tyasnitinegoro
TS
tyasnitinegoro
TITIP SUKMO
TITIP SUKMO PART 3 SELESAI





Bersamaan dengan itu, langkah Sugeng justru semakin cepat, membuat Gunawan kewalahan untuk mengejarnya, sampai, ia benar-benar tertinggal.

“Geng...tungguuuuuu...!” teriak Gunawan, sambil terus berlari mengejar Sugeng. Namun sampai di ujung lorong, yang di kanan dan kirinya ada sebuah ruangan tertutup, ia tak mendapati ada Sugeng di sana.


Gunawan semakin tercekam, jiwanya mulai merasa takut. Baru kali ini Gunawan merasai ketakutan yang luar biasa. Selang satu atau dua menit berlalu, ia kembali membaui aroma yang sama, amis bercampur busuk bangkai menyengat. Menyebar seantero tempat Gunawan berdiri. Kali ini mau tak mau Gunawan melangkah, mencari sumber bau yang menyesakkan dadanya.


Semakin ia mencari, semakin pekat bau itu. Membuat perutnya teraduk kuat seperti ingin muntah. Tak tahan dengan keadaan itu, Gunawan melangkah cepat menghampiri salah satu pintu paling dekat, berniat mencari jalan keluar. Tetapi baru saja tangannya mendorong pintu, ia di sambut satu sosok berdiri tegak sedang membelakangi.


Hampir seluruh bagian tubuhnya tertutupi rambut. Hanya juntaian kain lusuh menutup kedua tangannya yang terlihat bersama kuku-kuku tajam. Gunawan mundur, tubuhnya gemetar mendapati bahwa sosok itu kini berbalik menatapnya tajam. Gunawan terjatuh di lantai, gigil ketakutan semakin kencang saat satu wajah hancur bermata putih, melotot ke arahnya. Tetiba saja sosok itu merangkak dengan kedua tangan dan kakinya yang panjang. Kini wajahnya berada satu jengkal dari wajahnya.


“Tolong saya.... tolong....” berat dan kasar suara yang keluar dari bibir sosok itu. Namun aneh, Gunawan sangat mengenali suaranya.


Ketika mata mereka saling beradu, seolah ada energi yang menarik, Gunawan tetiba saja berada di tempat berbeda. Di sana, Gunawan bisa melihat dengan jelas. Bahwa sosok mengerikan itu adalah wujud dari istri Pak Hermawan. Ia di perlihatkan bagaimana kelakuan biadab suaminya.


Bu Indri (samaran) Istri Pak Hermawan, di jadikan wadal untuk tumbal pertamanya dan di jadikan media untuk mencari kekayaan. Tubuhnya yang sudah disetubuhi iblis, berubah menjadi sosok yang mengerikan. Tangan dan kakinya menjadi panjang, tubuhnya kisut kurus kering, bagaikan tulang yang di balut kulit tanpa daging.


Hingga peristiwa yang membuat Gunawan tak mampu melupakan, di mana tangan dan kaki Bu Indri di ikat dengan rantai di atas ranjang besi. Kemudian, Pak Hermawan melakukan hubungan layaknya suami istri dengan brutal. Di saat itulah, auman keras nan mengerikan keluar dari tenggorokan Bu Indri, memenuhi seantero ruangan. Sekaligus memperlihatkan kenyataan yang sesungguhnya, di mana, di salah satu ruangan yang belum terbuka. Di sana, tepatnya di ruangan mirip penjara, ia melihat dengan mata kepalanya sendiri.


Pak Hermawan berdiri di samping ranjang besi sambil mengusap-usap rambut istrinya, sedangkan beberapa tamu yang tadi ia jumpai, sedang mengantre, melakukan ritual hubungan menjijikkan dengan sosok jangkung, yang diketahui kalau sosok itu adalah istri Pak Hermawan, Bu Indri.


Tak lama, beberapa tamu yang selesai melakukan hubungan itu, tubuhnya terkulai lemas dengan mata melotot dan mulut menganga. Walaupun dadanya masih naik turun, menandakan kalau masih hidup, namun sukmanya sudah terbelenggu. Menjadi tumbal Titip Sukma dari pesugihan Pak Hermawan.


Apalagi ketika pandangannya mengedar ke sekeliling, begitu terkejutnya Gunawan, saat ia melihat sosok yang sangat ia kenal. Sugeng. Ternyata, di balik sikapnya yang pendiam, ia juga mempunyai hasrat untuk menjadi kaya raya, namun justru Sugeng tertipu oleh rayuan iblis bertopeng manusia. Gunawan menduga, kalau Sugeng tertarik setelah Hermawan memberikan uang secara cuma-cuma. Kejadian itu terjadi satu hari sebelum Sugeng dikabarkan sakit. Waktu dimana Sugeng mengobrol bersama Gunawan.


“Gun, aku dikasih uang sama Pak Hermawan...” Sugeng berbisik, sambil membuka plastik warna hitam yang berisi bendelan uang kertas. “Dan ini katanya gak di suruh mbalikin. Asik to...” Sugeng menutup dan mengikatnya kembali.


Awalnya Gunawan menganggap kalau itu bonus untuk Sugeng, tapi setelah di pikir-pikir, mana mungkin orang baru kerja seminggu sudah dapet bonus sebanyak itu? Kalau itu untuk memancing agar Sugeng menjadi tumbal, bisa saja. Namun terkaan dan dugaan itu semakin lama semakin menyudut pada apa yang sekarang Gunawan lihat. Mulai dari sini Gunawan menyimpulkan, kalau kekayaan Hermawan berasal dari bersekutu dengan iblis.


Itu adalah sepuluh tahun yang lalu, yang berarti Gunawan menyimpan rapat semua rahasia Hermawan. Ia tak berani untuk menceritakan semuanya di hadapan publik, bukan tanpa alasan, tetapi nyawa keluarganya yang menjadi prioritas utamanya.


Selang lima tahun kemudian, hal yang sangat mengejutkan pun terjadi. Gunawan menganggap ini mungkin keberuntungannya.


Waktu itu, Hermawan di ambang kematiannya. Sosok jangkung istrinya sudah tak mampu lagi menopang tubuhnya yang semakin lama hanya tinggal tulang. Bahkan sebagian anggota tubuhnya sudah terpisah dari yang lain. Dari situlah, Hermawan kena imbasnya.


Dari dalam kamar, hampir setiap hari Hermawan mengerang kesakitan. Tubuh Hermawan semakin lama semakin habis. Habis bukan berarti kurus dan kering, melainkan Hermawan memakan dagingnya sendiri. Mulai dari paha hingga ujung kaki, habis di makan sendiri. Tapi ada yang membuat Gunawan merasa ngilu.


“Setiap dia mencabik dagingnya, dia mengerang, tapi setelah itu, dagingnya langsung di makan mentah-mentah.” Sambil bercerita, Gunawan memperagakan kejadian waktu itu.


“Sraaakk...” Hermawan mencabik, kemudian mengerang kesakitan. “Hwaaagh....”


“Nah pas mengerang itu, mulutnya langsung mbuka dan tangannya memasukkan dagingnya sendiri.”


“Hiiiih ngilu saya....”


Peristiwa itu di saksikan oleh Gunawan dan beberapa pekerja yang memang setiap harinya mengurus Hermawan.


Sampai di akhir hayatnya, Hermawan menghembuskan nafas terakhir dengan cara yang mengerikan.


“Ngerii...ngeriii banget pokoknya!” desis Gunawan.


“Bayangkan! Tubuhnya dalam posisi ngangkang, bagian paha sampai ujung kaki hanya tulang, bahkan sudah tak mengeluarkan darah. Tangannya dalam posisi mencengkeram. Kepalanya mendongak ke atas, mata melotot dan mulut menganga seperti membentuk huruf O.” Dengan bergidik, Gunawan menjelaskan secara detail.


Saat itulah, Gunawan memutuskan untuk meninggalkan semua harta yang pernah Hermawan berikan. Dan kini Gunawan memilih untuk meninggalkan daerah pedalaman hutan, kembali ke kampung halaman dan beralih sebagai sopir antar jemput anak sekolah. Walaupun tak seberapa, tapi dia bersyukur dan berharap tidak mau menemui orang seperti Hermawan (lagi). Di balik dari kata menyeramkan, di situ ada pelajaran yang berharga.


-SELESAI-





wildnow23amdar07miftah9898
miftah9898 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
3.2K
6
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan