Kokonata
TS
Kokonata
Kafe ala Manuscript Writing Café di Tiap Kecamatan Indonesia, Semoga Ya

Beberapa kali saya datang ke kafe membawa laptop guna menyelesaikan pekerjaan tertentu. Pekerjaan yang harus dituliskan. Sayangnya suasana kafe seringkali kurang mendukung. Pekerjaan bukannya selesai, malah makan minum dan nonton.
 
Nah, Manuscript Writing Café yang berlokasi di distrik Koenji, Tokyo, Jepang ini sepertinya cocok bagi saya dan para penulis yang kejar deadline. Situasi dan kondisi kafe sangat mendukung pengunjung menyelesaikan tulisannya. Tidak boleh pulang sebelum tulisannya kelar! Berikut serangkaian fakta menariknya.  
 

1. Penulis yang datang membuat target, berapa kata yang akan diselesaikannya.  
 
Penulis yang datang menetapkan target, berapa kata yang akan dirampungkannya dalam jangka waktu tertentu. Kita dapat membuat target realistis sesuai dengan kemampuan kita. Apabila tulisan terdiri dari beberapa bab, tetapkan saja berapa bab yang kira-kira dapat selesai selama berada di kafe.  
 



2. Tetapkan juga, pengunjung mau diingatkan dengan level apa
 
Nah, aturan ini bagi saya solusi banget. Kita bisa pilih sendiri mau berada dalam tekanan seperti apa agar target tercapai. Sekadar ditanya, diperiksa tiap jam, sampai pelayan berdiri di belakang kita agar supaya berasa banget tekanannya. Bagi saya, ditanya setiap jam (level normal) sudah cukup.
 


3. Boleh bawa makanan dari luar, teh dan kopi boleh ambil sepuasnya.
 
Sebagian penulis berteman akrab dengan kopi dan teh. Saya juga sering ngopi dan ngeteh saat menulis, namun nggak selalu. Nah, di Manuscript Writing Café, kita bisa ngopi dan ngeteh serta bebas nambah. Melihat interior di foto, sepertinya banyak varian kopi dan teh di sana. Bisa sekalian icip-icip ini. Sayangnya untuk makanan dan cemilan tidak tersedia. Kita boleh bawa dari rumah atau beli di luar.
 


4. Tersedia wifi berkecepatan tinggi, pengisi daya listrik dan colokan
 
Menulis dengan laptop yang terhubung dengan jaringan internet itu ada baik dan buruknya. Apalagi jika kecepatan unduh dan unggahnya tinggi. Jadi godaan tersendiri sehingga harus pandai-pandai mengendalikan diri.
Manuscript Writing Café bukan hanya menyediakan jaringan internet gratis berkecepatan tinggi. Pengisi daya dan colokan listrik juga tersedia. Tidak khawatir laptop mati karena kurang daya, lagi kan?
 


5. Cukup bayar 300 Yen per jam
 
Manuscript Writing Café meneraapkan tarif per jam. Sekitar Rp30.000 per jam. Mirip dengan warnet tahun 2000-an, ya. Tarif segitu sepadan dengan berbagai fasilitas dan kenyamanan yang tersedia. Apabila seharian berada di sana, bisa habis sampai ratusan ribu juga, ya. Bikin kita termotivasi untuk cepat-cepat beresin pekerjaan juga.
 

6. Setelah pekerjaan selesai mendapatkan cap khusus
 
Pelayan kafe akan memberikan cap pada lembar target begitu pekerjaan kita beres. Meskipun sekadar cap, tapi jadi semacam tanda dan perayaan bagi selesainya tugas kita. Pelayan kafe juga senang memajang lembar target itu. Berharap tulisan kita akan jadi sesuatu yang besar dan mengubah dunia.      
 

7. Tidak boleh pulang sampai kafe tutup
 
Kita tidak boleh pulang sampai tulisan selesai. Apabila kafe akan tutup, barulah kita boleh pulang meskipun tulisan belum kelar. Pulang membawa beban itu namanya. Maka dari itu perlu menetapkan target realistis, sehingga kita bisa pulang tanpa harus menunggu kafe tutup.
 

Tipikal kafe ala yang berfaedah sekali, kan ya. Semoga para pengusaha terketuk nuraninya untuk membuat kafe seperti ini. Tidak perlu banyak-banyak. Satu kafe saja di tiap kecamatan.
 
Idealnya kafe ala Manuscript Writing Café Jepang ini berlokasi di dekat kampus dan sekolah. Mahasiswa dan pelajar seringkali butuh tempat yang mendukung kegiatan menulis. Pegawai kantoran dan lepas tinggal nimbrung aja. Semoga bisa terwujud, ya.



Sumber 123
fathroniMemoryExpressliamdn91
liamdn91 dan 9 lainnya memberi reputasi
10
3.7K
20
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan