biohazard89Avatar border
TS
biohazard89
Enam Penyihir Baik Bersaudara, Menumpas Wujud Astral Gelap Manusia
Alkisah di sebuah negeri nan indah .... Pada suatu waktu, di sebuah desa yang damai, hiduplah enam saudara yang memiliki kekuatan sihir. Mereka adalah Wayan, Slamet, Ucup, Togar, Minggus, dan Memey. Mereka berenam merupakan penyihir baik dan memiliki karakteristik masing-masing.


Quote:

Minggus, walaupun bukan yang tertua, namun memiliki jiwa kepemimpinan yang tidak dimiliki saudara lainnya. Hal inilah yang membuat Minggus selalu dipilih menjadi pemimpin dalam setap misi. Dibantu Slamet sang ahli strategi, mereka hampir tidak pernah gagal menjalankan misi, sesulit apapun.

Lawan mereka adalah makhluk yang berwujud astral berasal dari sifat keserakahan, kesombongan, kedengkian, dan sifat buruk lainnya yang ada pada diri manusia. Wujud astral tersebut keluar bebas setelah sang manusia tiada, mencari mangsa manusia lainnya yang berpotensi menjadi inang baru.


Setelah begitu banyak berhasil menyelesaikan misi, akhirnya tibalah suatu hari di mana mereka harus menghadapi dalang dari segala bentuk kejahatan. Kali ini yang mereka hadapi berbeda, sangat kuat, sangat tangguh dan sangat cerdas. Makhluk tersebut bernama Lord Azâzîl.

Tujuan utama Lord Azâzîl memang untuk menyesatkan manusia dengan mengirim pasukannya, namun karena selalu dihalangi oleh keenam bersaudara tersebut, akhirnya memutuskan untuk turun tangan sendiri. Lord Azâzîl terkenal memiliki kekuatan kegelapan untuk menghisap dan mengambil jiwa para penyihir baik untuk kehidupan abadi. Penyihir baik sebelumnya akan dijadikan batu terlebih dahulu sebelum jiwanya diambil.


Berdasarkan informasi tersebut, Slamet sang ahli strategi sempat kehilangan ide. Namun, kolaborasi Slamet dan Ucup sang diplomatis membuat Minggus sang pemimpin akhirnya bisa mengambil keputusan terbaik. Walaupun potensi kemenangan hanya 50:50, mereka yakin akan dapat mengalahkan Lord Azâzîl. Mereka sepakat membagi menjadi 3 kelompok.

Kelompok pertama adalah Wayan, Togar dan Minggus.
Mereka menjadi garda depan untuk menghadapi Lord Azâzîl. Kemampuan Wayan sang pandai merapal mantra sangat dibutuhkan di sini.

Kelompok Kedua adalah Ucup dan Memey.
Daerah pertempuran harus steril dan mungkin akan penuh dengan kehancuran, sehingga tidak boleh ada manusia baik yang berada di sana. Kemampuan Ucup dan Memey sangat dibutuhkan untuk meyakinkan orang-orang melakukan evakuasi sekaligus menjadi pelindung dari serangan prajurit Lord Azâzîl.

Kelompok ketiga, ya hanya tersisa satu, yaitu Slamet.
Sendirian bukanlah tanpa tujuan. Dengan bantuan Wayan sang ahli mantra, sebenarnya Slamet tetap berada di arena pertempuran namun dirinya menjadi tidak terlihat. Ditambah mantra pelindung dari Wayan, Slamet bisa dengan tenang melakukan analisa pertempuran untuk menciptakan strategi baru.


Pertempuran pun Dimulai ...



Wayan dengan sengitnya beradu kekuatan dengan Lord Azâzîl. Di saat yang sama Togar mengambil kesempatan untuk mengalihkan perhatian untuk menemukan titik lemah Lord Azâzîl. Minggus pun tak tinggal diam, merasa bertanggung jawab menjadi seorang pemimpin ikut membantu Wayan mengerahkan serangan dengan penuh semangat dan harapan kemenangan.

Slamet yang sedang menganalisa pertempuran tiba-tiba dikagetkan dengan suara menggelegar, DUARRR ...

Betapa kagetnya, ternyata Minggus sang pemimpin telah menjadi batu, rela mengorbankan dirinya melindungi serangan Lord Azâzîl yang diarahkan ke Wayan.

Sesaat sebelum menjadi batu, Minggus mengungkapkan kata terakhir kepada Wayan, "Kau lah yang terkuat di antara kita, menangkanlah pertarungan ini, jangan sia-siakan pengorbananku".


Wayan menjadi sangat marah bercampur sedih dan langsung melancarkan serangan tak terkendali ke Lord Azâzîl. Namun, ini justru menjadi kelemahannya, serangan tanpa arah tersebut tidak berdampak apa-apa, Sebaliknya, Lord Azâzîl dapat memanfaatkan emosi Wayan yang tidak stabil untuk mengalahkannya.

Togar yang melihat keadaan tersebut pun seketika mengambil alih posisi, Slamet mengajak Wayan untuk bersembunyi sejenak karena sudah mendapatkan ide melumpuhkan Lord Azâzîl.

Sesaat setelah Slamet selesai memberitahukan strategi, tiba-tiba ...

DUARRR ...

"Suara apa itu? ... kata Wayan"
"Jangan-Jangan Togar, ... kata Slamet"

Benar adanya, Togar telah menjadi batu.

Wayan semakin marah, namun kali ini emosinya bisa lebih stabil. Sesuai arahan Slamet, Segera Wayan mencari batu untuk bersembunyi. Lord Azâzîl langsung mengincar Wayan dan menghempaskan serangan agar Wayan menjadi batu. Seketika, Wayan mengubah batu tersebut menjadi cemin.


Apa yang terjadi? Cermin tersebut memantulkan serangan Lord Azâzîl dan akhirnya Lord Azâzîl terkena serangannya sendiri dan menjadi batu. 


Setelah Lord Azâzîl menjadi batu, seketika prajuritnya pun musnah dengan sendirinya. Ucup dan Memey segera menghampiri arena pertempuran, mereka sangat sedih melihat Minggus dan Togar menjadi batu. Slamet snag ahli strategi akhirnya angkat bicara dan berkata, "Walaupun mereka menjadi batu namun jiwanya masih tetap utuh karena belum sempat dihisap oleh Lord Azâzîl".

Slamet menambahkan, "kita masih bisa menyelamatkan Minggus dan Togar, namun ada konsekuensinya, yaitu kita akan kehilangan kekuatan dan menjadi seperti manusia biasa".


Mereka berempat pun tidak keberatan jika hal itu terjadi, demi menyelamatkan Minggus dan Togar. Mereka akhirnya menyatukan kekuatan untuk mengembalikan Minggus dan Togar ke wujud manusia. Setelah berhasil, mereka pun kembali pulang untuk merayakan kemenangan.

Quote:


Sebuah story dari
biohazard89
provocator3301Avatar border
additr2702Avatar border
ulfazahAvatar border
ulfazah dan 16 lainnya memberi reputasi
17
3.7K
44
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan