marywiguna13Avatar border
TS
marywiguna13 
Pengalaman Bekerja di Tempat Toxic #RabuRandom


Tulisan ini merupakan sebentuk pengalaman pribadi. Apa tujuan saya menuliskannya disini? Saya hanya ingin berbagi cerita tentang sebuah situasi yang pernah saya hadapi, dan mungkin pernah atau sedang dihadapi oleh sebagian kecil para pembaca, terlepas ada tidaknya hikmah atau pelajaran yang bisa diambil dari cerita tersebut. Saya tidak bermaksud untuk menyudutkan atau menghina siapapun atau pihak manapun. Lokasi dan nama tokoh yang terdapat dalam cerita akan disamarkan.

**************************************************

Apa itu Toxic Workplace?

Menurut artikel yang saya baca, Toxic Workplace atau tempat kerja toxic adalah suatu kondisi di dalam sebuah tempat kerja dimana budaya perusahaan, rekan kerja, situasi kerja, atau kombinasi dari ketiga hal tersebut membuat seseorang merasa terganggu sehingga berpengaruh kepada kondisi kesehatan mental.


Mengapa tempat saya bekerja mencari nafkah saya sebut sebagai tempat kerja toxic? Saya memiliki banyak alasan. Beberapa diantaranya adalah, Bapak dan Ibu Bos cenderung akan meremehkan kondisi hidup para karyawannya sendiri. Bapak dan Ibu Bos cenderung memiliki sikap untuk mengadu domba para karyawannya sendiri. Bapak dan Ibu Bos cenderung akan melakukan tuduhan pencurian terhadap para karyawannya sendiri. Para karyawan akan saling mengadukan perilaku karyawan lainnya pada Bapak dan Ibu Bos. Dan para karyawan akan cenderung saling menjatuhkan, karyawan senior bisa dipastikan akan menjatuhkan karyawan junior bagaimanapun caranya.


Sedikit cerita tentang bagaimana saya bisa bekerja di tempat tersebut. Bulan Maret 2008 lalu, saya pernah melamar pekerjaan disebuah tempat les bahasa dengan posisi sebagai asisten guru les bahasa Inggris. Lamaran saya saat itu dinyatakan ditolak, namun saya justru direkomendasikan untuk bekerja sebagai private English tutor bagi sepasang anak kembar perempuan yang berumur 7 tahun yang merupakan anak dari pemilik salah satu toko mebel di Bandung. Saat itu saya langsung diterima, bahkan saya dijadikan sebagai "karyawan magang" di toko mebel tersebut. Dari jam 8-4 sore saya bekerja di toko mebel, dan dari jam 5-8 malam, saya bekerja sebagai private English tutor.

Satu tahun kemudian, saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari toko mebel tersebut dengan alasan bahwa saya akan menikah lagi dan calon suami mewajibkan saya untuk ikut dengannya ke Kalimantan. Pada kenyataannya, saat itu saya sedang melakukan proses untuk menjadi seorang TKW dengan tujuan negara Taiwan. Jadi, yang menjadi alasan paling utama saya mengundurkan adalah, gaji yang saya terima saat itu hanya sebesar satu juta rupiah untuk dua pekerjaan yang berbeda, dengan 12 jam kerja. Bukannya tidak mensyukuri bentuk rejeki yang saya terima, tapi dengan kondisi hidup saat itu dimana saya seorang single parent dan anak saya masih berumur dua tahun, mendapatkan gaji yang hanya sebesar satu juta rupiah pastinya tidak akan bisa memenuhi semua kebutuhan.

Sembilan tahun kemudian dan sekembalinya dari Taiwan, Almarhumah Ibu memberitahu bahwa Bapak dan Ibu Bos sempat dua kali datang ke rumah. Secara garis besar, mereka menginginkan saya untuk kembali bekerja di toko mebel setelah mereka tahu bahwa alasan saya mengundurkan diri dari sana ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya. Pada akhirnya, sejak awal bulan April 2019, saya kembali bekerja disana tanpa perlu bekerja sebagai private English tutor bagi sepasang anak kembar mereka.

Untuk satu bulan pertama, para karyawan toko mebel dan hal-hal yang ada di dalamnya masih terlihat dan terasa manis. Selanjutnya, para karyawan akan menunjukkan keasliannya, dan hal-hal yang ada di dalamnya akan memberikan rasa yang sesungguhnya. Selama sembilan bulan bekerja di toko mebel tersebut, banyak hal-hal kecil maupun besar, hal-hal terbilang penting maupun sepele, yang tentu saja terjadi hingga membuat saya berkata, "Okay, I've had enough!". Dan saya akan menceritakan beberapa diantaranya di bawah ini.

**************************************************


Saat itu sudah masuk bulan Ramadhan, dan siang itu di toko di lantai satu hanya ada saya, Reni, supir, dan kenek. Saat itu kami sedikit nyantaikarena memang tidak ada pekerjaan khusus yang harus dilakukan, lagipula Bapak dan Ibu Bos sedang berada di Jakarta untuk mengurus proses kuliah ketiga anak perempuan mereka ke Jerman.

Adalah hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa ketika kita sedang menjalankan puasa, rasa kantuk dan lapar akan datang menghampiri terutama dikala siang hari. Begitupun dengan saya yang saat itu menjadi satu-satunya karyawan yang menjalankan puasa. Saya masih bisa menahan lapar, tapi saya tidak bisa menahan kantuk, hingga secara perlahan saya kemudian tertidur. Saya sempat terlelap untuk beberapa saat, namun saya langsung terbangun ketika mendengar suara yang cukup keras yang sepertinya memang disengaja untuk membangunkan saya.

Menjelang malam, Bapak Bos menghubungi saya melalui Whatsapp dan bertanya tentang hal-hal yang terjadi di toko. Lalu Bapak Bos berkata,

Quote:


Mendengar hal tersebut saya langsung menjawab,

Quote:


Bapak Bos kembali berkata,

Quote:


Saat itu saya hanya mengiyakan, tapi apakah saya menuruti apa yang Bapak Bos sarankan? Tentu saja tidak. Sejak saat itu saya justru berusaha agar saya tidak tertidur lagi dengan melakukan pekerjaan yang bisa saya lakukan, menyapu lantai misalnya. Karena apa yang Bapak Bos katakan diakhir pembicaraan, saya tidak menganggapnya sebagai sebuah bentuk toleransi terhadap umat yang sedang berpuasa, atau sebuah bentuk kebaikan yang berasal dari dalam dirinya. Tapi saya justru menganggapnya sebagai umpan agar saya bisa masuk perangkapnya, yang cepat atau lambat akan dibuang jika memang sudah tidak diperlukan.

Bapak Bos seringkali mengatakan bahwa dia merasa mampu untuk mendapatkan belasan bahkan puluhan karyawan untuk bekerja di tokonya. Saya berpikir, jika saya memang dianggap sudah merugikan, maka saya tidak keberatan untuk dikeluarkan saat itu juga. Toh Bapak Bos merasa mampu untuk bisa mendapatkan karyawan sebanyak yang Bapak Bos butuhkan. Tapi pada kenyataannya, saya tetap dipertahankan walaupun saya tidak tahu apa alasannya. Terlepas dikeluarkan atau tidak, yang menjadi pemikiran saya hingga saat ini justru adalah karyawan yang telah mengambil foto saya ketika sedang tertidur dan melaporkannya pada Bapak Bos.

Jika saya menjadi dia, saya tidak akan melakukan hal seperti yang dia lakukan, tapi saya justru akan membangunkan dia, melarangnya untuk tidur pada jam kerja, dan memberinya peringatan untuk tidak melakukannya lagi. Dan jika dia melakukannya lagi, maka barulah saya akan melaporkannya pada Bapak Bos. Bentuk pengaduan yang dia lakukan pastinya bertujuan untuk "cari muka" terhadap Bapak Bos, dan dia memang memiliki hak untuk melakukannya. Hanya saja, saya sangat menyayangkan sikapnya.

