KokonataAvatar border
TS
Kokonata
Ingin Kubatalkan Pernikahan denganmu Setelah Kau Prank Aku


“Assalamualaikum…”

Nyai Sun menjawab salamku. Wanita paruh baya itu ingin membawakan dua tas belanja yang kubawa, namun kutepis halus.
 
Dia suka begitu. Meposisikan diri sebagai pembantu. Namun aku selalu berusaha tidak menganggapnya begitu.
 
Dia adik ibuku. Ibu sengaja memintanya tinggal di rumah ini. Menemaniku hidup di ibukota setelah dua kakakku berumah tangga. Secara tidak langsung, dia adalah pengganti ibu yang jauh di seberang pulau sana
 
Aku duduk di meja makan. Kulepas kain yang menutupi kepalaku. Hari ini sungguh melelahkan. Jiwa dan raga. Benarlah kata orang-orang, masa dalam pinangan itu penuh cobaan. Hari ini telah kubuktikan sendiri.
 
“Ini, Nit. Diminum selagi hangat…” kata Nyai Sun. Segelas madu lemon terhidang.
 
Nyai Sun menyentuh pundakku.
 
Kutepis tapi dia malah berkata, “kamu sangat lelah hari ini. Biar Nyai sedikit meredakan lelahmu. Nyai sudah lihat videomu. Ada 3 lho yang trending!”
 
Wah cepat juga kerja mereka.
 
Sambil menikmati pijatan Nyai Sun, kilasan peristiwa tadi siang berkelebat di benakku.
 
Kolam renang…
 
Hipnotis…
 
Cincin pertunangan…
 
Pansos…
 
Pengakuan…
 
Prank…
 
Persetujuan konten…
 
Kuhembuskan nafas keras.
 
Tiba-tiba saja kurasakan sapuan lembut di pipiku yang entah kapan sudah basah. Aku butuh pelukan.Ternyata Nyai Sun sudah menyiapkan diri, membuka tangannya.
 
Dalam pelukan Nyai Sun aku menangis. Lagi. Rupanya belum puas tangisan tadi.
 
Belaian lembut kurasakan lagi di kepala.
 
"Astaghfirullah hal'adzim, aladzi laailaha illahuwal khayyul qoyyuumu wa atuubu ilaiih.”
 
Kuikuti bisikan Nyai Sun itu di dalam hati. Kutumpahkan persediaan air di mataku hingga tiada lagi yang tersisa. Entah berapa lama kudekap tubuh yang mulai layu itu. Namun aku merasa tubuhku jadi lebih enteng setelahnya.
 
“Mau makan?” tawar Nyai Sun kepadaku.
 
Aku menggeleng. “Pelukan Nyai bikin kenyang,”
 
Dia tersenyum dan mengecup keningku.
 
Aku beranjak menuju kamar. Air hangat sepertinya bisa membilas kesedihan yang tersisa di wajahku, di badanku, di hatiku.
 
Ponselku berbunyi. Satu pesan masuk.
 
“Sekali lagi, maaf ya Nit”
 
Kuhembuskan nafas keras. Kutekan tombol untuk mematikan ponsel. Namun satu suara kecil kedengar dari ponsel.

"Mas, cepetan..."

Sambungan telepon langsung terputus.


 

***

 

Tiga jam lagi waktu Subuh. Tapi kupaksakan diri menggelar sajadah panjang di lantai kamar. Aku mengadu kepada-Nya. Ternyata persediaan air mataku belum habis.
 
“Ya Allah, apakah ini teguran-Mu karena Engkau cemburu? Karena kecintaan kepada dia mulai melebihi kecintaanku kepada-Mu?”
 
Aku bersujud. Mohon ampun kepada-Nya.
 
“Apakah kuputuskan saja hubungan dengannya?”
 
"Astaghfirullah hal'adzim, aladzi laailaha illahuwal khayyul qoyyuumu wa atuubu ilaiih.”
 
"Astaghfirullah hal'adzim, aladzi laailaha illahuwal khayyul qoyyuumu wa atuubu ilaiih.”
 
"Astaghfirullah hal'adzim, aladzi laailaha illahuwal khayyul qoyyuumu wa atuubu ilaiih.”
 
“Astaghfirullah hal'adzim…”
 
 
Sumber gambar: Freepik


Diubah oleh Kokonata 03-03-2022 12:15
jindanjun.6946Avatar border
bukhoriganAvatar border
bukhorigan dan jindanjun.6946 memberi reputasi
2
1.3K
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan