Jangan Bully Lagi Para Lajang, Inilah 7 Alasan Belum Menikah Juga di Usia Matang

Beranda
Komunitas
Female
Wedding & Family
Jangan Bully Lagi Para Lajang, Inilah 7 Alasan Belum Menikah Juga di Usia Matang

Kokonata

04-11-2021 04:24

Jangan Bully Lagi Para Lajang, Inilah 7 Alasan Belum Menikah Juga di Usia Matang

Di sekitar GanSis pastilah ada orang-orang lajang yang sudah berusia 30 tahun ke atas bahkan lebih namun belum menikah juga. Mereka sering menjadi sasaran perundungan (bullying). Dianggap tidak laku, jual mahal dan lainnya yang serba negatif. Padahal orang yang merundung tidak begitu tahu kehidupan pribadi si lajang.

Ada alasan-alasan yang sifatnya sangat pribadi sehingga si lajang belum juga menikah. Bukannya tidak laku atau pilah-pilih calon pasangan. Ada situasi dan kondisi yang membuat calon pasangan menolak mereka. Si lajang akhirnya memilih hidup sendiri dulu sampai bertemu dengan orang yang mau menerima dirinya apa adanya.

Berikut beberapa alasan yang TS himpun dari pengamatan terhadap orang-orang sekitar.

1. Pengalaman Traumatis, Nyawa Pernah di Ujung Tanduk atau Merasa Jadi Penyebab Kematian Calon Pasangannya.

Seseorang yang belum menikah mungkin saja pernah mengalami peristiwa traumatis. Maksudnya peristiwa yang menempatkan dirinya berisiko meninggal dunia. Nyawanya pernah di ujung tanduk. Misalnya dalam perjalanan lamaran pernah mengalami kecelakaan yang menyebabkan orang tuanya meninggal dunia dan dirinya koma. Rencana pernikahan menjadi trauma tersendiri baginya.

Ada juga orang yang sudah punya calon, tetapi calonnya meninggal dunia. Bukan sekali namun beberapa kali sehingga dia merasa sebagai pembawa sial, pengambil nyawa orang. Para lajang yang punya pengalaman traumatis ini perlu bantuan psikolog. Jika tidak, sulit baginya untuk melangkah ke pelaminan.

2. Mengurus Orang Tua yang Sakit, Sementara Calon Pasangan Enggan Berbagi Beban Itu

Tidak mudah mencari calon suami atau istri yang mau ikut menanggung beban orang tua yang sakit. Kebanyakan orang yang menikah segera honey moonmesra-mesraan. Bukannya malah jadfi perawat manula sakit. Hal ini yang membuat seorang lajang memilih sendiri dulu sampai masalah sakit orang tuanya selesai.

3. Menafkahi Keluarga, Menanggung Biaya Hidup Orang Tua dan Menyekolahkan Saudara

Apabila ini yang terjadi, tentu penghasilan suami atau istri kelak tidak bisa optimal untuk keluarga inti saja. Ada alokasi untuk keluarga besar. Tidak semua orang mau berbagi penghasilan dengan keluarga besarnya. Terlebih jika merasa pendapatan bulanan tidak seberapa dan keluarga besar seolah tidak tahu berterima kasih.

4. Memiliki Penyakit Kronis, Risiko Kebersamaan Menjadi Pendek dan Harus Siap Ditinggal Mati

Penyakit kronis memang tidak menular, namun cenderung terus meningkat seiring bertambahnya usia penderita. Penyakit kanker, jantung, diabetes merupakan sedikit contohnya. Calon pasangan harus siap berbagi derita, merawat istri atau suaminya kelak. Sebagian pengidap penyakit kronis juga punya usia pendek, sehingga orang enggan menikah dengan mereka.

5. Punya Kelainan Tertentu, Kelainan Fisik atau Jiwa Bahkan Keduanya

Bagi yang memiliki kelainan fisik, cenderung masih mudah mendapatkan jodoh. Apalagi kelainan fisik yang tidak mengurangi kegiatan hariannya. Namun orang-orang yang menderita gangguan jiwa tertentu, meski tidak begitu terlihat, calon pasangan bakal tahu dan membuat mereka mundur teratur. Misalnya saja orang-orang yang memiliki gangguan emosi sehingga berpotensi melakukan KDRT.

6. Ada Kakak yang Belum Menikah Juga, Mau Melangkahi Ada Aturannya

Ada kakak yang usianya lebih tua beberapa tahun belum menikah, membuat adiknya enggan untuk melangkahi. Merasa tidak enak atau lainnya. Dalam beberapa kebudayaan, seorang adik juga harus memberikan pelangkah berupa barang atau lainnya jika ingin mendahului sang kakak menikah. Terkadang pelangkah itu cukup memberatkan. Misalnya saja perhiasan emas dan barang mahal lainnya.

7. Sudah Lelah Mencari Jodoh dan Mandiri Secara Finansial

Sudah beberapa kali mencoba selalu gagal. Hal ini bikin para lajang pesimis dan malas berupaya menuju pelaminan. Terlebih dia mandiri secara finansial dan lainnya. Dukungan yang berarti dari keluarga, sahabat atau teman sangat diperlukan. Bukannya malah sinis, bisanya cuma menghakimi dengan ucapan-ucapan yang menyakitkan.