marywiguna13
TS
marywiguna13 
The Phenomenal Killer, Jack The Ripper



Pada tanggal 31 Agustus 1888 jam 3.40 pagi, mayat dari seorang wanita yang bernama Mary Ann Nichols ditemukan di Buck's Row di daerah Whitechapel. Mayat tersebut ditemukan oleh seorang pria yang bernama Charles Cross ketika dia sedang berjalan di sekitar Buck's Row dan melihat sebuah buntalan di arah barat. Seorang pria lainnya yang bernama Robert Paul juga mendekati mayat yang ditemukan oleh Charles Cross. Polisi kemudian tiba di tempat kejadian. Mary Ann Nichols ditemukan sedang telungkup, lehernya ditebas, bagian perutnya dipotong, dan isi perutnya dikeluarkan. Kematiannya diperkirakan sudah berlangsung selama setengah jam, yang berarti si pembunuh masih berkeliaran di sekitarnya ketika Charles Cross menemukan mayat Mary Ann Nichols.


Pada tanggal 8 September 1888, mayat seorang wanita yang bernama Annie Chapman ditemukan di 29 Hanbury Street oleh seorang pria yang sudah tua yang bernama John Davis, yang menghuni sebuah gedung di jalan tersebut. Bagian tenggorokan Annie Chapman dipotong, dan bagian rahimnya diambil. Seorang ahli bedah polisi yang bernama Dr. George Baxter Phillips berpendapat bahwa, si pembunuh memiliki pengetahuan anatomi karena mampu mengambil rahim milik Annie Chapman.

Tanggal 27 September 1888, pihak Central News Agency menerima sebuah surat yang nampaknya berasal dari si pembunuh yang berisi,

Quote:


Surat tersebut tidak dipublikasikan hingga tanggal 1 Oktober 1888, dan banyak yang percaya bahwa surat tersebut dibuat oleh seorang jurnalis. Tapi terlepas dari itu, surat tersebut berhasil dipublikasikan di koran. Dan begitu muncul di mata publik, nama itu melekat, dan si pembunuh sejak saat itu terkenal dengan nama, Jack The Ripper.


Tiga hari kemudian pada tanggal 30 September 1888 jam 1 pagi, mayat dari seorang wanita yang bernama Elizabeth Stride ditemukan di Barner Street oleh seorang pria yang bernama Louis Diemschutz. Luka yang dialami oleh Elizabeth Stride hanya bagian lehernya yang dipotong. Hal tersebut memberi petunjuk bahwa si pembunuh sempat terganggu dengan kemunculan Louis Diemschutz. Elizabeth Stride dinyatakan sudah meninggal selama setengah jam ketika pemeriksaan dilakukan pada jam 1.15 pagi.


Hanya berselang 45 menit dari penemuan mayat Elizabeth Stride, sesosok mayat lain ditemukan di Mitre Square, sebelah barat dari tempat Elizabeth Stride dibunuh. Mayat wanita tersebut bernama Catherine Eddowes, dan dia merupakan mayat wanita kedua yang ditemukan dimalam yang sama. Tubuhnya dimutilasi secara parah termasuk di bagian wajahnya, bagian rahim dan ginjal sebelah kirinya juga diambil. Polisi mendapatkan sebuah petunjuk, yakni apron milik Catherine Eddowes yang berada di sekitar tempat kejadian. Apron tersebut ditemukan oleh seorang pria yang bernama Alfred Long di pintu masuk blok apartemen di dekat Goulston Street. Yang merupakan jalan terdekat di sebelah timur dari tempat kejadian pembunuhan terhadap Catherine Eddowes. Di dekat apron tersebut terdapat sebuah pesan yang ditulis oleh kapur yang bertuliskan,

Quote:


Sebuah pertanda sebagai anti-Semit yang menjadi hal umum di daerah tersebut. Namun, hal rinci paling krusial dari petunjuk tersebut adalah karena petunjuk tersebut ditemukan di sebelah timur dari tempat Catherine Eddowes dibunuh, mengarah ke tempat dimana Elizabeth Stride dibunuh, pembunuhan yang terjadi 45 menit sebelumnya. Hal tersebut bisa berarti bahwa si pembunuh memiliki keinginan untuk memasuki daerah yang cenderung dikerumuni oleh banyak polisi. Selain menunjukkan kemampuan si pembunuh untuk mengelak, juga memberi petunjuk bahwa si pembunuh tinggal di daerah London bagian timur. Dan bisa menjelaskan motifnya untuk memasuki situasi yang berbahaya.

Tidak lama, sebuah kartu pos diterima oleh departemen kepolisian yang bertanggal 1 Oktober 1888 dan ditulis oleh seseorang yang mengaku sebagai Jack The Ripper dengan tulisan tangan yang serupa.

Quote:


Pada tanggal 13 Oktober 1888, polisi menghabiskan waktu selama seminggu untuk melakukan penggeledahan disetiap rumah yang berada di daerah kumuh bernama East Densworth, tapi mereka tidak menemukan apa-apa. Pada tanggal 16 Oktober 1888, seorang pria yang bernama George Lusk menerima sebuah surat. George Lusk merupakan seorang kepala Mile End Vigilance Commitee, sebuah grup yang terdiri dari pebisnis-pebisnis lokal yang mendampingi polisi. Surat tersebut tertanda, "from hell". Surat tersebut dikirim bersamaan dengan sebuah paket yang berisi separuh ginjal manusia yang diyakini adalah milik Catherine Eddowes. Namun, hal tersebut ternyata adalah sebuah prankyang dilakukan oleh seorang mahasiswa kedokteran.


Sebulan kemudian pada tanggal 9 November 1888, sesosok mayat kelima yang merupakan korban kanonikal terakhir yang bernama Mary Kelly, ditemukan di ranjangnya yang berada di 13 Millers Court oleh asisten tuan tanahnya yang sedang mencari tempat untuk disewa. Pembunuhan terhadap Mary Kelly dianggap sebagai kejadian yang paling mengerikan karena isi perutnya dikeluarkan dan hampir dikuliti.

Tuan tanahnya sempat memberikan pernyataan,

Quote:


Beberapa pihak percaya bahwa korban yang dibunuh bisa sampai berjumlah 11 orang. Dengan teror Jack The Ripper yang merajalela, setiap orang akan bertanya-tanya apakah ada yang pernah melihatnya secara sekilas? Dan sepertinya orang-orang memang pernah melihatnya. Mereka yang percaya bahwa mereka pernah melihat Jack The Ripper berasumsi bahwa Jack The Ripper berusia antara 25-35 tahun, memiliki tinggi kira-kira 5'5-5'7 kaki, berbadan kekar, berkulit putih, dan berkumis. Dia juga terlihat mengenakan mantel gelap dan topi berwarna hitam. Tim The Scotland Yard's Violent Crime Command mengatakan bahwa Jack The Ripper, yang bisa disebut sebagai jelmaan setan, penampakannya bisa digambarkan sebagai seseorang yang sangat waras, sangat normal, namun mampu melakukan kekejaman yang luar biasa.

Sir Melville McNaughten yang merupakan kepala Criminal Investigation Department Scotland Yard yang menjabat pada tahun 1903, memiliki kecurigaan umum tentang siapa pembunuh yang sebenarnya. Dia mengetahui bahwa Jack The Ripper memiliki pengetahuan mendasar tentang anatomi yang menunjukkan kemungkinan bahwa si pembunuh adalah seorang dokter. Dan berdasarkan catatannya, Sir Melville McNaughten mengerucutkan daftar tersangkanya menjadi tiga nama. Namun, karena banyaknya tersangka dan banyak pihak yang merasa bahwa ketiga nama yang dimiliki oleh Sir Melville McNaughten bukanlah Jack The Ripper yang sebenarnya, maka akan disebutkan delapan nama yang berbeda.



Montague Johnson Druitt yang merupakan seorang pengacara yang mungkin memiliki paman dan sepupu yang berprofesi sebagai dokter. Diwaktu kematiannya, Montague Johnson Druitt diperkirakan berumur 40 tahun dan memiliki ketertarikan terhadap ilmu bedah. Dia diperkirakan tinggal bersama dengan sepupunya yang mempraktekan pengobatan di dekat daerah dimana pembunuhan Whitechapel terjadi. Dan sebulan sebelum korban kanonikal pertama ditemukan, ibunya menjadi gila dan Montague Johnson Druitt membuat sebuah catatan yang berisi bahwa dia merasa takut bahwa dia juga akan ikut gila seperti ibunya.

Dalam catatannya, Sir Melville McNaughten menambahkan,

Quote:


Montague Johnson Druitt menghilang dan ditemukan tewas empat minggu setelah pembunuhan terakhir terjadi. Mayatnya ditemukan mengapung di sungai Thames pada tanggal 3 Desember 1888.



Michael Ostrog merupakan seorang dokter Rusia dan seorang kriminal. Sebelumnya, Michael Ostrog pernah berada disebuah rumah sakit jiwa atas kecenderungan untuk membunuh. Sir Melville McNaughten dalam catatannya mengatakan bahwa Michael Ostrog tidak bisa memberikan alibi yang kuat tentang keberadaannya ketika pembunuhan terjadi. Pada akhirnya, Michael Ostrog tidak didakwa karena tidak ada cukup bukti yang menghubungkannya dengan kejahatan yang terjadi.



Aaron Kosminski adalah seorang penghuni di Whitechapel yang merupakan seorang Polandia dan Yahudi yang pernah menghabiskan waktunya di rumah sakit jiwa pada tahun 1889 setelah pembunuhan terakhir terjadi. Dia tinggal di rumah sakit jiwa hingga kematiannya pada tahun 1919. Aaron Kosminski dikenal karena kebenciannya terhadap wanita, terutama yang berprofesi sebagai prostitusi. Menurut Sir Melville McNaughten, penampilan Aaron Kosminski cocok dengan penggambaran polisi terhadap seorang pria yang berada di Mitre Square. Dimana pada malam itu terjadi pembunuhan ganda dan Jack The Ripper berperilaku zig zag dengan polisi.

Aaron Kosminski mungkin adalah nama yang terdengar umum karena baru-baru ini namanya disebut dalam sebuah buku yang berjudul "Naming Jack The Ripper". Dalam buku tersebut, penulisnya yang bernama Russel Edwards mengaku bahwa sebuah syal yang dibeli dari sebuah lelang mengandung bukti DNA yang membuktikan bahwa Aaron Kosminski adalah pembunuhnya. Syal tersebut dibeli atas dugaan karena ditemukan di tempat kejadian dimana Catherine Eddowes dibunuh, yang merupakan korban keempat Jack The Ripper.



Russel Edwards kemudian meminta pertolongan seorang Molecular Biologist yang bernama Jari Louhelainen yang bekerja di Liverpool John Moores University. Russel Edwards dan Jari Louhelainen percaya bahwa syal yang mengandung noda darah tersebut terhubung dengan Catherine Eddowes, berdasarkan perbandingan dari salah satu keturunannya. Mereka berdua juga mengaku bahwa air mani yang terdapat di dalamnya terhubung dengan kerabat Aaron Kosminski. Dengan penemuan tersebut, banyak yang merasa bahwa kasus tersebut ditutup, termasuk Russel Edwards yang mengatakan,

Quote:


Namun, banyak yang kecewa dengan Russel Edwards karena hal tersebut mungkin tidak terjadi. Ternyata Jari Louhelainen mungkin telah membuat kesalahan kritis dalam perihal tata nama. Ringkasnya, Jari Louhelainen mengidentifikasi mutasi DNA yang terdapat pada syal yang ditemukan dan kerabat Catherine Eddowes yang bernama Karen Miller. Mutasi tersebut diyakini bernama 314.1C, mutasi yang hanya ditemukan pada 1 dari 290.000 orang. Yang membuatnya memiliki kemungkinan untuk cocok. Namun, identifikasi tersebut dilaporkan tidak benar dan bukan 314.1C, melainkan 315.1C. Yang merupakan mutasi yang dimiliki oleh lebih dari 99% orang keturunan Eropa. Jadi pada dasarnya, jika mutasi DNA tersebut benar, maka siapapun bisa saja menjadi Jack The Ripper.

Selanjutnya, DNA Aaron Kosminski dihubungkan dengan syal yang ditemukan dengan menggunakan DNA Mitokondria, dan menggunakan subtipe yang jauh dari kata unik. Seorang Geneticist Inggris yang bernama Sir Alec Jeffreys yang dianggap sebagai "The Godfather" dalam hal sidik jari DNA, mengatakan bahwa bukti tersebut perlu ditinjau lebih jauh. Namun, belum ada bukti nyata yang diberikan. Selain itu, Jari Louhelainen belum mempublikasikan hasil temuannya ke dalam sebuah jurnal ilmiah dan dia juga menolak untuk menjawab pertanyaan dari media. Dengan demikian, hal tersebut membuatnya tidak mungkin untuk memverifikasi pengakuan yang berasal dari Russel Edwards dan dirinya, serta secara efektif akan melakukan hal yang justru sebaliknya.



Muncul sebuah teori bahwa Jack The Ripper adalah seorang wanita. Teori tersebut dikemukakan oleh para Ripperologist dimana mereka memanggilnya dengan sebutan Jill The Ripper. Teori tersebut merupakan dugaan dari sebuah firasat yang berasal dari Inspektur Abberline yang terkenal, yang menyebutkan bahwa ketika semua polisi sedang memburu seorang pria, mereka seharusnya juga mencari seorang wanita karena dia bisa menjadi The Ripper yang bisa menyelinap tanpa kecurigaan.

Seseorang menunjuk bahwa seorang bidan yang banyak dijadikan sebagai profesi oleh para wanita akan memiliki pengetahuan anatomi yang cukup, dan darah yang menempel pada pakaiannya tidak akan membuat mereka mengangkat alisnya. Namun meskipun demikian, hal yang harus ditunjukkan adalah bahwa semua kesaksian dari para saksi mata menunjuk pada perwujudan dari seorang pria.



Prince Albert Victor Christian Edward alias "The Royal Conspiracy". Teori yang menyebutkan bahwa Prince Albert adalah Jack The Ripper sering menjadi cemoohan, namun masih terus dibicarakan karena popularitasnya yang tidak biasa. Prince Albert dikenal sering mendatangi daerah-daerah dimana para korban Jack The Ripper ditemukan. Hal tersebut dianggap sebagai sebuah kegiatan yang menyebabkan dia tertular penyakit sifilis yang menurut beberapa orang sudah membuatnya gila. Beberapa orang juga berpendapat bahwa kegiatannya tersebut mengakibatkan Prince Albert memiliki anak dengan seorang wanita lokal, dan Ratu Victoria menuntut agar semua orang yang mengetahui tentang anak tersebut untuk mengurusnya.

Selain itu, beberapa orang juga percaya bahwa kegilaan yang ditimbulkan oleh penyakit sifilis yang diderita oleh Prince Albert mendorongnya untuk melakukan pembunuhan itu sendirian. Ahli teori konspirasi percaya bahwa dia tidak pernah diketahui melakukan pembunuhan karena pihak kerajaan membantu untuk menutupi identitasnya. Namun, seperti yang disebutkan sebelumnya, teori ini sebagian besar dianggap sebagai teori yang menggelikan karena tidak ada bukti substansial yang menunjukkan kredibilitasnya.

bersambung ke #2...



Sekian, dan terimakasih.

*
*
*
*
*

sumber :



badbironkfachri15evywahyuni
evywahyuni dan 7 lainnya memberi reputasi
8
7.5K
45
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan