rsmembumiAvatar border
TS
rsmembumi
JULUKAN AHMAD ALBAR UNTUKKU YANG BERHOBI MENYAPU
Oleh: Rusydi Salahuddin (rsmembumi)


Sumber: Potret Pribadi

Bertekad untuk menjadikan rambut kribo macam penyanyi kondang Ahmad Albar merupakan bagian branding personal. Seolah paradigma tersebut muncul atas dasar keunikan yang tentunya menjadikannya jiwa ini berkarakter dalam menyikapi keberanian dan kepedean. Alih-alih misi yang kutonjolkan bukan semata tak berarti. Bukan pula macam bualan kaum elit berdasi kupu-kupu yang konon bereputasi namun tak berimplikasi. Filosofi sakral menggelegar menyatu dalam denyut nadi. Kelak kumati bukan karena orasi yang tak terselesaikan misi yang dikemas dan dihitung dalam periode lembaga yudikatif. Namun, setidaknya kumati meninggalkan filosofi hidup agar kelak kujumpa almarhum Gus Dur dan KH. Maimun Zubair di surga nanti.

Mendadak tak terencana, takkala kupulang tepatnya pada dua puluh tujuh November dua ribu dua puluh satu aku menganga. Bukan getir gejolak yang menyebabkan daku menganga saat kupijakkan kembali pada pangkuan mamah dan papah. Namun, memori cinta dan kenangan yang indah saat daku menghirup aroma pedesaan yang luar biasa sakral.

Aku lahir di dukuh Romakamal, Kabupaten Kebumen 25 lima tahun yang lalu. Mungkin jika ditanya, apa hobiku. Tegas ku jawab siapapun yang menanyakan hal itu padaku, "hobiku ialah menyapu". Orang yang melontarkan pertanyaan singkat itu terkejut dan sempat diam sesaat. Kujelaskan lagi alasan aneh yang tertafsir oleh orang tersebut. "alasan kumenggemari hobi itu, karena dari kita mencintai lingkungan dan tentunya keindahan yang didasari oleh konsep rasa dan raga, maka kita akan pula dilindungi oleh alam dan leluhur. Karena alam dan leluhur bagian dari ciptaan Gusti Kang Maha Agung." Itulah sepenggal alasan kumenggemari hobiku yang berbeda dari yang lain. Ciamik bukan?

Ya. Hobi asyik nan menarik yang digemariku merupakan bagian penting keilmuan yang diajarkan eyang kakungku (Eyang Paimin Supriyadi) namanya, yang saat ini sudah mendahuluiku terlebih dulu kurang lebih 8 bulan lamanya terhitung sejak bulan Maret hingga bulan November. Beliau mengajarkan bagaimana memaknai prosesi hidup di bumi sejak saat ku mengenyam pendidikan dibangku "jungkat jungkit" dan dilengkapi saut sautan nada bervolume girang saat ibu guru memerintahkan kepada muridnya untuk menyanyikan lagu "Bintang Kecil dan Abang Tukang Bakso."

Ngangsu seserapan(hakikat menimba khasanah keilmuan) dan pitutur penuh makna yang kudapat dari enyang kakung, hingga kini mengapal dalam berprinsip dan berkehidupan dalam tubuhku ini. Kumaknai penuh kesadasaran dan keyakinan, petuah-petuah darinya. Kuhayati kepribadian dan cara mendidik cucu cucunya. Macam menyapu halaman rumah, memperelok tanaman atau bunga yang ditempatkan di pot estetik nan cantik, dan memperlakukan hewan peliharaan dengan ketulusan sungguh mematri dan berkorelasi dengan hidupku saat ini. Tak lupa, singkat waktuku tatkala pulang ditanah rantau sebelum berlabuh menuntaskan peperangan di kota perang, kusempatkan datang dan sambangi kamar beliau semasa hidup. Ya, itu bagian rasa hormatku padanya. Tak lupa kusisipkan rapalan doa pada Gusti agar kelak kedamaian mematri dalam persemayam akhir kakungku, dan kakung bagi cucu cucunya.

Seusai merapal doa, aku keluar dari kamar eyang kakung, dan kudisambut oleh eyang putri. Dia berkata padaku, "mbok dicukur rambute Rusydi, ben ketok wangun, resik, lan gagah. Nek bersih kan pacare seneng", kutimpali tutur eyang utiku, "ya ngesuk, nek gelem, hehehe." Seketika ingatanku menjelma jauh, dan kusimpulkan makna ucapan dari eyang uti. Ternyata, beliau memerintahku potong rambut agar beliau ingatannya tak merujuk pada kakungku yang jenis rambutnya serupa dengan ku.

Terlepas dari itu, ketika kubertemu tetangga di desa, mereka terkejut saat jumpa kembali denganku. Unik dan asyik serasa mereka melihat musisi terkenal Ahmad Albar dieranya sewaktu muda. Tentunya, kusambut dengan hangat persepsi tetangga di desaku dengan senyum melankolis. Sesampai di rumah kubergegas mencari penampilan dan gaya Ahmad Albar sewaktu muda. Oh, rupanya mirip dengan beliau utamanya pada bagian rambut keriting ikal penebar pesona.


Sumber Gambar:
Potret Ahmad Albar yang diambil dari majalah tempo 1975. Diunduh pada 29 November 2021

Semarang, 29 November 2021
(Pukul: 21.40 WIB)
Diubah oleh rsmembumi 29-11-2021 15:03
phyu.03Avatar border
arsipojanAvatar border
suryasalakaAvatar border
suryasalaka dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.9K
14
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan