marywiguna13
TS
marywiguna13 
Mengenal Sindrom Mayat Berjalan #RabuRandom


Apa itu Cotard Syndrome?

Menurut Wikipedia, Cotard Syndrome, atau Cotard Delusion, atau Walking Corpse Syndrome, adalah penyakit kejiwaan langka dimana seseorang yang terpengaruhi memiliki keyakinan delusi bahwa dia sudah mati, tidak ada, membusuk, atau merasa kehilangan darah atau organ bagian dalam tubuhnya.

Istilah Cotard Syndromeini pertama kali diperkenalkan oleh seorang neurologist berkebangsaan Prancis bernama Jules Cotard.



Sekitar tahun 1880an, Jules Cotard memeriksa seorang pasien bernama Mademoiselle X dengan keluhan yang tidak biasa. Wanita tersebut mengklaim bahwa dia merasa tidak memiliki otak, saraf, dada, perut, dan usus. Selain itu, dia juga merasa kekal dan akan hidup selamanya. Karena dia merasa bersifat abadi, maka dia tidak merasa memiliki kebutuhan untuk makan. Oleh karena itu, tidak lama kemudian dia meninggal karena kelaparan.

Berdasarkan gejala dan keadaan wanita tersebut, Jules menyimpulkan bahwa wanita tersebut mengalami sebuah syndrome. Dan sindrom tersebut dinamakan sebagai Cotard Syndrome.



Dalam Wikipedia juga dijelaskan bahwa Cotard Syndrome muncul dalam tiga tahap.

1. Tahap pengecambahan, dimana gejala *psychotic depression dan gejala *hypochondria muncul.

Quote:


2. Tahap pengembangan, dimana dari sindrom dan delusi atas penyangkalan terjadi pengembangan secara penuh.

3. Tahap kronis-lanjutan, dimana delusi parah muncul bersamaan dengan depresi psikiatrik kronis.

Walaupun diagnosa Cotard Syndrome tidak menemukan adanya halusinasi pada penderita sindrom itu sendiri, namun penyangkalan delusi yang kuat bisa dibandingkan dengan penyangkalan delusi yang ditemukan pada seseorang yang menderita *schizophrenia.

Quote:


Berdasarkan penelitian, Cotard Syndrome diderita oleh orang-orang yang berumur 50 dan tidak menutup kemungkinan juga akan diderita oleh anak-anak dan remaja. Namun, jika orang-orang yang menderita sindrom ini berumur dibawah 25 tahun, mereka juga cenderung menderita Bipolar Depression, dan kaum wanita lah yang kebanyakan menderita Cotard Syndrome ini.

Penderita Cotard Syndrome tentu saja bisa disembuhkan, hanya saja tergantung kondisi dari penderita sindrom itu sendiri. Jadi pengobatan pun bisa dilakukan secara bervariasi.

Pada tahun 2009 ditemukan bahwa Electoconvulsive Theraphy atau ECT, merupakan jenis pengobatan yang paling sering digunakan. Termasuk pada seseorang yang menderita depresi yang parah. ECT tersebut melibatkan aliran listrik dengan skala kecil menuju otak yang mampu menimbulkan sebentuk kejangan kecil ketika si penderita berada dibawah pengaruh obat bius.

Namun, pengobatan dengan menggunakan ECT mampu menimbulkan resiko lain seperti kehilangan ingatan, kebingungan, rasa mual, dan sakit otot. Oleh karena itu, pengobatan ECT ini hanya dilakukan jika penderita Cotard Syndrome sudah mencoba menjalani pengobatan jenis lain seperti antidepressants, antipsychotics, mood stabilizers, psychotherapy dan behavioral therapy.



Pada tahun 1788, seorang pria yang bernama Charles Bonnet melaporkan sebuah kasus pertama dari Cotard Syndrome. Seorang wanita tua sedang menyiapkan makanan ketika dia merasakan hembusan angin secara tiba-tiba, dan tubuhnya menjadi lumpuh disatu sisi. Ketika kemampuan untuk merasakan, kemampuan untuk bergerak, dan kemampuan untuk berbicara kembali muncul, dia segera menyuruh anaknya untuk memakaikan kain kafan pada tubuhnya, serta menempatkannya di dalam sebuah peti mati. Selama berhari-hari dia terus menuntut agar anaknya, temannya, dan pelayannya untuk memperlakukannya sebagai orang mati.

Mereka akhirnya menyerah dan kemudian memasukkannya ke dalam kain kafan, serta membaringkannya sehingga mereka bisa merasa “berkabung” padanya. Bahkan ketika wanita tersebut bangun, dia terus meributkan kain kafannya dan mengeluh tentang warnanya. Dan ketika dia tertidur, keluarganya akan membuka kain kafannya dan menidurkan di ranjang. Setelah dia dirawat dengan opium, sindrom yang dia derita bisa hilang. Namun, beberapa bulan kemudian sindrom yang dideritanya akan kembali muncul.





Seorang veteran tentara Inggris yang bernama Warren McKinlay yang berumur 35 tahun, menghabiskan waktu selama 18 bulan sebagai seorang "mayat berjalan", setelah kondisi medis yang langka membuatnya berpikir bahwa dia sudah mati. Dia menganggap bahwa dia tidak perlu mengkonsumsi makanan karena hal tersebut tidak berguna. Oleh karena itu, tidak jarang penderita Cotard Syndrome bisa meninggal karena kelaparan, karena mereka merasa tidak memerlukan makanan.

Gejala kondisi medis langka yang diderita Warren dimulai setelah dia mengalami kecelakaan motor yang serius pada tahun 2005. Bagian tulang panggul dan tulang punggungnya patah, serta dua bagian paru-parunya pecah. Warren berhasil melewati peristiwa tersebut dan bersama dengan istrinya yang bernama Sarah. Namun, keluarga Warren mulai memperhatikan bahwa dia bertingkah aneh dan tampak menjauh ketika keluarga mencoba mendekatinya. Warren juga selalu marah setiap kali dia mendengar suara yang keras, atau jika putrinya menangis, dia akan meninggalkan rumah karena suara yang terdengar seperti rasa sakit yang membakar kepalanya.

Warren merasa bahwa dia sama sekali bukan dirinya dan ada sesuatu hal yang tidak benar. Namun, dia tidak dapat memahami hal tersebut karena dia tidak pernah seperti itu sebelum mengalami kecelakaan motor. Dia berada di kursi roda selama berbulan-bulan dan merasa benar-benar kosong selama enam minggu setelah kecelakaan motor itu terjadi. Warren akhirnya dirujuk ke Headley Court Rehabilitation Centre di Surrey. Beberapa hari kemudian, Warren diberitahu bahwa dia mengalami cedera otak yang serius. Dan ketika dia menceritakan kepada terapisnya bahwa dia berpikir dia sudah mati, akhirnya dia diagnosis menderita Cotard Syndrome. Warren merasa terkejut dan menolak untuk mempercayainya, serta dia bersikeras bahwa tidak ada hal yang salah dengan dirinya.

Secara kebetulan, Warren berteman dengan seorang penderita Cotard Syndrome lainnya di klinik rehabilitasi. Mengetahui bahwa mereka mengalami hal yang sama dan melihat penderita tersebut bisa menerima hal yang terjadi, membuat Warren merasa terbantu untuk bisa melalui masalah yang sama yang juga sedang dia hadapi. Dan berkat bantuan dari terapis yang menanganinya, Warren merasa hidup kembali walaupun dia masih merasa kesulitan untuk mengatasi suara keras dan tempat-tempat yang ramai.





Suatu hari ketika Haley Smith yang berumur 17 tahun sedang berada di kelas bahasa Inggris, dia merasakan sensasi yang sangat aneh yang membuatnya merasa bahwa dia sudah mati dan dia tidak bisa menghilangkannya perasaan tersebut. Dia kemudian menemui perawat sekolah, namun perawat tersebut justru merasakan kebingungan karena dia tidak menemukan sesuatu yang salah dalam diri Haley. Haley juga mengatakan bahwa ketika dia sedang berjalan pulang, dia sempat berpikir untuk mengunjungi sebuah area pekuburan, hanya untuk dekat dengan orang lain yang juga telah meninggal. Namun, karena tidak ada satu pun area pekuburan yang dekat dengan tempat tinggalnya, dia kembali ke rumah dan mencoba untuk menidurkannya.

Untuk beberapa hari, usaha yang dilakukannya berhasil. Namun, beberapa hari kemudian perasaan itu menyerang lagi, bahkan ketika Haley sedang berbelanja. Dia merasa seluruh tubuhnya mati rasa dan dia menjatuhkan semua gaun yang sedang dia pegang dan berlari keluar dari toko. Dia merasa seperti menjadi gila dan perasaan itu tidak hilang. Haley mulai sering bolos sekolah, tidur disepanjang hari dan tetap terjaga pada malam hari. Dia juga banyak berfantasi tentang piknik di area pekuburan dan menghabiskan banyak waktu menonton film horor. Karena ketika melihat sesosok zombie, dia merasa santai seperti sedang bersama keluarganya.

Seiring berjalannya waktu, Haley memutuskan untuk merangkul kehidupannya yang baru. Dia memutuskan untuk memakan apapun yang dia inginkan karena dia berpikir bahwa dia tidak bisa menambah berat badan jika dia benar-benar sudah mati. Haley kemudian memberi tahu ayahnya yang bernama Floyd tentang kondisi medis langka yang dialaminya, dan ayahnya mendesaknya untuk menemui seorang psikiater. Setelah selama dua tahun mengumpulkan keberanian, Haley menemui seorang psikiater dan dia didiagnosis menderita Cotard Syndrome. Haley disarankan untuk menonton film-film Disney seperti The Little Mermaid, Aladdin, Sleeping Beauty, dan Bambi.

Menurut Haley, menonton film-film Disney bisa memberinya perasaan yang hangat dan nyaman. Perlahan-lahan kondisi Haley mulai membaik, dan pada akhirnya dia dinyatakan sembuh dari kondisi medis langka yang sudah dideritanya selama tiga tahun.



Sekian, dan terimakasih.

*
*
*
*
*

Sumber 1, Sumber 2, Sumber 3, Sumber 4, Sumber 5

gta007asamboiganscreamo37
screamo37 dan 18 lainnya memberi reputasi
19
8.1K
24
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan