biohazard89Avatar border
TS
biohazard89
Bukan Api 'Asmara' Namanya, Jika Hampir Padam Namun Tak Berkobar Lagi
Quote:


Pada suatu sore di bawah langit mendung tak hujan, Upeh dan Markonah duduk berdua di teras rumah Pak Mamad, di bawah pohon jambu monyet yang tidak sedang berbuah. Jika malam tiba dan nggak bisa tidur, Markonah sesekali menyempatkan waktu untuk makan mi rebus di teras tersebut sambil memandangi rembulan.

Percakapan pun dimulai:

”Markonah, gimana ya? Akhir-akhir ini kok pikiranku selalu dibayang-bayangi Malik,” ucap Upeh

”Malik? Siapa itu Peh?” tanya Markonah

Upeh: ”Itu loh, mahasiswa PTN dari RW sebelah. Dulu sih sempat HTS-an, TTM, main bareng dan belajar bareng, tapi hanya beberapa bulan. Setelah itu ia menghilang entah ke mana, nomor hp pun sudah tidak aktif. Dari situ hubungan kami sudah ku anggap bubar, kesell.”

Markonah: ”Wah, jangan-jangan...”

Upeh: ”Jangan-jangan apa Kon?”

Markonah: ”Jangan-jangan CLBK kamu Peh.”

Upe: ”CLBK, apaan ituh? aku kan masih polos, (padahal)”

Markonah: ”Itu loh, Cinta Lama Belom Kelar, eh Cinta Lama Bersemi Kembali, hehe.”

”Heleh, ada-ada saja kamu Kon, ndak mungkin toh, kan jadian saja belum, hehe. Iya sih memang ku akui benih-benih asmara mulai membara saat itu, hanya saja sudah hampir padam karena sosoknya yang tiba-tiba menghilang. Hemm, nggak sepenuhnya padam sih, tapi masih ada sisa-sisa percikan api asmara yang sangat kecil, dan masih bisa berkobar kok dengan stimulan yang pas, haha." Wajah Upeh pun sedikit merona merah pertanda malu tapi mau.

”Walah walah emang dasar kamu, mudah jatuh cinta, haha. Yowes mau tak bantuin nggak?" ujar Markonah

"Bantuin kayak gimana Mba'e?" tanya Upeh

Markonah: ”Gini gini, aku punya teman di RW sebelah, nggak terlalu akrab sih tapi ya kalau ketemu di Mang Bakso Bejo suka saling sapa. Maksudnya nanti ku coba bantu tanyain ke temenku itu tentang Malik, gimana gimana?".

Upeh: ”Maksud kamu Tasya?”

Markonah: ”Yoha yoha”

Upeh: ”Si Tasya memang tahu segalanya tentang lelaki yah, oke deh setuju, makasih loh bantuannya".

Markonah: "Sama-sama Upeh, dari dulu aku memang selalu membantumu bukan, dalam segala hal, hehe".

Upeh: "benar benar, kamu memang sohib sejatiku. Ya sudah bestie, aku pulang dulu ya dah mau maghrib nih, Pak Mamad masih sibuk kerja aja jam segini".

Markonah: "Oke Peh, sampai ketemu besok. Iya papah ku memang pekerja keras, demi membahagiakan anak isteri tercinta. Aku sayang banget sama papah".

Upeh: "Sipp besok sore kita sambung lagi pembicaraan ini. Sama dong, aku juga sayang banget sama ayahku. Ayah Raka the best pokoknya. Ya sudah aku cuss ya, Assalamualaikum".

Markonah: "Waalaikumsalam".

Keesokan harinya, pukul 4 sore, Upeh dan Markonah bertemu lagi, ditemani selimut hawa dingin sore yang mengepung alam sekitar kompleks, menunggu kepastian rintik hujan turun membasahi pijakan kaki yang letih.

Suasana dan latar masih seperti hari kemarin, di teras rumah Pak Mamad di bawah pohon jambu monyet yang (masih) tidak sedang berbuah.

"Aku punya kabar baik untukmu, Upeh" Markonah mengawali pembicaraan

"Wah apaan tuh, tentang Malik ya?" tanya Upeh

Markonah: "Iyap betul sekali, tadi pagi aku sempetin ketemu Tasya dan ngobrol sebentar. Tasya nggak bisa bantu banyak karena lagi siap-siap mau ketemuan sama cowok di Mall, biasa kenalan baru dan tajir. Jadinya Tasya hanya kasih nomor hp Malik saja ke aku".

Upeh: "oh gituh, ya sudah nggak apa-apa, punya nomor hp barunya juga aku dah seneng kok. Nanti malam mau aku coba call, semoga dia masih inget aku".

Markonah: "Semangat Upeh, semoga berhasil ya".

Percakapan dilanjutkan membahas hal lain, kali ini mereka berdua masuk ke dalam rumah karena hujan sudah mulai turun. Di dalam rumah, Upeh disambut oleh Pak Mamad dan Bu Titi, layaknya anak sendiri. Adik Markonah, bernama Aya, pun senang jika Upeh berkunjung ke rumah.

Singkat cerita, seminggu pun berlalu. Setelah intens komunikasi melalui hp, Upeh dan Malik memutuskan untuk bertemu kembali. Setelah pertemuan tersebut, Upeh sering terlihat aneh. Nyengar-nyengir sendiri di dalam kamar atau melipir-lipir di pekarangan belakang rumah, sembunyi-sembunyi untuk chat, telepon, bahkan video call.

Waktu pun terus berlalu, Upeh dan Malik semakin hari semakin dekat, namun entah kenapa mereka memutuskan untuk tidak jadian. Lebih tepatnya adalah sang lelaki tidak pernah menyatakan cinta. Entahlah, mungkin karena suatu hal lain perihal kenyamanan, ataupun trauma masa lalu yang enggan untuk diceritakan Malik kepada Upeh.

Hal ini sebenarnya di luar ekspektasi Upeh, namun pada akhirnya Upeh menyerah pada kenyataan. Selama Malik selalu ada dan tidak akan menghilang lagi, baginya itu sudah cukup, selama keyamanan ini dapat bertahan lama, walaupun tanpa ikatan status. Upeh hanya berharap yang terbaik untuk dirinya dan Malik.

Enam bulan sejak pertemuan pertama kali, Upeh mendapat chat dari Malik, singkat padat dan jelas, berisi tentang agenda kegiatan yang akan ditekuni oleh Malik dalam kurun waktu cukup lama. Kegiatan tersebut merupakan salah satu kewajiban yang harus dilakukan mahasiswa agar dapat lulus dan wisuda.

Malik: "Halo Upeh, selamat malam"

Upeh: "Selamat malam Malik, kamu belum tidur?"

Malik: "Sebentar lagi aku tidur nih, tapi aku mau ngomong sesuatu dulu"

Upeh: "(deg-degan) Apa itu?"

Malik: "Mungkin dalam 3 bulan ke depan kita nggak akan bisa ketemu dan komunikasi, karena aku harus ikut KKN sebagai salah satu syarat kelulusan dan wisuda dari kampus. KKN-nya di Desa terpencil jadi mungkin akan sulit sinyal di sana. Doakan aku bisa kembali dengan selamat ya, hehe".

Upeh: "Iya Malik, semangat ya, semoga kamu sehat selalu di sana, lancar segalanya sampai pulang lagi ke sini".

Malik: "Terima kasih Upeh, selamat tidur".

Upeh: "Selamat tidur juga".

Keesokan harinya, Malik pun berangkat ke Desa terpencil tempat KKN. Setelah saat itu tidak ada kabar lagi dari Malik. Setiap hari Upeh mencoba chat namun selalu centang satu dan mencoba telepon namun nomornya selalu tidak aktif.

Upeh tetap ber-positive thinking, mungkin memang benar di sana tidak ada sinyal sama sekali.

3 bulan berlalu, tetap tidak ada kabar.

3 bulan 2 minggu berlalu, kabar pun tak kunjung tiba.

4 bulan berlalu, tidak ada satu kata jua menghampiri Upeh dari Malik.

Entah, ke mana laki-laki itu? Mengapa ia tidak lagi mengirimkan kabar padaku?

Apakah dia menghilang lagi?

Tak disangka, ucapan "selamat tidur" merupakan chat terakhir darinya. Apa yang terjadi padamu? Apakah kamu masih hidup?

Akankah api yang berkobar "hampir" padam lagi? menyisakan percikan kecil yang entah kapan akan berkobar kembali.

Quote:


TAMAT
bukhoriganAvatar border
bukhorigan memberi reputasi
6
1.3K
14
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan