Terik mentari yang membuat otak-otak manusia terbakar di tengah-tengah kota mati. Berdiri sesosok pria telanjang dada. Menatap nanar ke depan dengan kedua tangan mengepal kuat-kuat.

Suara gemelatuk gigi dan semilir angin yang menghidupkan kota ini kembali. Di dalam mata yang nanar penuh derita, terbuka gerbang masa lalu. Kehidupan kota semasa hidup penuh kemakmuran; murah senyum dan ketawa lucu anak kecil menatap ibu. Dia ingat sekali, tepat dirinya berdiri. Seorang gadis kebingungan.

Ada apa dengannya? Mungkinkah tersesat? Pertanyaan-Pertanyaan yang begitu curiga sebagai 'modus' melesat begitu saja. Namun, di dalam dirinya bergejolak akan suatu hal yang tidak bisa dijelaskan oleh kata-kata: dirinya terikat oleh suatu hal yang tak kasat mata dengan gadis tersebut.

Ternyata, gadis itu seorang pelancong yang kebetulan mengunjungi kota ini. "Maaf, Mas, lihat anak kecil berambut jibrak dengan mata coklat?" Terlalu umum. Pria itu tanya kembali: sebutkan ciri khas dari anak itu?

Gadis itu menjelaskan bahwa ciri khas anak tersebut berada cara jalannya. "Dia selalu berjalan naik-turun. Bagaimana, ya, jelaskan ... kurang lebih saat dia mau ganti kaki, maka kaki yang mau digantikan akan segara naik, tetapi sebelum itu menjinjit dahulu ...." Pria itu kurang paham maksud penjelasan gadis tersebut. Namun, sudah punya gambaran secara kasar, semoga saja benar ....

Penuh terimakasih sekali kepada pria itu bahwa mau menolong dirinya sebagai orang asing. Berpencar diri untuk mencari anak hilang tersebut.

Selalu melewati sela-sela kota, gang-gang kota yang temaram. Barangkali anak hilang tersebut sedang bermain-main dengan kucing di sudut kota yang dominan redup. Sampai langit menjadi ungu, menandakan senja telah tiba. Burung-Burung juga telah beterbangan. Tak ada hasil.

Kekhawatiran sang gadis itu makin memuncak bahkan membuat dirinya sedikit lepas kendali. "Tenang sedikit, pasti bakalan ketemu."

Pria itu harus bersyukur bahwa warna baru akan tertuang di dalam hidupnya ....

END ....