**************************************************


Di toko mebel tempat saya bekerja, seorang konsumen yang sudah membeli barang disana bisa melakukan pembayaran dengan cara tunai, menggunakan kartu kredit, atau dengan transfer melalui no rekening pribadi milik Bapak Bos. Dan setiap pemasukan yang akan dicatat, Bapak Bos pasti akan memberikan perintah kepada salah satu karyawannya untuk memprint out buku tabungan miliknya.

Pada suatu hari, saya mendapatkan tugas untuk melakukan hal tersebut. Saya tidak keberatan karena bank yang dituju lokasinya bisa ditempuh hanya dengan berjalan kaki selama 10 menit. Setelah mengantri, saya mendapatkan giliran untuk berhadapan dengan seorang CSO, dan saya menjelaskan bahwa saya ingin memprint out buku tabungan untuk urusan pembukuan. CSO tersebut menolak untuk melakukannya, karena buku tabungan tersebut bukan milik saya. Dan sebagai persyaratan, saya harus membawa surat kuasa dari pemilik buku tabungan tersebut.

Mendengar aturan yang dijelaskan, saya langsung menghubungi Bapak Bos dan menceritakan apa yang terjadi. Mendengar cerita yang menurutnya dianggap tidak enak, Bapak Bos meminta saya untuk mengalihkan pembicaraan dengan CSO tersebut dan menyuruh saya untuk mengambil fotonya. Dari jarak sekitar 50-60 cm, saya bisa mendengar Bapak Bos memaki-maki CSO tersebut karena suaranya begitu lantang. Setelah mereka selesai melakukan pembicaraan dan dengan perasaan yang sangat tidak enak, saya meminta ijin untuk mengambil foto CSO tersebut.

Bagaimana saya bisa merasa enak jika CSO yang sedang saya hadapi, yang sedang berada dalam kondisi hamil, dimaki-maki oleh Bapak Bos yang menolak untuk mematuhi aturan yang sudah ditetapkan oleh pihak bank? Bapak Bos mungkin berpikir, karena Bapak Bos merupakan seorang nasabah member platinum, maka dia akan menerima perlakuan istimewa termasuk bisa menolak untuk mematuhi segala aturan yang sudah ditetapkan oleh pihak bank. Saat itu saya yang justru merasa dilema dan kebingungan, disatu sisi saya harus mematuhi aturan dari pihak bank. Namun di sisi lain, saya harus mematuhi perintah yang Bapak Bos berikan.

Beberapa hari kemudian, Bapak Bos kedatangan seorang tamu yang merupakan salah satu petinggi bank yang pernah saya datangi beberapa hari sebelumnya. Dan Bapak Bos sempat meminta foto CSO yang pernah saya ambil untuk memperlihatkannya pada petinggi bank tersebut. Saya tidak tahu bentuk pengaduan apa yang dibicarakan oleh Bapak Bos, dan saya juga tidak tahu apa yang terjadi pada CSO itu. Hanya saja saya berpikir, apakah sulit untuk mematuhi aturan yang sudah ditetapkan oleh pihak bank, tempat dimana Bapak Bos tidak memiliki kekuasaan disana? Namun saat itu, yang saya bisa lakukan hanya berdoa semoga tidak ada hal buruk yang terjadi pada CSO itu.

**************************************************


Disuatu siang hari, saat itu di toko hanya ada saya dan Reni, sedangkan karyawan yang lain sedang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Dari luar arah sebelah kanan, muncul seorang pria yang berumur sekitar 60-65 tahun. Yang saya ingat, Bapak itu memakai baju koko berwarna putih, memakai peci takiyah berwarna krem, dan membawa tas selempang kecil berwarna hitam. Namun, saya tidak ingat dengan warna celana dan model sepatu yang dipakainya.

Begitu Bapak itu masuk, saya langsung menyambutnya, memberikan sapaan, dan dia juga langsung melihat perabotan yang berada dibagian depan. Sambil duduk disebuah sofa, Bapak itu menanyakan harga lemari pajang setinggi tiga meter dan sepanjang empat meter. Reni memberikan harga sekitar 22 juta. Lalu Bapak itu berjalan mendekati posisi lemari pajang itu berada sambil mengatakan bahwa dia akan menyimpan baju-bajunya di lemari pajang tersebut. Reni sempat memberikan sanggahan bahwa lemari pajang tersebut akan lebih bagus jika disimpan barang-barang hiasan. Dengan ketus dan bernada tinggi, Bapak tersebut kemudian memberikan jawaban,

Quote:


Mendengarnya berbicara seperti itu, saya dan Reni langsung terdiam. Bapak itu kemudian bertanya tentang pengiriman ke Medan dan sistem pembayaran dengan menggunakan cicilan. Kedua pertanyaan tersebut dijelaskan oleh Reni secara panjang lebar. Setelahnya dalam hitungan detik, Bapak tersebut keluar dari toko tanpa berpamitan atau mengucapkan terimakasih, dan berdiri di halaman toko seperti sedang menunggu sesuatu. Tidak lama kemudian, sebuah mobil berjenis Nissan Xtrail berwarna putih muncul dari arah kanan menuju ke arah halaman toko sebelah kiri. Pengemudinya yang berpakaian rapi, keluar dari mobil dan menghampiri Bapak itu. Mereka berdua kemudian menyeberang jalan dan berjalan hingga menghilang dari pandangan.

Hari akan menjelang sore, tapi mobil yang diparkir di halaman toko masih tetap dalam posisinya, tanda si pemilik mobil belum muncul dan memindahkannya. Diduga sudah melihat dari CCTV, Ibu Bos sudah mulai menghubungi Reni untuk menanyakan tentang mobil yang diparkir di halaman toko. Mendengar penjelasan dari Reni, Ibu Bos turun dan mulai memerintahkan para karyawannya termasuk saya, untuk mencari si pemilik mobil, serta memintanya untuk segera memindahkannya.

Jam 7 malam, si pemilik mobil masih belum muncul. Sudah waktunya saya untuk pulang ke rumah, tapi mengingat saya yakin tidak akan diijinkan karena masalah belum selesai, saya memutuskan untuk mencari si pemilik mobil ke arah kiri. Ketika saya sudah berjalan sejauh 10-20 meter dari toko, saya melihat Bapak itu sedang berada disebuah warung makan. Saya mulai berjalan menghampirinya dan mengatakan,

Quote:


Seingat saya, saya berbicara dengan sangat sopan, dengan nada yang rendah dan halus, serta dengan iringan senyum manis yang saya miliki. Bahkan posisi badan pun saya bungkukkan. Namun, Bapak itu justru memberikan jawaban,

Quote:


Dari situ pertengkaran mulai terjadi, orang-orang disekelilingnya yang kebanyakan adalah para pedagang warung makan dan para driver online pasti mendengar, dan memutuskan untuk melihat hal yang terjadi. Pertengkaran yang berlangsung sekitar 10 menit tersebut dihentikan oleh seorang driver online, saya juga berhenti memberikan argumen dan melangkahkan kaki untuk segera pergi dari warung makan tersebut.

Saya menilai, pertengkaran tersebut sebenarnya tidak perlu terjadi. Tapi apakah saya perlu diam, menunduk, lalu menangis dan meninggalkan warung makan itu ketika Bapak itu menyebut saya dengan kata yang cenderung kasar tanpa alasan yang jelas? Tentu saja saya tidak akan tinggal diam. Lalu apa alasannya? Seingat saya, ketika saya memintanya untuk memindahkan mobil, saya menggunakan gaya bicara dengan bentuk kesopanan terhadap orang yang umurnya jauh lebih tua dari saya. Dan ketika di toko pun, saya dan Reni merasa tidak memberikan sikap yang kurang baik terhadap Bapak itu. Tentu saja, karena prinsip "Pembeli adalah Raja" masih berlaku di toko kami.

Iya.. Pertengkaran itu tidak perlu terjadi jika Bapak itu menjawab,

Quote:


Bukankah jawaban seperti itu akan lebih menyejukkan hati? Orang-orang yang menonton pertengkaran yang terjadi pastinya akan berpikir macam-macam. Sebagian akan berpikir tentang masalah apa yang saya miliki dengan Bapak itu, dan sebagian akan berpikir mengapa saya bersikap tidak sopan terhadap orang yang lebih tua. Jika salah satu penonton pertengkaran memberikan pertanyaan dan saya memiliki kesempatan untuk memberikan jawaban, saya akan menjelaskan secara detail duduk perkaranya seperti apa. Agar mereka bisa menilai hal yang sudah terjadi dari berbagai sisi.

Sekitar 10-15 menit kemudian, pada akhirnya si pemilik mobil muncul untuk mengambil mobilnya. Dia sempat menganggukkan kepala ketika saya sedang berdiri di depan toko, dan dia sempat mengatakan pada saya,

Quote:


Saya membalasnya dengan senyuman manis alakadarnya, karena hati saya masih merasa kesal. Keesokan harinya, Bapak Bos bertanya pada saya tentang apa yang terjadi dan saya menceritakan kronologinya seperti apa, karena tadi malam Bapak Bos sedang tidak ada di tempat. Bapak Bos tidak mengatakan apapun, bahkan kata "maaf" atas kejadian buruk yang telah saya alami, atau kata "terimakasih" atas bentuk pembelaan yang saya lakukan demi tempat saya bekerja. Karena mengingat ketika pertengkaran itu terjadi, tidak ada satupun dari para karyawan toko laki-laki yang berani menghadapi Bapak itu, atau membela saya ketika bertengkar dengannya.

Mengapa pertengkaran itu bisa terjadi? Bapak itu bersikeras bahwa si pemilik mobil memiliki hak untuk memarkirkan mobilnya dimanapun karena menurutnya, saat itu si pemilik mobil memarkirkan mobilnya di tempat umum yang dikelola oleh pemerintah. Sedangkan menurut pembelaan Bapak Bos, teman Bapak itu telah memarkir mobil dimana jalan yang sering dilewati oleh para pejalan kaki dan lokasinya tepat berada di depan toko tersebut diakui sudah dibeli oleh Bapak Bos. Dan Bapak Bos mengaku memiliki surat-surat sebagai bukti atas pembelian lahan tersebut. Jika persoalan tersebut dibawa ke meja hijau, keduanya akan bersikeras mengungkapkan haknya.

Yang menjadi pertanyaan, apakah surat-surat bukti pembelian lahan itu ada, atau justru tidak ada? Jika ada, berarti saya membela yang benar. Jika ternyata tidak ada, berarti saya telah dibohongi dan membela yang salah. Namun, terlepas ada tidaknya keberadaan surat-surat bukti pembelian lahan tersebut, menurut saya si pemilik mobil tetap melakukan hal yang tidak seharusnya dia dilakukan. Karena mobil yang dia miliki cenderung menghalangi tempat usaha orang lain dan bentuk kegiatan yang ada di dalam tempat usaha tersebut.


bersambung ke #2...


**************************************************

Sekian, dan terimakasih.
Thread merupakan tulisan pengalaman pribadi.

*
*
*
*
*

primzlegacy666Avatar border
provocator3301Avatar border
wikowiqoAvatar border
wikowiqo dan 23 lainnya memberi reputasi
22
17.4K
276
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan