Semakin berkembangnya dunia medis menyebabkan antibiotik sintesis dengan mudahnya beredar di pasaran. Keberadaan antibiotik sintesis ini pada awalnya bertujuan untuk menyediakan pengobatan infeksi yang mudah dijangkau. Namun rupanya hal tersebut menimbulkan dampak negatif.

Antibiotik sintesis rupanya menyebabkan bakteri infeksius menjadi makin kebal bilamana seseorang yang sedang sakit tidak diberikan dosis antibakteri yang sesuai. Bakteri-bakteri yang masih bertahan akibat pemberian antibiotik yang dosisnya kurang pada akhirnya berevolusi menciptakan resistensi antibiotik yang semakin kuat. Oleh sebab itu munculah strain baru MRSA.

MRSA merupakan singkatan dari Multidrug Resistant Staphylococcus Aureus yang merupakan strain bakteri S. aureus terbaru saat ini. Strain ini memiliki tingkat resistensi antibiotik yang kuat menyebabkan pengobatan dari bakteri ini tidak dapat lagi dilakukan dengan antibiotik komersil biasa seperti Penicillin dan Amoxcillin.

Pada thread kali ini kita akan melihat kejadian apes yang dialami oleh pria ini akibat terkena MRSA padahal tubuh dan fisiknya sedang baik-baik saja. Namun karena kemampuan MRSA yang makin kuat membuat pria sehat ini mengalami nasib buruk. Penasaran seperti apa wujud mengerikan dari infeksi penyakit ini, Yuk cermati thread berikut!

Awal mulanya pria ini mengalami pembengkakan pada bagian bibirnya. Ia tak menyadari hal apa yang menyebabkan penyakit tersebut terjadi. Disengat tawon tidak dan digigit serangga juga tidak. Pria ini menyadari bahwa bibirnya sudah membengkak ketika ia bangun tidur di pagi hari. Beliau merasa kalau mungkin saja bibirnya bengkak akibat bertabrakan dengan sudut kasur. Beberapa temannya menganjurkan untuk mengobati pembengakakan tersebut menggunakan kunyit sehingga bibir pria ini tampak berwarna oranye seperti pada potret di atas

Karena kondisi bibirnya yang semakin memburuk bahkan setelah diobati menggunakan kunyit tidak berdampak apa-apa, Pria ini akhirnya menjalani perawatan intensif karena tak tahan rasa sakit yang luar biasa pada bibirnya ini. Namun sayang ketika sudah di rumah sakit kondisi penyakit tersebut sudah meluas dan menimbulkan luka di berbagai sisi dalam bibir. Sang dokter akhirnya langsung membawa pria ini ke unit gawat darurat karena kondisi yang sudah membahayakan baik untuk dirinya maupun orang di sekitarnya. Awal diagnosa dokter menyatakan bahwa mungkin saja penyakit ini merupakan akibat dari infeksi virus sehingga sang pasien harus segera dikarantina agar tak menyebarkan virus ke berbagai sisi rumah sakit via droplet (ludah/ingus yang disekresikan ke luar)

Setelah test lab selesai, pria ini mendapat diagnosa baru dan rupanya bukan virus. Ternyata pria ini terinfeksi bakteri MRSA yang sudah sangat resisten terhadap antibiotik sehingga sang dokter bermain dengan waktu sebelum bakteri ini menginfeksi seluruh lapisan mulut dan menyebabkan pembusukan. Pria ini akhirnya langsung diberikan perawatan intensif antibakteri kuat yang dosisnya tak boleh kelupaan diberikan. Jika lupa maka bakteri akan berkembang semakin resisten sehingga pria ini tak boleh meninggalkan rumah sakit karena khawatir nantinya ia bisa lupa memberikan antibiotik.

Setelah seminggu kemudian rupanya perawatan intensif dari rumah sakit ini berhasil membasmi bakteri jahat MRSA. Walaupun bibir pria ini menjadi hancur dan membutuhkan regenerasi dalam jangka waktu yang lama. Sang pria sudah boleh meninggalkan rumah sakit dan dianjurkan untuk tetap meminum obat penyembuhan.

Akhirnya pria ini recovery penuh dalam beberapa bulan dan bibirnya sudah beregenerasi kembali. Banyak yang bertanya-tanya mengapa hal tersebut dapat terjadi, dari mana asal muasal bakteri infeksius tersebut bisa masuk ke mulutnya. Pria ini menjelaskan bahwa tidak ada jawaban pasti. Bakteri ini bisa saja berada di sekitar kita dan secara tak sengaja tersentuh.

Ia memiliki keyakinan bahwa mungkin saja bakteri ini menyebar dari rumah sakit. Ketika bayinya memegang-megang benda-benda di rumah sakit yang diduga sudah terkena droplet pengidap infeksi MRSA. Kemudian tangan dari bayinya memang pada waktu itu ia ingat sekali pernah memegang bibirnya.