahuan bawaan itu dengan tepat, sama seperti seorang anak diajari cara yang tepat untuk meminta makanan.
Dalam Meno (dialog Socrates yang ditulis Plato), Socrates memuji seorang budak yang mengetahui geometri meskipun dia tidak pernah diajarkannya. Plato menggunakan budak laki-laki ini sebagai contoh pengetahuan bawaan untuk menunjukkan bahwa orang sudah tahu secara bawaan apa yang mereka anggap diajarkan dan ini berlaku untuk pengetahuan tentang kebaikan serta hal lainnya. Sama seperti seorang anak kecil yang tahu saat lapar, seseorang juga tahu bagaimana menjadi baik. Wang dan Plato sama-sama setuju bahwa apa yang mencegah seseorang untuk bertindak berdasarkan apa yang mereka ketahui adalah keinginan egois yang membingungkan orang dan membuat mereka memilih untuk bertindak buruk bahkan ketika mereka tahu mereka seharusnya tidak melakukannya.
Adi Shankara adalah salah satu filsuf Hindu yang paling sering dipelajari.
WikimediaCommons
Quote:
Adi Shankara adalah salah satu filsuf Hindu yang paling sering dipelajari.WikimediaCommons
Perbedaan konsep Wang dan Plato hanyalah kosmetik dan linguistik. Tidak ada perbedaan dalam ide fundamental mereka. Para filsuf dari timur selalu terlibat dalam pengejaran yang persis sama dengan rekan-rekan mereka di barat. Pada akhirnya tidak ada filsafat timur atau filsafat barat, yang ada hanya filsafat. Cinta dan kebijaksanaan tidak mengenal wilayah yang terpisah.
Penutupan
Penutupan ini termasuk juga penutupan pada trit sebelumnya tentang perbedaan, maka penutupan trit ini akan sedikit lebih panjang.
Salah satu masalah utama dalam pemahaman filsafat adalah hambatan bahasa, ini mencegah terjemahan dengan konsep yang sebenarnya. Meskipun sebuah kata dapat diterjemahkan, itu mungkin tidak masuk akal dalam bahasa lain, atau mungkin tidak sepenuhnya menjelaskan konsepnya. Bahasa memiliki konsep berbeda yang terkadang tidak dapat sepenuhnya diterjemahkan, itulah sebabnya ada kendala bahasa saat membahas konsep filsafat yang beragam.
Karena ada variasi terjemahan yang tak terbatas, tidak ada yang sepenuhnya benar. Sebuah kata dapat diterjemahkan secara berbeda dalam berbagai cara yang tak terbatas tergantung pada latar belakang orang itu dan sejumlah faktor lainnya. Tidak ada cara yang benar untuk mendapatkan satu terjemahan terbaik. Terakhir dalam masalah penerjemahan, ada konsep Otherness (perbedaan karakter). Selalu ada stereotip yang melekat dan menciptakan bias terhadap suatu subjek. Jika ada sesuatu yang dianggap asing, maka segera dimasukkan ke dalam kategori "kelainan", mengubah persepsi yang melekat padanya. Ini menciptakan dinding antara orang yang menerjemahkan dan konsep yang sebenarnya.
Semua hambatan penerjemahan yang berbeda ini dapat secara serius menghalangi semua jenis hubungan antara filsafat Barat dan Timur. Dengan semua komplikasi yang terlibat dalam memahami satu sama lain, sangat mengesankan bahwa budaya telah mencoba untuk memahami satu sama lain. Namun, dengan kesenjangan antara budaya yang semakin tipis setiap hari, mungkin suatu hari nanti akan ada jauh lebih sedikit penghalang antara Barat dan Timur, yang dapat mengubah cara budaya berinteraksi satu sama lain.
Quote:
Gambar Avicenna di atas Vas Perak. Dia adalah salah satu filsuf paling berpengaruh dari Zaman Keemasan Islam.Adam Jones/WikimediaCommon
Meskipun ada upaya untuk memahami filsafat yang berbeda, sulit untuk benar-benar menjembatani kesenjangan tersebut. Bahkan dalam setiap kelompok ada banyak sekte atau aliran yang berbeda yang masing-masing memiliki ide sendiri. Ada terlalu banyak individualitas dalam setiap filosofi bagi orang luar untuk benar-benar memahami semua konsep. Terlepas dari semua faktor ini, bukan berarti bahwa tidak boleh ada upaya yang dilakukan untuk mencoba memahami filsafat lain. Meskipun tidak pernah ada pemahaman yang lengkap, itu tidak berarti bahwa pendidikan tentang ide-ide yang berbeda tidak bermanfaat bagi semua yang terlibat.
Selain menciptakan pemahaman yang lebih baik tentang budaya yang berbeda, itu juga memungkinkan individu untuk berpikir di luar identitas utama mereka untuk mengatasi masalah dan menerima ide-ide lain. Selain itu, ketika dunia terus menggabungkan identitas bersama, banyak yang mungkin perlu mengambil ide dari filsafat lain dan mungkin menggabungkannya dengan mereka sendiri, menciptakan jaringan identifikasi dan ide yang berbeda. Mungkin ada budaya dunia, tetapi tidak semua orang dalam budaya itu harus memiliki pandangan yang sama. Jauh lebih realistis untuk mendorong dunia yang terfokus secara global dengan banyak orang unik yang juga mengakui identitas mereka yang lebih besar sebagai warga bumi.
Akhirnya ane selesai juga dengan trit ini, silahkan berkomentar sebagai jejak supaya bijak atau terlihat bijak. Seperti quote terkenal "Kaskusers bijak meninggalkan jejak".
ANE PAMIT
Diubah oleh raeuki 19-06-2021 03:11
taosipudan memberi reputasi
1
1.5K
7
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan