penacintaAvatar border
TS
penacinta
Aku Lebih Cantik dari Gundik Suamiku

Part 8


“Aamiinn ….” Aku sengaja menyahuti ucapan Mikha supaya Ibu merasa senang.

“Ya sudah, aku mau langsung balik aja, ya, Mbak, Mas! soalnya mau packing barang-barang aku sebelum berangkat besok. Aku titip Ibu. Aku janji, kalau nanti udah balik lagi ke Indonesia, Ibu aku yang rawat.” Mikha berkata dengan raut wajah sumringah. Sudah berhasil mengambil alih barang-barang mahal milik Frisca, plus dapat uang saku dari Mas Khalid. Lebih baik begitu, kan? Uangnya untuk keluarga sendiri.

“Kamu hati-hati, ya, Kha! Gak usah khawatir, Ibu pasti betah di rumah ini. Mbak yang akan mengurus semua keperluan Ibu.”

“Duuh … makasih banyak, ya, Mbak Wid. Mbak baik banget, deh. Gak salah Masku milih Mbak jadi istri. Udah cantik, baik, lembut. Pokoknya kebangetan kalau sampai Mas Khalid tega melirik perempuan lain. Itu gak boleh terjadi. Ya, kan, Mas?” ucap Mikha, membuat Mas Khalid semakin kelabakan.

“I-iya, lah, Dek.”

“Mas, kok kayaknya dari tadi Mas gugup begitu, sih?" tanya Mikha pura-pura polos.

“E-enggak apa-apa, kok. Mas cuma kepikiran ini udah kesiangan. Mas siap-siap ke kantor dulu, ya! Soalnya hari ini banyak stok barang baru yang masuk. Mas banyak urusan juga, harus bahas soal pengiklanan produk sama pemilihan untuk modelnya juga. Hari ini Mas ada janji sama bagian iklan.”

“Ooh … pantesan. Dari tadi aku perhatiin Mas Khalid kayak orang bingung,” ucap Mikha lagi.

“Ya sudah, Khalid lekas pergi ke kantor. Biar Ibu dijaga Widya di rumah.” Ibu menimpali.

“Iya, Mas. berangkat, gih!” ujarku pula.

“Oh, oke. Kalau gitu Khalid siap-siap dulu, ya, Bu!” ujarnya pada Ibu. Ibu mengangguk. Mas Khalid pun keluar dari kamar.

“Ibu sudah sarapan?” tanyaku sambil membetulkan selimut Ibu.

“Sudah. Tadi Mikha bikinin bubur buat Ibu,” jawab Ibu.

“Mbak, ini obat-obatan punya ibu. Udah aku bagi-bagi mana untuk diminum pagi, siang, sama malam. Jadi Mbak tinggal kasiin aja ke Ibu.” Mikha meletakkan kotak obat Ibu di atas nakas.

“Ooh, oke, deh. Kalau gitu Mbak jadi lebih mudah.”

“Iya, Mbak. Aku pamit dulu, ya, Mbak. Ibu jaga kesehatan, ya, jangan rewel kalau waktunya minum obat. Entar kalau bosen di rumah, minta Mbak Widya bawa Ibu ke taman belakang yang banyak tanamannya. Biar Ibu gak jenuh, ya?”

“Iya, Mikha. Ibu bangga sama anak-anak Ibu. Kalian semua begitu perhatian sama Ibu.”

“Iya, lah, Bu. Karena tinggal Ibu aja orang tua kami. Mbak Wid juga cuma punya Ibu. Ya, kan, Mbak?” tanya Mikha. Aku pun mengangguk. Akhirnya Mikha pun pamit membawa sekantong besar barang-barang. Mikha melambaikan tangan sebelum mobilnya meluncur pergi.

Tiba-tiba tanganku ditarik oleh Mas Khalid. Rupanya dia belum pergi ke kantor.

“Widya! Kamu sengaja?” tanyanya dengan mimik muka serius. Pastinya dia takut kalau Frisca mempertanyakan ke mana perginya semua barang-barang miliknya.

“Sengaja apa, Mas?” tanyaku pura-pura lugu.

“Kamu sengaja supaya Mikha membawa pergi semua barang-barang milik Frisca? Iya?”

“Loh, loh, loooh! Kenapa nyalahin aku? Bukannya kamu yang kasih izin?” tanyaku sambil tersenyum penuh kemenangan.

“Iya, tapi kenapa diambil semua? Gimana kalau besok Frisca tau dan dia marah?”

“Ya biarin aja, lah! Emang itu bukan haknya dia juga kok!” balasku sengit.

“Kamu emang sengaja bikin gara-gara, Wid!”

“Mas, yang bikin gara-gara itu kamu! Lagian, itu barang-barang bukan diambil orang lain! Itu adik kamu sendiri, Mas! dia jauh lebih berhak, kan dia adikmu!”

“Aduuuh … bakalan repot kalau Frisca tau dan dia minta balik semua barang-barang itu!”

“Gampang!”

“Apanya yang gampang, Wid?”

“Aku tinggal ngadu sama Ibu!”

“Hush! Aduuh … kamu ini bisanya cuman ngancam!”

“Ya udah, gak usah ribut! Aku rela, kok, barang-barang itu diambil Mikha. Karena itu pasti dibeli pakai uang kamu, disana ada hak aku, Mikha, dan juga Ibu!”

“Aaarrgghh … terserahlah! Pusing lama-lama lihat kalian berdua. Entah sampai kapan bisa akur!”

“Gak akan pernah!” ujarku sambil berlalu pergi.

Tak lama kemudian, supir sudah kembali ke rumah, dan Mas Khalid langsung pergi setelah berpamitan pada Ibu, dan berpura-pura berpamitan pula padaku.

‘Paling juga nyariin si Frisca dulu,’ batinku.

***

Sejak Ibu tinggal di rumah, Mas Khalid sama sekali tak berani macam-macam. Pulang tepat waktu, dan setiap malam tak berani keluar rumah. Pastinya dia takut pada Ibunya. Tanpa sepengetahuan Mas Khalid, aku sudah menjalin komunikasi dengan para pelanggan Frisca. Aku dengan mudah bisa mendapatkan kontak mereka dari orang suruhanku di kantor.

“Mas, aku mau adain pameran perhiasan. Sekalian promosi produk baru keluaran terbaru di toko kita,” ujarku malam itu saat kami tengah makan malam bersama.

“Hmm? Pameran? Buat apa? penjualan kita sedang bagus, kok!”

“Ya biar lebih bagus lagi. Kalau bisa kita ekspansi pasar luar negeri.”

“Ide bagus itu, Nak!” sahut Ibu yang duduk di sebelahku.

“Hmm … ya, sudah. Kalau begitu kamu atur saja!”

Aku pun mengangguk senang. Aku punya rencana yang sangat bagus. Aku akan mengambil alih semua pelanggan yang selama ini dimiliki Frisca. Setelah semuanya merapat padaku, maka perlahan aku akan mendepak Frisca dari jabatannya di kantor. Selama ini dia merasa berjasa karena punya banyak relasi wanita berduit. Oke, aku pun bisa.

Sudah satu minggu Ibu di rumah. Sekalipun tak pernah Frisca menampakkan batang hidungnya. Artinya dia masih patuh pada Mas Khalid. Dia tak berani melawan karena pasti Mas Khalid akan marah besar.

Hari ini, persiapan pameran sudah siap. Aku menitipkan Ibu pada Mbok Jum.

Aku sengaja memilih sebuah Mall terkenal untuk mengadakan pameran dan promo. Tak apa lah, aku harus mengeluarkan budget lebih untuk sewa tempat. Aku yakin hasilnya akan memuaskan.

Aku mengundang semua wanita sosialita yang menjadi pelanggan Frisca dan juga pelanggan tetap toko kami sejak dulu. Aku sengaja menyiapkan souvenir perhiasan cantik bagi para undangan yang hadir.

Tampaknya acaraku cukup sukses. Aku mengenakan pakaian mahal yang sudah aku pesan dari butik langgananku. Aku berdandan lain dari biasanya. Tentu saja Mas Khalid pun jadi tak berkedip melihatku berdandan sangat cantik. Aku hampiri satu persatu tamu undangan. Aku tawarkan mereka diskon khusus jika berbelanja di atas seratus juta rupiah. Wanita sekaya apapun, kalau dengar kata diskon, apalagi untuk produk perhiasan, mana mungkin menolak. Setelahnya, jika ingin mendapat diskon lagi, maka mereka harus menghubungiku secara langsung. Main cantik!

Pameran yang aku adakan selama dua hari itu berhasil menjual hampir semua produk yang dipamerkan. Mulai dari perhiasan yang harganya terjangkau sampai produk yang harganya mahal dan edisi terbatas juga ludes terjual. Aku sengaja mengundang reporter media terkenal untuk meliput acara pameran. Aku ingin beritanya tersebar ke mana-mana.

Mariana, karyawan yang aku tugaskan bagian kasir sampai kewalahan menerima pembayaran secara tunai dan non tunai. Aku tersenyum puas saat stand pameran ditutup dan semua karyawan kembali ke kantor. Kami merayakan kesuksesan penjualan dengan menraktir mereka makan-makan di restoran jepang yang terkenal.

Mas Khalid berkali-kali mengucapkan rasa kagumnya padaku. Ternyata aku lebih lihai daripada Frisca. Bayangkan, hanya dalam waktu dua hari, aku bisa menghasilkan omset milyaran rupiah. Semua karyawan memujiku, mengucapkan terima kasih, dan mereka tertawa gembira saat aku berkata akan memberikan mereka bonus.

Akhirnya malam hari kami sudah sampai di rumah. Kulihat Ibu sudah tidur. Aku pun langsung berganti pakaian bersiap untuk istirahat. Kulihat Mas Khalid terburu-buru mengganti pakaiannya. Seertinya dia mau pergi.

“Mau pergi, Mas?”

“Ssstt … iya, aku mau lihat Frisca. Kasihan dia sudah seminggu ini Mas gak nemuin dia. Tolong jangan kasih tahu Ibu!”

“Ooh … abis dapat keuntungan banyak, langsung ingat sama Frisca?” sindirku.

“Bukan begitu. Kamu gak usah mikir jelek terus kenapa, sih?”

“Mulai hari ini, keuangan kantor kita aku yang urus. Aku gak mau ada pengeluaran yang gak penting yang menghabiskan uang kantor!”

“Maksud kamu?”

“Udah, lah, Mas! gak usah pura-pura! Uang dari mana si Frisca itu bisa punya brang-barang branded? Kamu yang belikan, to? soal set perhiasan itu juga ternuata kamu bohong!”

“Ya emangnya kenapa? Kalau kamu mau belanja-belanja juga terserah kamu, Mas gak pernah larang!”

“Oh, beda, Mas! aku kalau punya uang lebih, aku mikirnya mending untuk modal bisnis daripada dihambur-hamburkan beli barang mewah!”

“Gak bisa, Wid! Semua keuangan kantor tetap Mas yang atur!”

“Ooh, Mas nolak? Mas pikir aku gak berani ngaduin ini sama Ibu? Aku punya foto-foto si Frisca. Aku punya rekaman video pas dia mau nampar aku. Aku punya bukti surat nikah siri kalian!” ujarku santai.

“Aduin aja kalau berani, palingan juga entar kamu nyesel kalau Ibuku jatuh sakit!” ucapnya sok yakin.

“Oke, aku mau ke kamar Ibu sekarang. Kamu siap-siap kehilangan orang yang kamu sayangi malam ini, Mas!” ancamku. Padahal sesungguhnya dalam hatiku aku juga tak rela Ibu jatuh sakit. Aku bersiap beranjak keluar kamar. Mas Khalid langsung menahanku dengan menarik tanganku.

“Oke, oke! Mas kali ini ngalah sama kamu! Kamu jangan berani ngaduin apapun soal Frisca ke Ibu!”

“Nah, gitu, dong! Aku gak bermaksud curang, Mas! aku ingin manajemen keuangan kantor gak berantakan, apalagi sampai dikorupsi! Kamu ingat bagaimana susahnya dulu kita hidup di kios kecil sambil berjualan perak, Mas! saat usaha kita maju, kegigihanmu meluluhkan hati Papa Mamaku. Sebelum meninggal mereka memberikan suntikan modal yang cukup besar, sampai kita bisa membangun bisnis kita seperti sekarang ini. Kamu jangan pernah lupa! Sekali kamu curangi aku, aku tak akan pernah ridho! Karena di dalam harta kita, ada keringat orang tuaku.”

Mas Khalid terduduk di sofa sambil memegangi kepalanya. Apakah ada rasa penyesalan dalam hatinya?


Baca Gratis di Joylada

Link cerita lengkap: https://www.id.joylada.com/story/628...27995648e96436




Diubah oleh penacinta 23-05-2022 01:33
qoni77Avatar border
kuntet2403Avatar border
mesinhawk200Avatar border
mesinhawk200 dan 6 lainnya memberi reputasi
3
3.2K
23
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan