embunsuciAvatar border
TS
embunsuci
Kalau Jodoh Takkan Pergi, Kamu Adalah Akhir [COC CLBK 2022]






"Maafkan aku, Dre. Maaf ...."


Hanya kalimat itu yang mampu aku katakan pada Dre, lelaki yang kini berdiri di hadapanku dengan posisi kepala menunduk lemah.

Hening.


"Patah hati terberat bagiku adalah apa yang aku rasakan saat ini, Ai." Akhirnya dia membuka suara.


"Aku nggak bisa menolak perjodohan ini, andai aku bisa, Dre." Suaraku serak tercekat, hampir saja menangis segera ku balikkan badan.


"Baiklah, semoga dirimu bahagia, aku do'akan tulus. Cinta ini telah layu!"


Lemah dan tak bertenaga, aku berjalan meninggalkan Dre yang mungkin masih menatap punggung perempuan yang telah menyakitinya ini.


Dre adalah lelaki yang kukenal sejak dua bulan lalu, perkenalan singkat yang membekas di hati. Entah bagaimana akhirnya dia mengungkapkan rasa cinta tepat di saat aku dijodohkan oleh orangtua. Aku pun merasakan hal yang sama, perasaan cinta yang juga tumbuh. Tapi, ... Allah berkehendak lain dan mungkin memiliki rencana yang lebih indah.


***


"Ayah pergi ke rumah Kyai Fatah dulu, ya, Ai. Pertemuan antara kedua keluarga akan dilangsungkan seminggu lagi," ucap ayah sambil senyum-senyum padaku. Aku mengangguk dengan senyuman tipis. "Atau kamu ikut saja, Ai?" lanjut ayah membuatku menggeleng cepat.


"Buat apa, Ayah?"


"Kok buat apa sih, Ai? Ya biar kenal lah dengan calon suamimu nanti, calon mantunya ayah."


"Seminggu lagi kan ketemu, hari ini, ayah bersama Bang Raihan dulu saja yang ke sana."


"Yakin ... Nggak penasaran?" Bang Raihan muncul dari dalam rumah sambil mengacak-acak rambutku.


"Apaan sih, yakinlah!" Aku membenarkan rambut yang berantakan karena ulah Bang Raihan.


"Yaudah deh, baik-baik di rumah kamu, ya, yuk Ayah kita berangkat segera, keburu hujan soalnya udah mendung tuh," ucap Bang Raihan bersiap kemudi mobil.


"Assalamualaikum, Ai." Ayah melambaikan tangan, wajahnya begitu tampak bahagia.


"Wa'alaikumussalam."


"Ai." Mama yang datang dari belakang, menyentuh bahuku dengan pelan.


"Ya, Ma?"


"Kamu bahagia, Sayang?"


Lama aku menatap Mama, kemudian teringat senyum bahagia ayah. "Iya, Ma. Ai bahagia."


"Jangan bohongi perasaan kamu, Ai."


"Ai nggak bohong, Ma. Ai setuju dengan perjodohan ini."


Mama memelukku erat, tangan lembutnya membelai rambut panjangku.


***


Hari yang ditentukan untuk pertemuan kedua keluarga pun tiba. Saat kegelisahan mendera bersamaan dengan kebingungan, aku memilih duduk diam di tepi ranjang dan berusaha pasrah akan ketentuanNya. Segalanya akan baik-baik saja dan kebahagiaan akan hadir di depan mata.


"Ai ... Yuk keluar temui calon suamimu," ajak Mama meraih tanganku penuh lembut. Aku mengangguk setuju.


Kami berjalan melangkah keluar, semakin mendekat jantungku semakin berdebar tak karuan. Lelaki itu mulai tampak dari kejauhan, semakin lama semakin jelas. Ya! Lelaki duduk dengan terus menundukkan pandangannya menatap lantai, seperti lelaki yang sudah lama kukenal dan masih menetap di hati. Langkahku terhenti dan napasku tercekat, ingin teriak tapi kutahan, dia ....


"Dre?" Entah terdengar atau tidak, suaraku seperti menghilang bersama kebingunganku yang masih penuh tanya.


"Ai ...," balasnya yang ternyata mendengarku. Dia berdiri dan berjalan cepat ke arahku, kami saling menatap lama, terdiam dan terpaku dalam teka teki rahasia takdir.


"Kalian saling kenal?" Ayah memecahkan keheningan antara kami.


"Dre itu teman sesama penulis di sanggar seni, Ayah."


"MasyaaAllah." Semua orang tertawa bahagia tidak menyangka kalau kami saling mengenal, suasana menjadi riuh, tanpa sadar senyumanku mengembang tak lagi setipis kemarin.


"Em, jadi dia orangnya yang bikin kamu uring-uringan dari kemarin, Ai?" goda Mama.


"Mama!" Aku cumik malu.


"Eh kenalin dulu nih Kyai Fatah dan isterinya, calon mertua kamu, Ai," ucap Ayah memintaku salim pada kedua orangtua Dre. Begitupun sebaliknya, Dre salim pada orangtuaku. Keluargaku dan keluarga Dre pun akhirnya menentukan hari H untuk pernikahan.


***







Quote:



Link Puisi : Nani2002


"Qobiltu nikaha, watazwijaha bil mahril mazkur halalaan!"


Sah! Sah!


Butiran bening mengalir di pipiku, aku tak menyangka akhirnya akan menikah dengan Dre, lelaku yang kucintai. Rasa syukur dan bahagia mengisi hati.

Acara berlangsung dengan bahagia penuh canda dan tawa. Para tetamu pun mulai meninggalkan acara pernikahan, hari mulai gelap, malam pun tiba.


"Selamat ya, adikku sayang, semoga bahagia dan berkah, semakin dewasa dan kedepannya nggak manja lagi," ucap Bang Raihan memelukku penuh sayang.


"Makasih, Bang."


Usai beberes dan saling bercanda sesama keluarga, kami pun bersiap untuk istirahat.


***


"Ai," panggil Dre.


Aku tengah berdiri di dekat jendela, memandangi langit malam yang terang bertaburan bintang. Dre melingkarkan tangannya memelukku hangat. Refleks kutolak dirinya untuk menjauh.


"Hei, aku suamimu, Ai," protesnya kesal.


"Kamu katakan cinta itu sudah layu," balasku membela diri.


"Kini cinta itu sudah bersemi kembali, lagi dan lagi setiap hari nantinya, selamanya." Dre meraih tanganku dan menuntunku ke ranjang. Kami duduk di pinggir saling menatap syahdu.


"Aku mencintaimu, terimakasih telah menjadi wanitaku, Ai."


"Aku juga, Dre. Terimakasih telah menjadi lelakiku."


Dre mencium pucuk kepalaku sambil berdo'a untuk kebaikan kami. Kami semakin mendekat hingga napasnya terasa jelas menyapu wajahku, hangat.


"Kita shalat sunnah dulu yuk?" ajaknya tersenyum lembut.


"Yuk," balasku memberikan senyuman paling manis untuk Dre, suamiku.


Selesai.

Terimakasih❤️
bukhoriganAvatar border
bukhorigan memberi reputasi
22
2.3K
116
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan