marywiguna13
TS
marywiguna13 
Mengenal Gangguan Kepribadian Ganda #RabuRandom


Apa itu Dissociative Identity Disorder?

Dissociative Identity Disorderatau yang lebih dikenal dengan gangguan kepribadian ganda, adalah gangguan mental yang ditandai oleh setidaknya dua keadaan kepribadian yang berbeda dan relatif abadi.

Atau bisa juga didefinisikan sebagai kondisi dimana dua atau lebih identitas yang berbeda, atau status kepribadian yang berbeda, muncul dan secara bergantian mengendalikan seorang individu.



Seseorang yang menderita Dissociative Identity Disorder ini, cenderung mengalami kehilangan ingatan yang terlalu luas untuk dijelaskan dengan bentuk kelupaan yang biasa.

Beberapa juga percaya bahwa, karena penderita Dissociative Identity Disorder mudah terhipnotis, gejala yang mereka miliki cenderung bersifat iatrogenic, yang berarti gejala-gejala tersebut muncul sebagai respon dari bentuk treatment yang diberikan oleh para terapis.

Biasanya identitas utama membawa nama yang diberikan pada setiap individu dan bersifat pasif, ketergantungan, memiliki perasaan bersalah, dan depresi. Karakteristik pengubah yang adalah termasuk nama, usia dan gender yang dilaporkan, kosakata, pengetahuan umum, dan suasana hati yang dominan, cenderung kontras dengan ciri-ciri identitas utama.

Keadaan tertentu atau pemicu stres juga dapat menyebabkan perubahan tertentu muncul. Setiap identitas yang berbeda dapat menyangkal pengetahuan satu sama lain, bersikap kritis terhadap satu sama lain atau tampak dalam konflik terbuka.



Dissociative Identity Disorder memiliki gejala-gejala dengan kriteria sebagai berikut,

1. Individu mengalami dua atau lebih identitas atau keadaan kepribadian yang berbeda dan masing-masing memiliki pola pemahamannya sendiri.

2. Gangguan yang terjadi melibatkan perubahan dalam arti diri, sense of agency, dan perubahan dalam perilaku, kesadaran, memori, persepsi, kognisi, dan fungsi motorik.

3. Kesenjangan yang sering terjadi ditemukan dalam ingatan sejarah pribadi, termasuk orang, tempat, dan peristiwa, baik untuk masa lalu yang jauh dan baru-baru ini.

4. Gejala-gejala ini menyebabkan gangguan atau kerusakan yang signifikan secara klinis di bidang fungsi sosial, pekerjaan, atau area penting lainnya.

Orang-orang yang memiliki Dissociative Identity Disorder dapat menggambarkan perasaan bahwa mereka tiba-tiba menjadi pengamat depersonalisasi dari ucapan dan tindakan mereka sendiri.

Mereka mungkin melaporkan bahwa mereka mendengar suara seperti suara seorang anak atau suara kekuatan spiritual. Atau mungkin mengalami hasrat yang tiba-tiba muncul atau emosi yang kuat sehingga mereka tidak merasa mampu untuk mengendalikan. Mereka mungkin juga melaporkan bahwa tubuh mereka tiba-tiba merasa berbeda seperti merasa seperti anak kecil, besar, atau berotot. Atau mereka mengalami pergeseran sikap atau preferensi pribadi yang secara tiba-tiba sebelum beralih kembali seperti semula.

Selain itu, lebih dari 70% dari orang-orang yang memiliki Dissociative Identity Disorder pernah mencoba untuk melakukan bunuh diri, dan perilaku merugikan diri sendiri seperti percobaan bunuh diri tersebut adalah hal yang umum di antara populasi ini.



Lalu apa yang menyebabkan seseorang memiliki Dissociative Identity Disorder?

Walaupun alasan seseorang dalam memiliki Dissociative Identity Disorder sangat sulit untuk dimengerti, namun secara umum, mereka pernah mengalami penganiayaan secara fisik maupun seksual, terlebih di masa kecil mereka.

Selain itu, orang-orang yang memiliki Dissociative Identity Disorder kemungkinan memiliki gejala post-traumatic seperti mimpi buruk, kilas balik, atau respon yang mengejutkan, atau post-traumatic stress disorder.

Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa orang-orang yang memiliki Dissociative Identity Disorder lebih umum berada diantara kerabat biologis terdekatnya yang juga memiliki gangguan yang sama ketimbang berada diantara populasi umum.

Perawatan yang dilakukan untuk orang-orang yang memiliki Dissociative Identity Disorder secara utama adalah dengan menjalani psychotheraphy dalam jangka panjang, dengan tujuan membangun kembali semua kepribadian berbeda yang dimiliki dan menyatukan mereka. Selain itu, perawatan terapi kognitif dan kreatif juga sama-sama diperlukan.

Walopun tidak ada pengobatan yang mampu merawat secara spesifik gangguan Dissociative Identity Disorder ini, antidepressants, anti-anxiety, atau obat penenang dapat diberikan untuk membantu mengendalikan gejala kesehatan mental yang terkait dengannya.

Dan dengan perawatan yang tepat, banyak orang yang mengalami gangguan Dissociative Identity Disorder akan mengalami peningkatan kemampuan mereka untuk berfungsi dalam kehidupan pribadi dan pekerjaan mereka.





Louis Vivet lahir pada tanggal 12 Februari 1863. Ibunya yang bekerja menjadi seorang prostitusi, cenderung kerap memukul dan menelantarkannya. Setelah melakukan sebuah kejahatan pada umur 8 tahun, Vivet dikirim ke sebuah rumah rehabilitasi, dan dibesarkan disana hingga dia berumur 18 tahun.

Pada saat umurnya 17 tahun, Vivet sempat bekerja disebuah kebun anggur. Satu hari, seekor ular berjenis viper melilit tangannya. Walaupun ular tersebut tidak menggigitnya, namun Vivet merasa ketakutan dan dari trauma yang dialaminya tersebut, dia mengalami kelumpuhan mulai dari bagian pinggang hingga ke bawah.

Selama menderita kelumpuhan, Vivet bekerja sebagai seorang penjahit hingga satu setengah tahun kemudian, secara tiba-tiba kakinya mampu berjalan kembali. Namun ketika dia bertemu dengan pihak asylum yang selama ini menampungnya, dia justru menanggapinya dengan penuh kebingungan. Dia juga tidak mengenali satu orang pun staf dari rumah sakit tersebut, bahkan dia sempat menuduh mereka telah dengan sengaja memenjarakannya.

Walaupun Vivet diakui memiliki sepuluh kepribadian yang berbeda, namun evaluasi ulang terbaru yang dilakukan dari literatur medis telah membuat beberapa psikolog percaya bahwa dia hanya memiliki 2 kepribadian. Dan kepribadian lainnnya merupakan hasil secara langsung dari hypnosis by therapists.

Gejala yang dialami oleh Vivet, termasuk hilangnya waktu dan amnesia, dijelaskan oleh seorang psikolog pertama yang merawatnya yang bernama Camuset, sebagai pembagian dalam kepribadiannya, dan tidak terkait langsung dengan riwayat trauma masa kecilnya sampai kasusnya dievaluasi kembali sekitar 100 tahun kemudian.

Beberapa orang ahli percaya bahwa Vivet tidak memiliki Dissociative Identity Disorder sama sekali, namun perilakunya justru lebih mirip dengan fugue state, yang merupakan gangguan disosiatif dan gangguan kejiwaan langka yang ditandai oleh amnesia yang dapat dibalikkan untuk identitas pribadi, termasuk ingatan, kepribadian, dan karakteristik pengidentifikasian individualitas lainnya.

Vivet menjadi sasaran berbagai macam perawatan yang para dokter awalnya meyakini sebagai hysteria, termasuk morphines, suntikan pilocarpine, minyak ipepac yang digunakan untuk memicu rasa ingin muntah, dan magnet yang diletakkan pada banyak bagian tubuh.

Tapi satu-satunya pengobatan yang dapat menghentikan sebuah serangan adalah tekanan pada tendon achilles atau tendon rotulian yang berada dibawah tempurung lutut. Dan dia juga berulang kali dihipnotis.



Menurut akun pribadinya, Truddi Chase lahir disebuah homestead di daerah Honeoye Falls, New York, pada tanggal 13 Juni 1939. Dan tumbuh disebuah apartemen di daerah yang sama. Dalam sebuah autobiography yang ditulisnya dan beberapa wawancara yang pernah dilakukannya, Chase telah berulang kali mengalami kekerasan secara fisik dan seksual yang dilakukan oleh ayah tirinya. Selain itu Chase juga dipukuli dan diabaikan oleh ibunya sendiri selama masa anak-anak dan remaja.



Menurut laporannya, Chase selalu mengingat penganiayaan dan kekerasan yang terjadi sejak dia berumur dua tahun. Namun, dia tidak bisa fokus mengingat secara rinci sebelum melakukan terapi. Dan berdasarkan terapi yang dia lakukan bersama seorang hypnotherapy yang bernama Dr. Robert Phillips, dan menyimpulkan bahwa dia memiliki 92 kepribadian yang berbeda.

Tidak seperti kebanyakan orang yang membuktikan kebenaran dengan kepribadian ganda yang mereka miliki, Chase justru enggan menggabungkan kepribadian yang dia miliki, alih-alih memikirkan mereka sebagai tim yang bekerja sama. Chase juga menyebut semua kepribadian yang dimilikinya dengan sebutan, "The Troops".

Dalam sebuah wawancara tv yang dilakukan dalam acara Oprah Winfrey, Chase menyatakan bahwa seorang wartawan dari koran The Washington Post, pernah melacak latar belakang keluarganya, termasuk ayah tirinya yang menyangkal telah melakukan penganiayaan terhadap Chase.

Wawancara lain yang dilakukan bersama Phil Donahue mengungkap bahwa Dr. Robert Phillips sendiri telah mencari keterangan tentang keluarga Chase dan menemukan fakta bahwa ibu Chase sendiri juga pernah melakukan penganiayaan secara seksual terhadapnya. Dan ibunya tersebut sudah meninggal sebelum buku yang ditulis oleh Chase yang berjudul When Rabbit Howls, diterbitkan.



Chase kemudian meninggal pada tanggal 10 Maret 2010 di rumahnya di daerah Laurel, Maryland, ketika dia berumur 75 tahun.





Shirley Ardell Mason lahir di Dodge Center, Minnesota, pada tanggal 25 Januari 1923. Mason merupakan anak satu-satunya dari Walter Wingfield Mason yang merupakan seorang tukang kayu dan arsitek, dan ibunya bernama Martha Alice Atkinson. Menurut salah seorang tetangganya, Martha diceritakan memiliki perilaku yang aneh seperti berjalan-jalan di kegelapan dan mengintip jendela rumah tetangganya. Belakangan diketahui bahwa Martha ternyata didiagnosa mengidap schizophrenia.

Mason lulus dari Dodge Center High School pada tahun 1941 dan menjadi mahasiswa jurusan seni di Mankato State College. Pada awal tahun 1950an, Mason sempat menjadi guru pengganti dan sekaligus menjadi mahasiswa di Columbia University.



Mason telah lama menderita dari ketidaksadaran dan gangguan emosional. Oleh karena itu sejak tahun 1954, Mason menemui Cornelia B. Wilbur yang merupakan seorang psikiater Freudian dan mulai menjalani psycotherapy.

Pada tahun 1955, Mason sempat mengatakan pada Wilbur tentang sebuah kejadian dimana Mason berada di hotel yang berbeda disetiap kota dan dia tidak mengetahui pasti bagaimana dia bisa berada disana. Dia juga pernah mendatangi sebuah toko dan kemudian menghancurkan barang tanpa dia menyadari apa yang sudah dia lakukan. Tidak lama setelah pengakuan tersebut, berbagai kepribadian yang berbeda mulai bermunculan disetiap sesi terapi yang dilakukan.

Cerita tentang masa kecil dan kepribadian ganda yang dimiliki Mason, kemudian dijadikan sebagai buku yang berjudul "Sybil" dan juga dijadikan sebagai acara miniseri disebuah stasiun tv. Sementara Mason atau "Sybil" ini menjadi kasus Dissociative Identity Disorder yang paling terkenal, namun keasliannya juga diperiksa dengan teliti.

Banyak orang yang percaya bahwa Mason hanya seseorang yang sakit jiwa yang mengagumi psikiaternya, dan Wilbur secara sengaja menanamkan ide bahwa Mason memiliki kepribadian ganda. Mason juga tampaknya bahkan mengakui bahwa dia hanya mengarang segala hal, dan pengakuan tersebut ditulis dalam sebuah surat yang ditujukan untuk Wilbur pada bulan Mei 1958. Namun, Wilbur mengatakan bahwa itu hanyalah sebuah usaha yang dibuat Mason untuk meyakinkannya, bahwa Mason tidak sedang sakit.

Lalu Mason kembali melanjutkan sesi terapinya dan selama bertahun-tahun menjalani terapi tersebut, sebanyak 16 kepribadian yang berbeda muncul. Dalam versi acara tv, kehidupan "Sybil" berjalan dengan baik dan berakhir dengan bahagia. Namun Mason justru kecanduan barbiturate dan bergantung pada terapisnya yang membayar tagihan dan memberinya uang. Pada tanggal 26 Februari 1998, Mason meninggal karena kanker payudara yang dialaminya.


bersambung ke #2..



Sekian, dan terima kasih.

*
*
*
*
*

sumber 1, sumber 2, sumber 3, sumber 4, sumber 5, sumber 6


eyefirst2sakkahashira467provocator3301
provocator3301 dan 17 lainnya memberi reputasi
18
10.1K
170
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan