Mnsukra
TS
Mnsukra
SEIKAT MAWAR YANG LAYU


Malam itu hening masih mengganggu, halu, lesu dan bisu.


Seikat mawar layu seketika, ditolak di muka seakan sia-sia persiapan pagi-petang, siang-malam, dan dari satu hari hingga berbulan-bulan.


Sesekali, gambaran masa lalu bagaikan bioskop, cuplikan adegan bagaimana proses membuat sebuah karangan bunga, bingkisan kado hingga hadiah yang menyertainya.


Cincin emas murni tak lagi murni. Hitam bagai malam di tengah hutan yang ngeri, menakutkan.


Aku melangkah kenakan setelan rapi, kemeja garis-garis, celana chinos serta ikat pinggang yang cukup elegan.


Begitupun parfum pria yang baru dibeli terburu-buru. Entah kenapa, aku ingin tampil tampan, istimewa dan sempurna. 


Padahal, sehari-hari hanya pakaian usang yang cocok dipakai kuli. Apalah arti seorang pria yang lebih menggunakan otot ketimbang otaknya. 


Badanku, tampak kekar, hampir memperlihatkan dada seorang binaragawan. Namun, aku bukan binaragawan yang rutin mengangkat barbel sebagai beban. 


Aku, hanyalah tukang kuli; Kadang di bangunan belum jadi, di pasar, dan dimanapun yang memerlukan tenaga angkut. 


Motor RX-King keluaran 1997 adalah satu-satunya yang bisa diandalkan olehku. Motor peninggalan Almarhum Ayah yang sudah berpulang 2 tahun lalu. 


Saat aku memakai motor ini seakan Ayah hadir menemani perjuanganku; saat pergi kerja, mengitari kota hingga setumpuk luka dari kisah cinta masa lalu.


"Andaikan Ayah masih ada?"


Ayah pasti duduk di sini, di kursi bambu depan teras rumah sambil menyeduh kopi, merokok dan bermain catur dengan kawan sebayanya. 


Kadang, aku juga ikut nimbrung seolah-olah penasaran dengan mereka; perbincangan, permainan, dan berbagai hal yang baru aku mengerti sekarang.


"Ya?! Mereka benar bahwa semakin dewasa 

seseorang semakin berat lika-liku perjalanan untuk dilalui, maka tak heran momen langka seperti itu jauh lebih mengasyikan ketimbang berkeluh-kesah terhadap realita," kataku membatin.


Angin pun berhembus, merayuku untuk masuk ke dalam rumah, tapi aku tak mau. Aku masih ingin menikmati malam ditemani Bulan Purnama. 


"Aaaahh…."


Setelah kuingat-ingat lagi, bagaimana waktu itu aku dicampakkan. Aku mulai paham, bahwasanya masih banyak kekurangan yang ada dalam diri. 


Ya, betul. Wanita itu seperti Bulan. Kadang, ia bersinar terang penuh, setengah, sabit, dan redup sesekali. 


Dari mana asalnya cahaya Bulan, kalau bukan dari sang Mentari yang terbit dari Timur hingga tenggelam ke Barat. 


Jika aku tak berjiwa besar layaknya Mentari, aku pun tak akan mungkin dapat menyinari rembulan. Sementara sumber cahaya yang kumiliki terlalu hitam dan buram.


Wanita, memang idaman semua pria. Senyum yang manis, suara halus nan indah, cantik wajahnya, dan elok lekuk tubuhnya. Semua itu sangat-sangat aku inginkan. 


Namun, ini realita yang sesungguhnya. Semua yang tampak istimewa perlu pengorbanan yang besar. 


Seikat mawar merah tak cukup untukku menggenggam satu jari wanita, mencium harum helai rambutnya, dan kemudian mengutarakan tentang maksudku di masa depan. 


Seikat mawar merah membuatku merenungi beberapa kisah-kasih yang tak mesti untukku perjuangkan, meskipun baru 1 atau 2 kali pertemuan biasa. 


Seikat mawar merah telah layu di bak sampah, dekat jalanan kota. Biarlah kisah ini jadi tamparan keras bagi pemuda yang tak tahu malu, dan tak punya harga diri ini.



SALAM HANGAT BAGI SEMUA YANG PERNAH DICAMPAKKAN ATAU DI PHP SAMA WANITA. ANE HARAP KALIAN TERHIBUR DENGAN SEPENGGAL CERITA INI. 


SEMUA CERITA INI HANYALAH FIKTIF DARI IMAJINASI PENULIS DAN KHUSUS BUAT HIBURAN SEMATA.
husnamutiaindrag057Bgssusanto88
Bgssusanto88 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.3K
1
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan