marywiguna13Avatar border
TS
marywiguna13 
Misteri Pria dengan 21 Wajah #SeninMisteri


Pada tanggal 18 Maret 1984, Katsuhisa Ezaki yang merupakan seorang kepala pabrik pembuatan permen Jepang yang bernama Glico, sedang menikmati mandi malamnya di rumahnya di Osaka. Tiba-tiba, dua orang penyerang yang berkupluk dan bersenjata memasuki rumah Ezaki dan menculik Ezaki yang saat itu tidak mengenakan apapun. Keesokan harinya, sebuah surat permintaan tebusan disampaikan pada perusahaan Glico. Pelaku penyerangan meminta uang sejumlah satu milyar yen dan satu kilogram emas yang harus diletakkan disebuah kios telepon.


Dua hari kemudian sebelum permintaan tebusan tersebut dipenuhi, Ezaki berhasil melarikan diri. Sebelum dini hari, Ezaki yang masih berada dalam keadaan terikat, berusaha untuk melepaskan ikatannya dan mendobrak pintu gudang dimana dia disekap. Dia kemudian menemukan dua orang pekerja jalan raya, dan meminta mereka untuk segera membantunya menghubungi polisi selagi masih mengenakan pakaian yang diberikan oleh penyerangnya. Sayangnya, Ezaki tidak mengetahui siapa yang menjadi penyerangnya. Walaupun rencana pelaku penyerangan untuk meminta tebusan dianggap gagal, orang-orang yang berada di balik penculikan tersebut tidak tinggal diam. Para pelaku selanjutnya meminta uang sejumlah 480 ribu dolar, atau mereka akan meracuni permen-permen Glico yang diproduksi dengan racun sianida. Para pelaku kemudian menyelinap ke kantor pusat Glico untuk menyulut kebakaran.


Pihak berwajib Jepang berada dalam kesulitan untuk bertanggungjawab menentukan siapapun yang menjadikan perusahaan Glico sebagai target mereka. Pada tahun 1980an, kasus yang bisa menyulitkan polisi Jepang terbilang sangat langka. Jika dibandingkan dengan polisi Amerika, polisi Jepang lebih memiliki kemampuan untuk memecahkan kasus pembunuhan sebanyak 97,1% dan kasus pencurian sebanyak 55,3%. Sedangkan polisi Amerika memiliki kemampuan untuk memecahkan kasus pembunuhan sebanyak 73,5% dan kasus pencurian sebanyak 17,3%. Informasi tersebut berdasarkan data yang didapatkan pada tahun 1983. Dan ketidakmampuan memecahkan kasus Glico telah mencoreng reputasi polisi Jepang.

Sebuah suratkabar yang bernama Yomiuri menerbitkan headline yang mengatakan,

Quote:


Sayangnya bagi polisi Jepang, situasi yang mereka alami dianggap lebih memalukan. Dan tidak ada yang lebih merasa kesal atas kekurangan polisi dalam menangani kasus tersebut selain para pelaku itu sendiri.


Pada tanggal 8 April 1984, media menerima surat pertama yang merupakan satu dari ratusan surat yang dikirim oleh para pelaku selama satu setengah tahun kedepan. Surat tersebut berisi ejekan bagi polisi dan bahkan mencoba untuk membantu mereka dalam melakukan tugasnya. Isi surat tersebut mengatakan,

Quote:


Surat tersebut dianggap menjadi penyanggah atas beberapa teori seperti penculikan yang terjadi merupakan pekerjaan orang dalam, atau pemilik gudang tempat Ezaki disekap memiliki keterlibatan. Penulis surat tersebut juga memberikan lebih banyak petunjuk bagi polisi dengan memberikan informasi bahwa mobil yang mereka gunakan berwarna abu, dan mereka juga menyebutkan nama toko yang menjadi tempat mereka membeli makanan. Lalu surat tersebut kembali mengatakan,

Quote:


Surat-surat dari para pelaku itu terus berdatangan, mereka memiliki kemampuan untuk menarik perhatian publik dengan memanfaatkan media untuk memastikan bahwa bentuk ancaman dan kejahatan yang mereka lakukan diberitakan secara luas pada masyarakat. Para kritikus mengkategorikan tindakan yang mereka lakukan sebagai gekijo hanzai, atau kejahatan merupakan sebentuk teater. Surat-surat tersebut berisi hal-hal detail yang diberikan secara acak pada pihak berwajib, seperti pintu gerbang yang digunakan untuk memasuki kawasan pabrik, atau model mesin tik yang mereka gunakan untuk mengetik surat. Namun, tidak ada satupun dari petunjuk-petunjuk tersebut mengarah pada sesuatu hal, yang semakin membuat polisi terlihat tidak kompeten. Hampir semua bukti yang tertinggal di tempat kejadian merupakan bukti curian atau memang sengaja diproduksi secara massal. Hal tersebut berarti melacak para pelaku adalah sebuah hal yang tidak mungkin.

Sebuah petunjuk yang menonjol tentang surat-surat yang dikirimkan oleh para pelaku adalah, dialek yang digunakan dalam penulisan surat menunjukkan seseorang yang berasal dari Osaka. Walaupun teori linguistik tersebut termasuk hal yang menarik, namun tetap saja tidak membantu pihak berwajib untuk secara lebih dekat menangkap orang-orang yang bertanggung jawab atas kejahatan yang terjadi.


Pada bulan Juni 1984, para pelaku mulai menunjukkan diri dalam surat-surat yang mereka kirim sebagai The Monster with 21 Faces, yang memberikan isyarat sebuah cerita anak-anak dari tahun 1936 yang ditulis oleh seorang penulis Jepang yang bernama Edogawa Rampo dengan judul The Mystery Man with The 21 Faces. Buku cerita tersebut mengisahkan seorang pencuri yang terus menyibukkan diri dengan koran setiap hari, dan sangat mahir dalam penyamaran sehingga dia bisa menjadi siapa saja. Sebuah kutipan dari cerita tersebut tampaknya menggambarkan secara khusus para pelaku yang menjadikan Glico sebagai target mereka. Kutipan tersebut mengatakan,

Quote:



Pada bulan September 1984, produsen permen Jepang lainnya yang bernama Morinaga & Company mulai menerima surat yang berisi sebuah bentuk pemerasan, dan pelaku akan melakukan sebuah aksi yang tidak ditentukan jika mereka tidak menerima uang sejumlah 410 ribu dolar. Menurut keterangan yang dituturkan oleh polisi, pihak Morinaga & Company tidak pernah memberikan uang yang diminta oleh pelaku.

Pada tanggal 8 Oktober 1984, koran Jepang menerima surat yang berisi,

Quote:


Sebanyak 18 paket permen yang diduga mengandung racun sianida akhirnya ditemukan dan dilakukan pengujian. Satu paket ditemukan disebuah supermarket yang hanya berjarak 35 yard dari rumah Ezaki. Tidak semua paket permen yang ditemukan mengandung racun sianida, namun setidaknya satu paket cukup untuk membunuh seseorang. Mungkin karena peringatan yang sudah diumumkan, tidak ada seorang pun yang memakan permen beracun sianida. Surat peringatan atas permen beracun sianida juga mengatakan bahwa lain kali akan ada 30 kotak permen beracun sianida dan tidak akan diberi label.

Dua minggu kemudian, dilaporkan bahwa sekitar 40 ribu orang polisi ditugaskan untuk mengintai toko-toko kelontong yang tersebar diseluruh penjuru Jepang. Namun, pengintaian tersebut tidak menghasilkan apapun. Meskipun untungnya, para pelaku itu tidak berhasil dengan ancaman terbaru mereka. Pihak penyidik menemukan video pengawasan dari tanggal 7 Oktober 1984 yang menunjukkan seorang tersangka yang memiliki rambut yang dikeriting, memakai kacamata, dan topi baseball. Dia menempatkan sesuatu di atas rak dimana permen beracun sianida kemudian ditemukan. Sayangnya, kamera dan pencahayaan saat itu terbilang buruk, dan rekaman pihak keamanan belum diganti selama setahun lebih. Itu berarti kualitas gambar tidak begitu bagus.


Gambar seorang pria yang terdapat di dalam rekaman tersebut dikenal dengan Bideo No Otoko atau videoman, dan kemudian dipublikasikan. Namun, dia tidak pernah ditemukan. Sebagai tambahan dalam rekaman yang bersifat kasar tersebut, sambungan telepon untuk melakukan pemerasan yang konon dilakukan oleh The Monster with 21 Faces juga dipublikasikan. Anehnya, suara yang terdapat di dalam rekaman bukan berasal dari para gangster yang keras, namun merupakan suara dari seorang wanita dan seorang anak kecil. Sempat terdengar bahwa anak kecil tersebut memberikan perintah untuk meninggalkan uang di belakang bangku tempat pemberhentian bus. Dan rekaman telepon tersebut tidak menghasilkan sebuah penangkapan apapun. Hal tersebut membuat masyarakat terprovokasi untuk mempertimbangkan kembali siapa The Monster with 21 Faces itu.

Pada bulan Maret 1985, setahun setelah penculikan pertama terjadi. Sebanyak 31 perusahaan permen dan makanan mengalami gangguan. Dan polisi Jepang masih mengalami kebingungan dengan kasus tersebut. Terkadang, perusahaan yang diperas akan benar-benar mengumpulkan uang yang diminta. Dan The Monster with 21 Faces bagaimanapun akan menolak untuk mengambil uang dan menganggap bahwa polisi akan menunggu mereka. Dalam satu contoh, The Monster with 21 Faces akan memberikan instruksi pada perwakilan Glico untuk menunggu sebuah telepon disebuah pemberhentian truk. Justru polisi yang menyamar yang melakukannya, dan tidak ada satupun sambungan telepon yang muncul.

Surat berikutnya yang datang dari The Monster mengatakan,

Quote:


Tampaknya, The Monster with 21 Faces akan selangkah lebih maju. Dan menurut pernyataan polisi, The Monster with 21 Faces tidak pernah menerima uang yang mereka minta. Pada tanggal 12 Agustus 1985, satu setengah tahun setelah penculikan pertama terjadi. The Monster with 21 Faces mengirimkan surat terakhir mereka yang berisi sebuah pemberitahuan bahwa mereka akan berhenti. Menurut Japan's National Police Agency, pihak berwajib telah menerima 28 ribu tip dan sudah menggunakan lebih dari 130 ribu petugas polisi.



The Monster with 21 Faces merupakan orang dalam perusahaan Glico dan Katsuhisa Ezaki sudah terlibat di dalamnya sejak awal. Teori ini populer pada awal gelombang kejahatan dan tampaknya sebagian besar berasal dari ketidakpercayaan orang-orang bahwa Ezaki dapat melarikan diri dari para penculiknya. Tidak pernah ada bukti nyata untuk mendukung teori ini. Meskipun beberapa orang mungkin curiga bahwa permen yang diproduksi oleh perusahaan Morinaga juga diracuni, sementara permen yang diproduksi oleh perusahaan Glico hanya baru terancam.

Yang meragukan teori ini adalah fakta bahwa walaupun racun sianida tidak ditemukan dalam permen mereka, perusahaan Glico sangat terpengaruh dengan seluruh peristiwa yang terjadi. Pada satu titik, setelah The Monster with 21 Faces secara terbuka mengancam akan meracuni permen yang diproduksi oleh perusahaan Glico, semua produk yang diproduksi oleh perusahaan Glico ditarik dari rak. Dan hal tersebut membuat perusahaan Glico berhenti beroperasi untuk sementara, serta memberhentikan dua pertiga karyawan paruh waktu mereka.



The Monster with 21 Faces adalah seseorang yang ingin membalas dendam pada perusahaan makanan Jepang. Hampir 30 tahun sebelum The Monster with 21 Faces mengirimi surat pertama mereka yaitu pada pertengahan tahun 1955, zat penstabil dalam susu bubuk yang diproduksi oleh Morinaga, secara tidak sengaja mengandung racun arsenik.

Pada bulan Juni 1956, lebih dari 12 ribu bayi terluka dan 138 bayi diantaranya meninggal. Morinaga sepakat untuk melakukan penyelesaian dengan keluarga bayi yang terkena dampak. Namun, sebuah laporan pada tahun 1969 menunjukkan bahwa para bayi yang masih bertahan terus menderita penyakit terkait. Pada saat The Monster with 21 Faces memulai kampanyenya, korban insiden susu bubuk sudah berumur hampir 30 tahun, dan mungkin siap untuk membalas dendam pada perusahaan yang membuat tahun-tahun pertama mereka terasa begitu sulit. Dan teori ini tidak menjelaskan mengapa The Monster with 21 Faces menjadikan semua perusahaan industri makanan sebagai targetnya, bukan hanya Morinaga.




Seorang pria yang bernama Manabu Miyazaki terlibat dengan kasus yang sedang terjadi. Pada bulan November 1984, setelah permen beracun sianida yang menunjukkan urusan yang dimaksud oleh The Monster With 21 Faces, uang sejumlah 100 juta yen dipersiapkan untuk diserahkan pada The Monster with 21 Faces di Kyoto. Polisi yang mengawasi tempat dimana uang akan diletakkan, sempat melihat seorang pria yang mencurigakan dan mengejarnya. Namun, dia lolos dari pengejaran, dan polisi menemukan mobil curian yang dia kendarai, yang terdapat sebuah alat pemindai polisi di dalamnya.


Pada bulan Januari 1985, pihak berwajib merilis sebuah sketsa pria bermata rubah yang mereka kejar, dan identifikasi tersebut mengarah pada Manabu Miyazaki. Sketsa yang digambarkan terlihat tampak nyata, bahkan ibu Miyazaki sendiri percaya bahwa sketsa tersebut adalah gambaran anaknya. Secara kebetulan, ibu Miyazaki berasal dari Osaka, dan Miyazaki merupakan anak dari seorang bos yakuza. Miyazaki sendiri merupakan seorang penjahat yang terkenal yang telah mengorganisir tindakan anti-polisi di perguruan tinggi, dan sudah pernah ditangkap beberapa kali.

Walaupun polisi tampaknya sudah melakukan sebuah kemajuan dengan menemukan petunjuk baru dalam kasus yang sedang mereka tangani, namun tuduhan tidak pernah diajukan terhadap Miyazaki. Karena tampaknya dia memiliki alibi yang kuat, dan tidak ada bukti yang kuat yang diajukan untuk bisa mengikatnya pada kasus tersebut. Diketahui bahwa Miyazaki kembali menulis memoar tentang kehidupan kriminal yang pernah dilakukannya. Buku yang dia tulis dirilis tidak lama setelah Statute of Limitationsuntuk kasus The Monster with 21 Faces berakhir. Dan sampul buku tersebut merupakan sketsa yang dirilis oleh polisi ketika mereka berusaha untuk melacak Miyazaki. Walaupun dia berbicara tentang kejahatan lain di dalam bukunya, namun dia tidak pernah menyebutkan bentuk keterlibatannya dalam kasus The Monster with 21 Faces.


Jika Miyazaki memang mengambil uang sejumlah 100 juta yen ketika polisi sedang berusaha untuk mengejarnya, pada akhirnya dia berhasil untuk mendapatkan uang tersebut. Dan buku itu kemudian menghasilkan lebih dari 100 juta yen bagi The Monster with 21 Faces yang sedang dicari oleh polisi.


Setahun setelah Katsuhisa Ezaki diculik, pihak Kementrian Pertanian Jepang mengklaim bahwa konsumsi permen di seluruh negeri menurun hingga 10%. Perusahaan industri Glico dan Morinaga mengalami kerugian besar dalam penjualan, bahkan dalam kasus Morinaga, mereka mengalami kerugian hingga 60%. Pada akhirnya, The Monster with 21 Faces lolos begitu saja. Bahkan dengan Statute of Limitationsberakhir, tidak ada seorang pun yang muncul untuk mengakui kejahatan tersebut. Kecuali orang yang berada di baliknya memutuskan untuk mengungkap dirinya suatu hari nanti. Dan identitas The Monster with 21 Faces tetap tidak terpecahkan.



Sekian, dan terimakasih.

*
*
*
*
*

sumber :



mbahgugelAvatar border
hoppxAvatar border
screamo37Avatar border
screamo37 dan 33 lainnya memberi reputasi
34
14.5K
142
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan