aghoraAvatar border
TS
aghora
Akhir Dari Siluet Masa Lalu

(COC)SFTH 2022 CLBK

GIGUE

Seminggu sejak kepulanganku dan Siska dari puncak Penanjakan, menjelang hari raya Natal...Rara mengajakku mudik ke Manado, dia dan anakku serta orangtuanya merayakan Natal, sedangkan aku diperkenalkan ke seluruh keluarga besarnya disana, secara dulu.. waktu aku menikah dengan Rara, ga semua keluarga besar dari Manado ikut datang ke kota kami.
Quote:

Akhir bulan maret kemarin, istriku Rara melahirkan anak kedua, seorang anak laki-laki yang kata semua teman dan keluarga besarku adalah fotokopiku. Lengkaplah sudah anggota keluarga kecilku dengan kehadiran bayi mungil itu.
Semua saudara, sahabat, dan rekan kerja di kantor pada menjenguk ke rumah, sepulangnya Rara dari rumah sakit..cuma Siska yang belum nampak batang hidungnya, padahal kedua orangtua dan adik laki-lakinya sudah mampir ke rumahku untuk melihat bayiku. Dia cuma mengucapkan selamat atas kelahiran anakku melalui telepon dan pesan di WhatsApp baik kepadaku maupun ke istriku. Aku memakluminya mungkin dia sangat sibuk sehingga belum sempat menjenguk bayiku.

" Ric..Siska belum kelihatan menjenguk Saka ya? apa dia sesibuk itu sampai ga sempat kesini?" ibuku menanyakan tentang Siska, padahal tiap seminggu sekali biasanya dia mampir untuk mengajak anakku berjalan-jalan.
" Ga tau sih, bu.. sesibuk apa dia sekarang ini. Maklum dia jabatannya lumayan, tapi dia udah kasih ucapan selamat ke aku maupun ke Rara." jawabku berpandangan dengan Rara.
" Mbak, waktu kamu habis lahiran, Siska ada bilang apa ke kamu ?" tanya ibuku pada Rara yang bingung juga perihal ga ada munculnya Siska di rumahku."
Siska cuma ngasih selamat aja sih,bu..dia bilang, maaf kalo mungkin sekarang dia ga bisa sesering lagi kesini mengajak Btari seperti kemarin-kemarin . " jawab Rara.
" Maaf ya, mbak... ibu mau tanya sama kamu.. perasaan kamu gimana selama Siska balik lagi kesini, " akrab " sama suamimu, dia juga sayang sama anakmu? " ibuku menanyakan hal itu.
" Aku sekarang udah ga papa,bu selama masih keakraban yang wajar, kalau melarangpun aku ga bisa, karena ini juga melibatkan 2 keluarga, antara keluarga ibu dan keluarga orang tuanya Siska. Kalo untuk cemburu, siapa sih,bu yang ga cemburu kalo suaminya didekati mantannya lagi..apalagi sekarang mantannya udah menjanda..tapi aku percaya kok sama Erico.. apalagi setelah dia menjadi ayah, aku mencintai dia karena keterusterangannya sejak awal aku mengenal dia...segala keburukannya ga pernah dia sembunyikan, dia ungkapkan apa adanya..dari masalah "masa lalunya" aku sangat tau, bu. jawab istriku mantap.
" Maafkan ibu ya, mbak...ibu juga sebenarnya ga enak sama kamu dan orangtuamu perihal masih dekatnya mereka.. keluarga mereka dari dulu selalu rajin bersilahturahmi walaupun hubungan cinta mereka di masa lalu sudah berakhir...ini kamu juga harus tau ya, mbak..kalaupun dulu Erico meneruskan ke jenjang yang serius dengan Siska, keluarga besar disini keberatan dikarenakan perbedaan sosial yang berjarak.. ayahnya Erico sebelum meninggal dunia berpesan sama anak-anaknya untuk mencari jodoh yang status sosialnya ga terlalu jauh dengan status sosial kita. Bukan seperti keluarganya Siska yang status sosialnya diatas kita" terang ibuku pandangannya menerawang jauh sambil tersenyum kecut.
" Iya, bu.. Rara sebelum menikah udah pernah membahas ini dengan Erico dan udah tau bakalan seperti apa segala konsekuensi yang muncul nantinya kalo kita tetap jalan bersama, Erico pernah ngasih gambaran detil, salah satunya seperti ini.." jawab Rara pelan.

Aku harus mencari waktu yang tepat untuk bicara jujur kepada Rara tentang kepergianku berdua menemani Siska di puncak Penanjakan kemaren. Aku harus menjelaskan secara detil kenapa aku tak meminta ijin dulu padanya, dan kenapa aku harus nekad pergi kesana berdua. Aku berharap pengertian istriku yang aku tau...dia adalah perempuan yang selalu penuh pengertian.
" Ma...ada yang pingin aku bicarakan dengan kamu...tapi aku mau bicaranya di rumah kita? " pintaku pada Rara di sore itu.
" Emangnya ada apa, yah? Segitu pentingnya ya sampai harus diomongin disana, kok ga disini aja sih?" Rara bertanya sambil memandangku tajam.
" Kita titipin anak-anak disini dulu sama ibu ya,kita pulang berdua aja, dan bicara di rumah, ada yang perlu aku omongkan sama kamu dan itu penting..!. " jawabku sambil tersenyum.
" Oke kalo emang ada hal penting yang perlu diomongkan..aku nitip anak-anak ke ibu dulu ya.." jawab Rara bergegas masuk ke dalam rumah.
~~~~~~~~~∆*X*X∆~~~~~~~~~~

Suasana agak sedikit tegang pun terjadi saat aku memasuki rumahku, kucoba sesantai mungkin menguasai perasaan dan pikiranku. Rara tak hentinya memandangku dengan ganjil, mungkin dia penasaran ada hal seserius apa yang ingin aku bicarakan sampai aku mengajaknya pulang tanpa membawa anak-anak.

" Ma, sini duduk di sampingku.. udah lama kan kita ga cerita-cerita tentang kita? " ajakku menepuk kursi agar Rara duduk di sampingku.
" Kamu mau ngomong masalah apa, yah?" Rara menghela nafas dan bertanya dengan pandangan yang teduh.
" Aku mau cerita, jangan dipotong dan disela dulu ya... biarkan aku bicara sampai selesai..baru nanti kamu mau bertanya dan berkomentar apa, silahkan " terangku pelan dan berbicara dengan intonasi yang aku buat serendah mungkin.
" Oke, silahkan kamu cerita.!"Rara menjawab sambil melipat tangannya dan merilekskan badannya bersandar kursi sofa.
" Semua kisah yang dulu ada antara aku dan Siska kan ga ada yang aku tutup-tutupi ke kamu kan..? semuanya sudah aku ceritakan secara gamblang dan terang, mulai dari hal yang sangat sensitif dan "rahasia" sampai kamu yang tau sendiri? Ternyata aku terlupa, ada satu yang lupa aku ceritakan sama kamu...itu tentang janjiku yang pernah aku ucapkan sama Siska waktu pertama kali kita jadian.." kataku sambil menghela nafas mengumpulkan semua kekuatan untuk menceritakan tiap detilnya.
" Aku nembak dia buat jadi pacarku di Bromo awalnya dia mengajak jalan-jalan ke Yogya..dan saat itu pilihanku adalah menuju ke Bromo, mengingat untuk hiking ke gunung dengan medan yang berat serta mengajak seseorang yang sama sekali belum pernah naik gunung itu akan merepotkan.. dulu kami kesananya berboncengan naik motor bututku yang bersejarah itu..dan akhirnya disana itu aku memutuskan buat nembak dia, di sore hari waktu kami menikmati matahari tenggelam..dan dia menerima aku buat jadi pacarnya."
" _ "
" Dan saat dini hari tiba, di Penanjakan itu kan ramai sekali dengan orang-orang buat menyaksikan sunrise, Siska betul-betul sangat terpesona dan bahagia sekali... karena itu adalah pengalaman pertamanya menikmati keindahan dini hari menunggu sunrise di ketinggian..dia sampai bicara bahwa suatu saat dia akan kembali kesini, akhirnya secara ga sengaja aku ucapkan sebuah janji, kalo aku akan mengajak dia kembali ke Penanjakan untuk menikmati sunrise di segala kondisi apapun itu, baik saat kita bersama maupun saat waktu kita udah terpisah dan ga bersama lagi..semua karena sebuah perumpamaan ungkapan yang pernah aku ungkapkan padanya, kalo penantian menunggu sinar matahari terbit adalah seperti penantianku padanya..setelah aku lama bersahabat dengannya, aku yang bukan siapa-siapa seperti mendapatkan segala curahan cintanya yang kembali menghangatkan kehidupanku yang pernah hancur hingga di titik nadir karena kehilangan sosok ayahku yang aku sayangi." terangku dengan pandangan mataku yang aku arahkan ke pusat bola mata Rara untuk mencoba menyelami seperti apakah reaksinya setelah aku ceritakan hal itu.
" _ "
" Dan untuk alasan kemarin aku mengajak dia kesana tanpa meminta ijin dulu darimu...ehm.. aku ngerasa kalo kemarin adalah waktu yang ga tepat untuk aku langsung berterus terang...aku akuin aku emang sangat salah, mencurangimu dengan tidak meminta ijin dahulu mengingat kamu sekarang adalah istriku ...tapi aku ngerasa waktu kemarin, di usia kehamilanmu yang udah mau memasuki fase akhir, aku takut nanti terjadi apa-apa kalo kamu mendapatkan tekanan perasaan pada saat nantinya waktu kelahiran yang akan berpengaruh pada kondisimu maupun bayi kita...aku minta maaf, benar-benar minta maaf..." dengan terbata-bata aku memegang tangan Rara dan menggenggam tangannya yang terasa dingin.
" Kamu berapa hari disana, yah? Itu yang bukannya kamu minta ijin ke aku, dan bilang kamu akan naik gunung dan hanya menemani teman lamamu itu ya?" tanya istriku dengan pandangan sendu berlinang air mata.
" Iya, waktu itu yang aku ijin sama kamu buat naik gunung 4 hari disana..aku dan Siska cuma 2 hari di Penanjakan.. setelah itu sisa 2 hari itu aku teruskan naik gunung sendirian di sekitaran gunung Welirang, sementara Siska aku pesankan travel buat mengantar dia pulang balik ke kota kita.. aku tegaskan dan yakinkan sama kamu, ma...tidak terjadi apa-apa antara aku dan dia..aku jujur ya, murni aku cuma mengantarkan dia menikmati sunset dan sunrise disana...dan aku sudah menepati janjiku dengan membayar hutangku padanya.. aku berani bersumpah atas nama almarhum ayahku.." jawabku dengan yakin dengan memandang matanya tanpa berkedip sama sekali.
" Aku percaya sama kamu, yah... bukannya aku ga punya rasa cemburu sama siska ya..tapi kamu mesti ingat..ini yang sering aku tegaskan sama kamu, yah..anakmu itu perempuan, yah..kalo kamu berani berbuat macam-macam sama perempuan manapun, nanti karmanya akan menimpa anakmu...camkan kata-kataku ini.. kalaupun aku katakanlah sekarang dimacem-macemin sama suamiku, bukan berarti dulu papaku macam-macam sama perempuan manapun.. engga... karena papakulah yang mengajarkan aku tentang ajaran hukum karma ini." jawab Rara dengan tegas sambil dia menyeka air matanya yang membasahi pipinya yang merona merah menahan emosi terpendam.
" Iya, ma...aku benar-benar minta maaf ya karena ga langsung terus terang minta ijin sama kamu kemarin.. itu terakhir kok aku menemani Siska untuk membayar janjiku yang dulu udah aku buat. Aku udah ga punya ganjalan hutang buat membayar semua kebaikan Siska di masa lalu.. Siska sendiri yang bilang begitu padaku, ma.." terangku sambil aku perlahan merengkuh dia dan memeluknya.
" Jangan ulangi lagi, yah...aku itu selalu memahami siapa kamu dari dulu, karena aku itu tulus mencintai kamu..aku tau kamu itu orang yang selalu ga bisaan sama orang yang minta tolong bantuan sama kamu walaupun kebaikanmu itu seringkali disalahgunakan..ingat yah..anak-anakmu sudah besar, aku mau menua bersama kamu melihat anak-anak kita tumbuh besar dengan perhatian utuh dari kedua orangtuanya..aku ga mau kehilangan kamu, sayang." Rara bicara sambil tersenyum sangat manis sambil memelukku dengan erat.
" Hehehe..terima kasih ya mama judesku sayang..." aku berbisik mesra bicara di telinganya .

Quote:


Aku lega udah mengungkapkan semuanya dan bicara dengan Rara tentang momentum yang kemarin aku lakukan dengan Siska. Aku sangat bersyukur mempunyai Rara sebagai istriku dan ibu dari anak-anakku, itulah kenapa aku dulu lebih memilih memperjuangkan dia sebagai pendamping hidupku, karena dia adalah orang yang sangat penuh pengertian kepadaku, menerima apa adanya aku dan keluargaku serta segala kekuranganku.Dan itu bagiku adalah keberuntungan yang emang diperuntukkan bagiku.

Di suatu malam di akhir bulan april, sepulangnya aku dari pekerjaanku sebagai kontraktor proyek di pelosok selama 2 mingguan, Siska mengirimkan pesan WhatsApp


Quote:

Malam itu aku datang menemui Siska tanpa aku pulang lebih dahulu ke rumahku, itu sepulang aku dari pekerjaan proyekku di pelosok ujung timur pulau Jawa, aku langsung menemuinya di tempat yang dia janjikan menungguku.

"Hai..rick..apa kabar? Selamat...sekali lagi aku ucapkan, selamat atas kelahiran anakmu yang kedua...maaf ya aku sangat sibuk sekali sampai ga bisa mampir kesana.." Siska menyalami aku dan memelukku, yang aku anggap itu sebagai pelukan seorang sahabat.. penampilannya malam ini bagiku, wow. sungguh sangat mempesona bagi tiap pria yang memandangnya.
Hmm.. lagi-lagi aku harus mengakui kalo dia emang perempuan yang mempunyai aura yang sangat luar biasa daya tariknya buat pria.
" Baik... seperti yang kamu bisa lihat, walaupun agak capek sih, maklum aku kan berkendara nyetir sendiri dari proyek di pelosok ujung timur pulau jawa sampai kesini tadi cuma laporan sebentar di kantor. " jawabku sambil tersenyum.
" Hmm, Ric..Ada sesuatu yang mau aku ungkapkan sekarang sama kamu..tapi aku mohon kamu simak dulu penjelasanku ya.." Siska menghela nafas dengan berat dan menghembuskannya secara kasar. Aku cuma bisa melihat dia dengan tatapan terheran-heran. Baru kali ini aku melihat dia berkelakuan ganjil seperti itu.
" Kamu tau beberapa minggu ini aku super sibuk sekali...itu karena aku harus menyelesaikan beberapa tanggung jawab pekerjaanku yang emang udah jadi kewajiban sebelum aku pergi...ya aku resign dari pekerjaanku, Ric..itu karena aku mau mencoba hidup baru di tempat baru..dan maafkan... itu bukan disini...percuma kalo aku masih disini dengan masih terikat dengan bayang-bayangmu..aku sangat tersiksa sekali..hiks..." Siska mulai menangis tersedu-sedu,.
" _ "
" Kamu harus tau, disini aku merasa ga menemukan seorang pria yang akan membuatku nyaman seperti yang telah kamu perlakuan buat aku.. karena aku terlalu nyaman hidup dengan kebiasaan dan bayang-bayang pribadimu yang dari dulu jalan berdampingan dengan hidupku..dulu aku sangat bahagia bersamamu ..aku pesimis kalo disini harus menjalani lagi pernikahan pura-pura seperti yang aku lakukan sama Bima.. dan sekarang waktunya aku harus menyerah.." tangis Siska di sela ucapannya
" _ "
"Aku akan pergi menyusul ke tempat kakek nenekku..ya..di Utrecht, Belanda..aku akan hidup bersama kakek dan nenekku disana.. ada sepupuku dari Malang yang nantinya akan berangkat bersama denganku..dan kami akan meneruskan dan mengelola usaha keluarga yang sudah dirintis kakekku disana.." terang Siska.
" _ "
"Boleh aku minta tolong untuk "sesuatu" yang terakhir kalinya sama kamu, Ric? " pinta Siska.
" Kamu mau minta tolong aku buat apa, Sis? " tanyaku dengan kata yang agak ragu-ragu aku ucapkan.
" Aku mau anak dari kamu ! " jawab Siska tegas.
" Apa?? Kamu sudah gila apa?" tanyaku kaget dan terbelalak dengan pernyataannya, aku sama sekali ga menyangka kalo Siska akan berpikiran ekstrim seperti itu.
" Iya..aku mau kamu menghamili aku..aku ga akan minta pertanggungjawaban buat kamu nikahi, biar aku besarkan anak itu nantinya disana..."
" Kamu udah gila ya..emangnya kamu udah ga waras ya, Sis? Dimana akal sehatmu kalo kamu sampai mempunyai pemikiran seperti itu? . " Aku jawab pernyataan itu dengan sangat emosional.
" Iya, aku emang sudah gila karena kamu...aku terobsesi dengan kamu.. ingat ga ketika ketika kita pertama kali melakukannya.. kita saling " buka segel" kita masing-masing, dulu kita melakukannya dengan sukarela karena kita saling cinta.." jawab Siska menerawang peristiwa ke belakang dan berapi-api.
Aku minta dia menurunkan volume suaranya yang makin meninggi karena hal itu akan menggangu pengunjung yang lain.
" Kita dulu sangat bahagia melakoni kehidupan sebagai pasangan muda walaupun kita belum terikat pernikahan" ucap Siska dengan senyum yang lepas sekali.
" Kamu ga mikir apa ? Dampak yang nanti terjadi kalo aku sampai mewujudkan permintaanmu itu..dan bagaimana hancurnya perasaan ibu dan istriku serta anak-anakku kalo itu sampai benar-benar terjadi ?.." jawabku yakin tanpa mempedulikan lagi Siska yang menangis sesenggukan.
" _ "
" Maaf aku ga bisa membantu kamu untuk mengabulkan permintaan kamu itu..biarlah kamu menganggap aku jahat..aku ga peduli..yang aku pedulikan sekarang adalah aku adalah seorang ayah yang mempunyai tanggungjawab kepada keluarga." Ucapku sedikit emosional.
" _ "
" Kalo kamu beranggapan aku bukan sahabatmu lagi dengan ga mau mengabulkan permintaan tolongmu ini...aku ga papa kok...maaf..aku pergi sekarang..anak dan istriku menungguku di rumah." Aku bicara sambil meninggalkan Siska yang menangis di meja. Aku mencoba untuk ga menoleh lagi ke arahnya dan berjalan sambil menegarkan hati, itu juga demi kebaikan kita bersama. Aku udah ga peduli lagi kalo emang ini akhir dari hubungan persahabatan di antara kami. Sebenarnya aku ga pernah meninggalkan seorang perempuan sendirian seperti kejadian kemarin, paling ga aku akan mengantarkannya dulu sampai ke kendaraannya pulang.

Suatu pagi, di minggu akhir bulan mei, aku dibangunkan oleh Rara dari tidurku di liburan pagi itu.
" Bangun yah, sana anterin Siska dan lepas dia di bandara.! " Kata Rara membangunkanku dengan lembut disertai senyum yang tulus.
Aku segera bergegas pergi ke bandara, beruntungnya dia pergi satu jam nantinya.

" Maafkan soal yang kemarin, Ric. Sampai kamu mendiamkan aku begitu lama, aku takut buat ngajak bicara lagi dengan kamu, emang sengaja aku ga berpamitan sama kamu karena aku takut mungkin kamu masih marah padaku.." Siska bicara pelan.
" Oke, aku juga minta maaf karena mendiamkanmu, Sis. " jawabku singkat.
" Aku sudah memutuskan pergi dari hidupmu, Ric.. biarkan persahabatan yang pernah ada diantara kita terkubur selamanya..aku sadar.. aku egois, karena menginginkan kamu yang bukan lagi milikku.Sekarang aku udah rela untuk meninggalkan kenangan itu disini menjadi sebuah nisan masa lalu kita, biarlah aku yang akan selalu mengenang kenangan itu..semoga kamu selalu berbahagia dengan istrimu menyaksikan anak-anakmu tumbuh besar. " Siska menangis tertunduk."
Aku memeluknya untuk menenangkannya dengan pelukan seorang sahabat yang mengasihinya.
" Pergilah dengan keyakinan, sis. Carilah bahagiamu..kamu berhak menemukan bahagiamu sendiri..aku yakin kamu akan menemukan pria itu disana..yakinlah.. jangan lagi melihat ke belakang, ke aku.."
Aku melepas kepergian Siska dengan lega, tak ada lagi ganjalan di hati kami masing-masing. Aku berharap semoga dia disana menemukan kebahagiaan sejati yang dia idamkan.
Selamat jalan untukmu.. sahabatku dan mantan kekasihku...


~~~~~~~~TAMAT~~~~~~~~~
Diubah oleh aghora 10-07-2022 23:37
bukhoriganAvatar border
bachtiar.78Avatar border
akukiyutAvatar border
akukiyut dan 19 lainnya memberi reputasi
18
3.7K
163
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan