anjaultrasAvatar border
TS
anjaultras
Daan Mogot, Kisah Pahlawan Muda yang Gugur di Tangan Serdadu Jepang

Foto Daan Mogot / Sumber


Quote:

emoticon-Merdekaemoticon-Merdeka emoticon-Merdeka

Kisah para pemuda yang rela berkorban untuk negara banyak terjadi pada dekade 40an terutama setelah Indonesia merdeka. Perang masih berkecamuk di mana-mana selama kurun waktu 4 tahun lamanya. Tidak seperti sebelumnya berperang bersifat kedaerahan, setelah merdeka mereka pejuang bertempur atas nama Indonesia dengan semangat jiwa nasionalisme.

Integritas tinggi sekalipun nyawa dikorbankan tetap dikukuhkan para pemuda bangsa demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Salah satu wujud pengorbanan tersebut terjadi pada peristiwa pertempuran yaitu tragedi Lengkong. Peristiwa yang terjadi di Tangerang ini mengingatkan pada seorang perwira yang gugur di usia muda. Beliau adalah pahlawan pejuang kemerdekaan yang bernama Daan Mogot.




Siapakah Daan Mogot?

Lahir di Manado pada tanggal 28 Desember 1927 memiliki nama lengkap Elias Daniel Mogot. Pada masa kecilnya tahun 1939 Daan Mogot ikut pindah bersama keluarganya ke Batavia. Sang Ayah yang merupakan hakim besar di Batavia menjadi Dewan Rakyat Hindia Belanda dan selanjutnya diangkat menjadi Kepala Penjara Cipinang.


Daan Mogot (Kanan) saat menjadi perwira PETA / Sumber

Setelah Belanda takluk oleh Jepang di Hindia Belanda pada tahun 1942, Jepang membentuk pasukan pribumi yang dinamakan Seinen Dojo. Daan Mogot yang saat itu berusia 14 tahun tertarik untuk bergabung dengan Seinen Dojo. Sebenarnya Daan Mogot tidak masuk kualifikasi persyaratan karena minimal usia yang boleh mendaftar adalah 18 tahun. Akan tetapi dengan keyakinan yang kuat Daan Mogot bisa ikut Pendidikan militer bentukan Jepang tersebut. Atas prestasinya selama menempuh pendidikan militer Daan Mogot diangkat menjadi salah satu perwira PETA pada tahun 1943.

Berawal dari penempatan tugas di Bali, Daan Mogot lalu pindah tugas ke markas besar PETA di Jakarta sampai tanggal 15 Agustus 1945.




Pendiri Akademi Militer Tangerang

Berbekal keahlian di bidang militer, Daan Mogot bersama kolega mendirikan Militaire Academie Tangerang(MAT) pada tanggal 18 Nopember 1945. Daan Mogot saat itu diangkat menjadi Direktur MAT di usia hampir 17 tahun dengan pangkat Mayor.
MAT ini digagas untuk melatih para calon perwira Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Ada sekitar 180 orang yang ikut mendaftar menjadi angkatan pertama MAT.




Pertempuran Lengkong

Setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu, datanglah pasukan Belanda dan KNIL ke Indonesia. Salah satunya di Jakarta, Belanda berhasil menduduki wilayah strategis peninggalan Jepang terutama gudang senjata dan akan memperlebar kependudukannya di wilayah sekitar Jakarta.

Tahu akan maksud Belanda akan menduduki gudang-gudang senjata Jepang, maka Daan Mogot segera mengambil langkah untuk menguasai gudang senjata yang ada di daerah Lengkong, Tangerang Selatan. Dipimpin oleh Daan Mogot pada tanggal 26 Januari 1946 para calon kadet MAT berjumlah sekitar 70 orang dan beberapa perwira lainnya berangkat dari Jakarta ke Lengkong.

Sesampainya di depot Jepang, Daan Mogot menyampaikan ke Kapten Abe untuk maksud kedatangannya. Saat perundingan sedang terjadi karena Kapten Abe harus menghubungi atasannya di Jakarta terlebih dahulu terjadilah kesalahpahaman antara rombongan Daan Mogot dengan tentara Jepang. Berawal dari terdengarnya suara letusan senjata api, membuat keadaan di depot Jepang tersebut menjadi ricuh. Para tentara Jepang yang dari awal sudah bersiaga langsung memberondong peluru ke arah pasukan Indonesia. Daan Mogot pun segera memerintahkan pasukannya untuk meninggalkan depot Jepang tersebut sambil membalas tembakan ke pasukan Jepang.

Perlawanan yang tidak seimbang dari segi persenjataan ini membuat 33 orang kadet dan 3 perwira dari pasukan Indonesia gugur, sisanya ditawan oleh pasukan Jepang. Dari 3 perwira tersebut terdapat Mayor Daan Mogot yang juga gugur dengan beberapa peluru bersarang pada tubuhnya.  Satu perwira lainnya dan satu kadet merupakan kakak beradik yaitu Letnan Satu Soebianto Djojohadikusumo dan Taruna Soejono Djojohadikusumo.



Letnan Satu Soebianto Djojohadikusumo dan Taruna Soejono Djojohadikusumo / Sumber




Pada tanggal 29 Januari 1946 diadakan acara pemakaman kembali atas 36 pasukan Indonesia yang gugur. Termasuk Mayor Daan Mogot, pemakaman tersebut berada di Taman Makam Pahlawan Taruna Tangerang.

Seiring waktu berlalu dibangunlah Monumen Pertempuran Lengkong untuk mengenang para pejuang kemerdekaan yang gugur dalam pertempuran. Monumen tersebut dapat dikunjungi di Jalan Pahlawan Seribu, Lengkong Wetan, Serpong, Tangerang Selatan.

emoticon-Merdeka

Quote:







Ada darah bertumpah dalam pengorbanan mempertahankan kemerdekaan tersebut.
Semoga menginspirasi dan bisa menambah wawasan.



*****


Berdasarkan pengetahuan pribadi
Sumber foto:terlampir
Referensi tambahan:
Saleh, R. H. A. 1995. Akademi Militer Tangerang Dan Peristiwa Lengkong. Jakarta: Yayasan Pustaka Nusatama.


Diubah oleh anjaultras 20-08-2021 02:24
LacinaTraoreAvatar border
.unyuk.Avatar border
makolaAvatar border
makola dan 58 lainnya memberi reputasi
59
9.7K
135
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan