marywiguna13Avatar border
TS
marywiguna13 
Lika-liku Kasus Pembunuhan yang Melibatkan Seorang Politisi Malaysia #KamisKriminal


Altantuya Shaariibuu lahir pada tanggal 6 Mei 1978 di Mongolia. Dia dan saudara perempuannya dibesarkan di St. Petersburg, Rusia, dimana Altantuya menjalani masa-masa pertama sekolah dasarnya. Selain di Rusia, Altantuya juga pernah bersekolah di Prancis dan China. Oleh karena itu, dia dikabarkan fasih berbahasa Mongolia, Rusia, Prancis, Mandarin, dan Inggris.

Spoiler for Altantuya Shaariibuu:


Pada tahun 1990, Altantuya kembali ke Mongolia dan sempat menikahi seorang penyanyi techno yang juga berasal dari Mongolia yang bernama Maadai. Namun setelah memiliki anak, mereka bercerai pada tahun 1996. Setelah itu Altantuya terbang ke Prancis untuk mengikuti sekolah modeling. Sekembalinya dari Prancis, Altantuya kembali menikah pada tahun 2003 dan kembali bercerai untuk yang kedua kalinya setelah memiliki anak.


Konten Sensitif



Selain menjadi seorang model, Altantuya juga bekerja sebagai penerjemah yang kerap bepergian keluar Mongolia. Seperti ke China, Singapura, dan termasuk ke Malaysia.


Spoiler for Abdul Razak Baginda:


Pekerjaannya sebagai seorang penerjemah membawa Altantuya ke sebuah pameran berlian di Hongkong pada akhir tahun 2004, dimana dia diperkenalkan oleh mantan Perdana Menteri Malaysia Najib Abdul Razak, kepada Abdul Razak Baginda yang merupakan seorang Analis Pertahanan dari Pusat Penelitian dan Strategi.

Kemudian pada tahun 2005, Altantuya diminta untuk menemani sekaligus menjadi penerjemah bagi Abdul Razak Baginda selama perjalanannya ke Prancis. Karena Abdul Razak Baginda sedang berupaya untuk melakukan negosiasi dengan Prancis dalam pembelian kapal selam Scorpene untuk pemerintah Malaysia. Tidak disangka selama berada disana, Altantuya terlibat asmara dengan Abdul Razak Baginda dan menjadi istri simpanannya.

Spoiler for Kapal selam Scorpene:


Namun jalinan asmara keduanya berakhir pada tahun 2006, dan sejak saat itu Altantuya kerap melakukan pemerasan terhadap Abdul Razak Baginda. Termasuk permintaan uang sebesar 500 ribu dolar Amerika sebagai imbalan untuk tutup mulut, karena Altantuya mengetahui bahwa salah satu pihak yang terlibat dalam negosiasi, perusahaan Prancis Armaris, membayar komisi sebesar 114 juta euro untuk kesepakatan yang dibuat ketika Abdul Razak Baginda berada di Prancis. Dan komisi tersebut masuk kedalam rekening perusahaan yang dikendalikan oleh Abdul Razak yang bernama Perimekar.

Selain meminta imbalan uang tutup mulut, Altantuya juga sempat meminta uang untuk bayi yang masih dalam kandungan yang diduga merupakan anak dari Abdul Razak Baginda. Dalam pengakuannya, Abdul Razak Baginda mengatakan bahwa pada awalnya sering memberi Altantuya sejumlah uang. Namun kemudian dia sadar bahwa selama ini dia dimanfaatkan, terlebih dengan ancaman Altantuya akan membeberkan segala hal yang dia ketahui. Belum lagi kehadirannya di kantor milik Abdul Razak Baginda yang membuat semua orang mengetahui tentang hubungan diantara mereka, termasuk keluarga Abdul Razak Baginda sendiri.

Abdul Razak Baginda kemudian menyewa seorang private investigator yang bernama P. Balasubramaniam untuk melindungi keluarganya dari pelecehan yang dilakukan oleh Altantuya. Pada tanggal 17 Oktober 2006 pagi, Altantuya mendatangi rumah Abdul Razak Baginda, namun dia tidak sedang berada dirumah. Dan Altantuya justru bertemu dengan istri Abdul Razak Baginda yang bernama Mazlina Makhzan.

Spoiler for Anak dan istri Abdul Razak Baginda:


Seorang teman Abdul Razak Baginda yang bernama Musa Safri, sempat menyarankan seorang anggota pengawal pejabat VVIP Malaysia yang bernama Azilah Hadri. Keesokan paginya pada tanggal 18 Oktober, Azilah menghubungi Abdul Razak Baginda dan mengatakan bahwa dia telah membunuh lebih dari enam orang. Oleh karena itu, dia mengatakan bahwa dia bisa membantu menghentikan pelecehan yang terjadi terhadap Abdul Razak Baginda beserta keluarganya. Namun Abdul Razak Baginda hanya meminta Azilah untuk berjaga-jaga didepan rumahnya. Dan dia juga sempat memberi Azilah alamat rumahnya, serta alamat Hotel Malaya tempat Altantuya menginap.

Pada tanggal 19 Oktober 2006 pagi, Altantuya kembali membuat keributan didepan rumah Abdul Razak Baginda. Abdul Razak Baginda kemudian menghubungi Azilah untuk memberitahukan tentang keributan tersebut. Azilah kemudian meminta P. Balasubramaniam untuk terus berbicara dengan Altantuya sampai dia datang. Tidak lama, Azilah kembali menghubungi Abdul Razak Baginda dan mengatakan padanya bahwa Azilah sudah berada didepan rumah Abdul Razak Baginda. Selain itu, Azilah juga mengatakan padanya bahwa malam itu Abdul Razak Baginda boleh tidur nyenyak.


Spoiler for Sirul dan Azilah:


Kemudian pada sore harinya, Sirul bertemu dengan Azilah di pusat kota Kualalumpur. Azilah mengatakan bahwa mereka berdua telah diperintah untuk melenyapkan Altantuya yang dianggap telah menerobos kalangan pejabat elit politik Malaysia. Kemudian pada jam 8.30 malam, Sirul dan Azilah mencari Altantuya dan membawanya ke sebuah hutan di Kualalumpur.

Pada jam 11 malam, Altantuya sempat berlutut dan memohon untuk tetap hidup demi bayi yang dikandungnya. Sirul kemudian melepaskan sebuah tembakan tepat dikepala Altantuya bagian kiri, namun tangan Altantuya masih mengejang. Lalu Sirul kembali melepaskan tembakan yang kedua sebelum membungkus kepalanya dengan plastik sampah, agar darah yang mengalir dari kepala Altantuya tidak menetes ke tanah. Sirul dan Azilah kemudian membawa mayat Altantuya ke semak belukar, menghubungkan dua buah peledak berjenis C4 ke tubuhnya, lalu meledakkannya.

Menyadari Altantuya hilang, sepupu Altantuya langsung melaporkan hal tersebut pada pihak kepolisian Malaysia dan meminta bantuan kedutaan Mongolia. Setelah melakukan pencarian selama kurang lebih sebulan lamanya, pihak kepolisian Malaysia menemukan potongan tulang didaerah hutan dekat Subang Dam di Puncak Alam, Shah Alam pada tanggal 6 November 2006. Dan potongan tulang tersebut diidentifikasi sebagai tulang milik Altantuya.

Spoiler for Tempat kejadian perkara:


Berdasarkan hasil investigasi, pihak kepolisian Malaysia kemudian menangkap Azilah dan Sirul yang menjadi tersangka pembunuh Altantuya. Karena seorang saksi mengatakan bahwa dia sempat melihat Altantuya memasuki sebuah mobil yang dikendarai oleh Sirul. Pihak kepolisian juga menemukan perhiasan yang diduga milik Altantuya, yang berada didalam jaket milik Sirul yang disimpan dirumahnya di Kota Damansara. Didalam mobil milik Sirul juga ditemukan sepasang sandal dengan ukuran yang tidak sesuai dengan ukuran kaki Sirul, dan pada sepasang sandal tersebut terdapat bercak darah yang sudah mengering.





Bukti lainnya didapat dari telco database bahwa Azilah memang berada di Puncak Alam pada waktu kejadian, bukan berada di Wangsa Maju, atau Taman Melati, atau Batu Caves, bahkan tidak di Jalan Duta seperti yang dia ungkap sebagai alibinya.

Selain Sirul dan Azilah, pada tanggal 7 November 2006, pihak kepolisian juga menangkap Abdul Razak Baginda atas tuduhan melakukan persekongkolan dengan Sirul dan Azilah dalam membunuh Altantuya.





Walaupun Sirul, Azilah, dan Abdul Razak Baginda resmi ditahan sejak tahun 2006, namun persidangan kasus pembunuhan terhadap Altantuya pertama kali digelar pada tanggal 19 Juni 2007. Kemudian pada tanggal 31 Oktober 2008, Pengadilan Tinggi Malaysia membebaskan Abdul Razak Baginda dari segala tuduhan, karena pihak penuntut dianggap gagal menetapkan kasus prima facie terhadapnya. Dan dihari yang sama, pihak penuntut justru berhasil menetapkan kasus prima facie terhadap Sirul dan Azilah dan mereka diperintahkan untuk mempersiapkan sidang pembelaannya yang digelar pada tanggal 15 Januari 2009.

Hampir empat bulan setelah sidang pembelaan digelar, pada tanggal 9 April 2009, Pengadilan Tinggi Malaysia menyatakan bahwa Sirul dan Azilah bersalah atas pembunuhan terhadap Altantuya, dan mereka didakwa dengan hukuman mati. Tidak terima dengan putusan hakim tersebut, Sirul dan Azilah justru mengajukan banding. Dan berdasarkan putusan Pengadilan Banding pada tanggal 23 Agustus 2013, Sirul dan Azilah dibebaskan dari segala ancaman hukuman, karena kurangnya bukti-bukti yang dapat digunakan untuk menjerat mereka.



Walaupun para pelaku sudah diberi putusan hukuman mati pada tahun 2009, namun ada beberapa alasan yang membuat persidangan ternyata masih tetap berlangsung dan pengadilan belum menetapkan kesimpulan apapun.

Quote:


Dan salah satu alasan mengapa persidangan berlangsung sangat lama adalah karena sulitnya mengungkap motif Sirul dan Azilah dalam melakukan pembunuhan. Keduanya yang merupakan anggota Unit Tindakan Khas (UTK) yang bertugas mengawal pejabat VVIP Malaysia, tentunya mereka akan melaksanakan perintah tanpa ragu dan mereka juga tidak diperbolehkan untuk bertanya tentang perintah tersebut. Oleh karena itu, timbul pertanyaan apakah mereka benar-benar diperintahkan untuk membunuh Altantuya atau tidak.

Karena Sirul sendiri pernah mengatakan,

"Aku tidak mempunyai alasan untuk menyebabkan orang lain merasa sakit hati, terlebih lagi untuk mengambil nyawa korban dengan cara yang kejam. Aku mengajukan banding pada pengadilan, yang lebih memiliki kekuasaan dalam menentukan apakah aku akan hidup atau mati, bukan untuk menghukumku demi memenuhi rencana orang lain yang dibuat untukku".

Selain itu, Sirul juga mengklaim bahwa dimalam Altantuya terlihat untuk yang terakhir kalinya, Azilah sempat mengatakan pada Sirul bahwa Altantuya setuju untuk tidak mengganggu Abdul Razak Baginda lagi. Namun, klaimnya tersebut tidak dapat dijadikan pertimbangan karena Sirul sendiri tidak dapat membuktikannya.

Quote:


Abdul Razak Baginda adalah satu-satunya orang yang memiliki motif untuk membunuh Altantuya. Motif yang pertama, Altantuya meminta komisinya sebesar 500 ribu Euro atas perjanjian pembelian dua buah kapal selam Scorpene dari Prancis yang bernilai 7 trilyun RM. Yang mana kasus tersebut pun masih dalam proses penyelidikan. Dan motif yang kedua adalah, hubungan gelap yang terjadi antara Altantuya dengan Abdul Razak Baginda yang terkuak ke publik dan mempengaruhi rumah tangganya sendiri.

Kemudian dalam proses persidangan, ada tiga orang yang memberikan pernyataan terkait Abdul Razak Baginda beserta pihak-pihak yang kemungkinan terlibat dalam pembunuhan Altantuya. Ketiga orang tersebut adalah Burmaa Onyuchimeg yang merupakan sepupu dari Altantuya, P. Balasubramaniam yang merupakan seorang private investigator, dan Raja Petra Kamarudin yang merupakan seorang blogger Malaysia.

Burmaa Onyuchimeg mengklaim bahwa Altantuya sempat menunjukkan padanya selembar foto Altantuya sedang bersama Abdul Razak Baginda dan Datuk Sri Najib Razak. Namun foto tersebut tidak pernah dimunculkan dipersidangan dan klaim Burmaa Onyuchimeg pun tidak dapat dibuktikan.

Spoiler for P. Balasubramaniam:


P. Balasubramaniam yang secara sengaja disewa untuk melindungi keluarga Abdul Razak Baginda, namanya justru muncul ke permukaan publik ketika dia membuat sebuah statutory declaration atau SD pada bulan Juli 2008. Dalam SD yang dibuatnya tersebut, Balasubramaniam mengatakan bahwa Datuk Sri Najib Razak adalah orang yang memperkenalkan Altantuya pada Abdul Razak Baginda.

Selain itu, Balasubramaniam juga mengklaim bahwa dihari ketika ditangkap, Abdul Razak Baginda menerima pesan dari seseorang yang saat itu menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri. Dan pesan tersebut berisi,

"Aku akan menyaksikan IGP pada hari ini jam 11 pagi. Masalah akan diselesaikan. Tenanglah".

Namun, 24 jam setelah Balasubramaniam membuat SDnya yang terakhir, dia kembali membuat SDnya yang baru yang menyatakan bahwa SD sebelumnya tidak akurat dan tidak benar. Balasubramaniam kemudian bersembunyi di India dan kembali ke Malaysia, dan pada akhirnya meninggal pada tahun 2013 karena serangan jantung.

Spoiler for Raja Petra Kamarudin:


Selanjutnya, Raja Petra Kamarudin juga membuat SD pada bulan Juni 2008 yang berisi klaim bahwa dia telah menerima informasi bahwa Datin Seri Rosmah Mansor yang merupakan istri dari Datuk Seri Najib Razak, hadir ketika Altantuya dibunuh. Namun berdasarkan laporan yang dibuat pada bulan April 2011, Raja Petra Kamarudin justru menarik kembali klaimnya dan mengatakan bahwa dia menerima informasi yang salah dan tidak percaya bahwa Datin Seri Rosmah Mansor berada ditempat kejadian ketika Altantuya dibunuh.

Datuk Seri Najib Rajak kemudian mengeluarkan pernyataan bahwa dia tidak mengetahui tentang Altantuya dan tidak pernah bertemu dengan Altantuya sebelumnya. Sejak itu, semua klaim pada akhirnya ditarik kembali, dan Abdul Razak Baginda dibebaskan dari segala tuduhan pada tahun 2008.

Quote:


Dari pihak penuntut maupun pihak pembela, keduanya sempat beberapa kali berganti pengacara. Dan dari semua pergantian, hanya ada dua pergantian yang ramai diberitakan. Yang pertama adalah Zulkifli Noordin yang merupakan pengacara pembela Azilah. Zulkifli Noordin mengundurkan diri beberapa hari sebelum jadwal sidang yang ditentukan. Zulkifli Noordin pun sempat mengatakan alasannya,

"Ada gangguan serius oleh pihak ketiga dalam persiapan pembelaan dan persidangan, yang telah menempatkanku pada posisi dimana aku tidak mampu menjalankan tugas untuk membela klienku sebaik mungkin".

Dan pergantian yang kedua dilakukan tepat dihari persidangan, semua anggota pengacara dari pihak penuntut diganti. Para anggota pengacara tersebut mengatakan bahwa mereka ditunjuk semalam sebelumnya dan sempat meminta kepada hakim untuk memberi mereka satu bulan perpanjangan waktu karena mereka sama sekali belum mempersiapkan apapun. Dan akhirnya, mereka diberi waktu hanya dua minggu saja.

Hal ini menjadi sebuah pengamatan bagi Fahri Azzat yang juga merupakan seorang pengacara di Malaysia. Dia juga mengatakan,

"Sebagai seorang pengacara, aku tidak akan menyarankan untuk melakukan hal semacam itu (mengubah pengacara begitu dekat dengan tanggal persidangan), kecuali ada sesuatu yang secara fundamental salah dengan tim yang aku temukan diakhir. Jadi ini bukan hal yang normal. Hal tersebut akan dan harus terjadi hanya dalam situasi yang paling drastis dan menakutkan".

Selanjutnya Fahri Azzat menambahkan bahwa pergantian pengacara secara mendadak akan mempengaruhi seluruh aspek persidangan. Dan dengan diberinya perpanjangan sidang, maka tentu saja waktu terbuang percuma.

Quote:


Putusan hukuman mati Sirul dan Azilah diberikan pada tahun 2009, tiga tahun setelah pembunuhan dan dua tahun setelah persidangan awal dilakukan. Namun ketika keduanya mengajukan banding, hal tersebut baru ditinjau empat tahun setelah putusan hukuman mati diberikan, yaitu pada tahun 2013. Inilah yang membuat penundaan yang begitu lama.

Dalam empat tahun tersebut, dilaporkan pada tahun 2011 jadwal untuk persidangan naik banding belum ditetapkan karena hakim harus menyelesaikan penilaiannya terlebih dulu. Namun ketika jadwal sudah ditetapkan pada bulan Februari 2012, permohonan naik banding milik Azilah belum diajukan karena proses yang lambat.

Selanjutnya, jadwal kembali ditetapkan pada bulan Agustus 2012. Tapi kemudian ditunda hingga Oktober 2012 karena perayaan Idul Fitri. Dan pada bulan Oktober 2012 pun, persidangan naik banding masih belum dilakukan, hingga akhirnya benar-benar dilakukan pada bulan Juni 2013.


bersambung ke #2..



Sekian, dan terimakasih.

*
*
*
*
*

sumber 1, sumber 2, sumber 3, sumber 4, sumber 5, sumber 6, sumber 7

roniyusAvatar border
sposoloAvatar border
black.roboAvatar border
black.robo dan 5 lainnya memberi reputasi
6
6.4K
22
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan