harrywjyyAvatar border
TS
harrywjyy
Pengajian Bersama Setan - KUNCEN

Sumber Gambar

Quote:




“Mama! Mama!” teriakku sambil masuk ke dalam rumah.

Aku berlari masuk dan melihat sekitar. Mamaku datang dari lantai atas dan menghampiriku. “Ada apa, Ridho?” tanyanya.

“Kakek kayanya mau apa gitu,” ucapku sambil menunjuk ke arah pelataran rumah di luar.

“Yaudah, ayo kita liat ya.” Mama lalu berjalan ke luar rumah dan aku mengikuti di belakang.

Aku masih berusia 10 tahun ketika kakekku sedang di masa-masa tuanya. Usianya sudah menginjak 96 tahun. Ia terlihat sangat lemah dan tak berdaya. Bicara sudah tidak lancar, ngawur dan tidak jelas. Kakek juga sudah pikun. Dia tidak bisa melakukan apa-apa selain duduk di kursi depan rumah. Semua kebutuhannya dibantu oleh Mama dan Papaku.

Aku dan Mama sampai di sana. Kakek sedang duduk bersandar dengan kaos putih polosnya. Badannya sudah kurus, bak tulang berbalut dengan kulit keriput. Matanya menatap kosong ke depan. Giginya sudah habis. Mama mendekat ke telinga kakek untuk bicara supaya kakek bisa mendengar.

“Butuh apa, Kek?” tanya Mama.

“Hah?” Kakek tidak mendengar.

“Kakek mau apaa?” tanya Mamaku sekali lagi.

Kakek sempat terdiam sesaat. Ada jeda beberap detik sebelum akhirnya Kakek menjawab.

“Saya mau mati,” ucap Kakek dengan santainya.

Mendengar itu aku dan Mama kaget. Aku tak tahu harus bereaksi gimana, tapi setelah mendengar jawaban kakek aku diminta masuk oleh Mama. Sedangkan mama tetap bersama kakek di depan. Entah apa yang dibicarakan. Padahal kakek ini sehat-sehat saja walaupun secara fisik sudah tidak apa-apa lagi. Tapi mengapa malah berharap mati?

Dua hari kemudian, apa yang diomong oleh kakek benar-benar terjadi. Kakek meninggal. Sayangnya, di usianya yang sudah sepuh kakek malah meninggal dengan carayang tak wajar. Kakek ditemukan gantung diri di kamarnya. Mama menemukan kakek sudah kaku menggantung dengan wajah membiru dan lidah menjulur. Semua orang termasuk aku, Mama dan Papa kebingungan. Kakek untuk berdiri saja tidak bisa, bagaimana mau memasang tali gantungan di langit-langit kamar?

Usai kematian kakekku, banyak desas-desus dari warga yang menyebut kalau kakekku dulunya mempelajari ilmu hitam, memakai susuk dan memelihara makhluk halus. Makanya hal itu yang membuatnya bisa tahan hidup sampai usia 96 tahun. Tapi aku tidak peduli, aku hanya perlu fokus menyaksikan tiap prosesi pemakaman dari kakek.

Rumahku menjadi ramai oleh anak-anak kakek. Karena kakek sendiri memang memiliki banyak anak dan cucu. Hal ini karena kakek memang gemar menikah, sampai akhir usianya kakek sudah memiliki 6 orang istri. Dua orang bercerai, dan empat orang semuanya sudah meninggal termasuk nenek kandungku. Jadi tak heran anak-anak dan cucunya ada di berbagai tempat.


Sumber Gambar

Di malam pertama, seperti layaknya orang baru meninggal pastinya ada tradisi tahlilan selepas salat Isya. Kakekku pun sama, kami mengadakan tahlilan usai Kakek meninggal. Sayangnya tahlilan ini tidak berlangsung lama karena suatu kejadian tak terduga terjadi.

Aku fokus membaca surat Yasin di samping Papaku. Posisi kami mengadakan tahlilan di ruang tamu. Di samping ruang tamu ada sebuah tangga menuju lantai atas, di samping tangga itulah ada kamar kakek. Konsentrasiku buyar saat aku mendengar sesautu dari kamar kakek. Suara orang bersiul terdengar dari sana. Dan tampaknya bukan hanya aku yang mendengarnya, melainkan banyak orang lain yang ikut mendengar dan melirik ke arah kamar kakek.

Krek!

Papaku kaget saat tiba-tiba gagang pintu kamar kakek bergerak. Tampak ada seseorang yang hendak membukanya dari dalam. Padahal Papa yakin tidak ada orang di sana. Aku pun sama bingungnya. Jantungku bahkan berdebar cepat saat pintu itu perlahan terbuka. Jamaah lain yang hadir di tahlilan kakek belum menyadari soal pintu itu. Hanya aku dan Papa yang terus menatap pintu itu.

Tiba-tiba dari dalam kamarnya, kakek keluar dengan menggunakan kaos putih dan sarung. Wajahnya sangat pucat persis seperti saat dikuburkan tadi siang. Kakek bisa berdiri tegak dan gagah sambil berjalan mendekat ke arah para jamaah yang hadir. Sementara Papaku masih mematung dengan wajah yang sangat ketakutan. Bagaimana tidak, orang yang baru tadi siang dimakamkan kini mendadak keluar dari kamarnya.

“Kalian semuanya, akan mati!!!” teriak Kakek sambil berdiri di hadapan para jamaah.
Sontak semua orang kaget dan langsung melihat ke arah suara. Mereka kaget saat almarhum yang sedang mereka doakan tiba-tiba muncul secara fisik di hadapan mereka. Aku dan ayah berkali-kali istighfar saking takutnya.

“Kalian semua mati!!” teriak Kakek lagi.

“Aaaaaa! Setan!” Para warga pun panik dan ketakutan.

Seketika mereka yang belum menyelesaikan doa-doa malah lari terbirit-birit meninggalkan rumahku. Aku, ayah dan ibu pun langsung ikut berlari kabur meninggalkan rumah. Sementara kakek masih berdiri di sana sambil menatap kosong ke depan.

Tindakan kaburnya para jemaah tahlilan ini sangat disayangkan oleh seorang imam sekaligus ustad di daerah rumahku yang baisa dipanggil Ustad Umar. Sehingga di malam kedua, tahlilan kembali diadakan dan dipimpin langsung Ustad Umar. Sayangnya, di malam kedua jumlah jamaah yang datang ke rumah berkurang banyak. Mungkin karena takut usai kejadian kemarin.


Sumber Gambar

Singkat cerita, tahlilan kembali dimulai. Selama beberapa menit tidak ada gangguan apa-apa. Hingga saat mulai memasuki surat Yasin, pintu kamar kakek kembali berbunyi. Aku dan Papa jadi orang pertama yang menyadarinya. Papa terdiam sejenak dan kemudian lanjut membaca surat Yasin. Ia tampak memilih untuk mengabaikannya, tapi tidak dengan aku. Aku masih melihat ke arah pintu kamar kakek.

Dan sama seperti kemarin, Kakek kembali keluar dari kamarnya dengan kondisi yang sama. Kali ini wajahnya membiru seperti orang tercekik dengan bekas memar di bagian leher. Dengan tatapan kosong, Kakek mendekat ke arah para jamaah yang duduk membaca Yasin.

“Astaghfirullah!” Kata salah satu jamaah yang pertama kali melihat Kakek. Ia begitu kaget dan akhirnya membuat jamaah lainnya ikut ketakutan. Banyak beberapa orang sudah bersiap untuk kabur. Seketika bacaan Yasin pun terhenti. Ustad Umar melihat sosok itu dan berusaha tenang.

“Tenang! Semuanya tenang, kuatkan hati kalian! Jangan kalah! Ingat yang saya bilang!” kata Ustad Umar.

“Astaghfirullah, Ya Allah!” Beberapa jamaah yang hendak kabur membatalkan niatnya. Mereka tetap bertahan dan mencoba kuat. Walau banyak dari mereka yang sudah gemetar, keringat dingin hingga pucat wajahnya. Tapi mereka tetap bertahan duduk meski Kakek kembali menampakkan diri di hadapan mereka.

“Lanjut baca! Jangan peduli!” perintah Ustad Umar.

Akhirnya, kami semua kembali membaca surat Yasin. Meski pun hantu atau arwah Kakek masih berdiri di hadapan kami semua. Bukannya pergi, arwah kakek malah berjalan mendekat kemudian duduk di antara para jamaah seolah-olah ikut tahlilan bersama kami. Aku sesekali melihat ke arwah Kakek yang duduk di tengah-tengah jamaah dengan tatapan datar.

Orang yang kebetulan apes berada di dekat arwah kakek hanya bisa memejamkan mata sambil mengucap ishtigfar berkali-kali. Ini merupakan kejadian yang cukup mengerikan di mana almarhum yang sedang didoakan malah tiba-tiba datang dan ikut duduk bersama kami semua. Selama masih ada arwah kakek di tengah-tengah kami, pengajian ini tidak akan berhenti.

Hingga akhirnya, arwah kakek menghilang dengan sendirinya di jam 12 malam. Setelah arwah kakek hilang, barulah acara tahlilan ini selesai. Banyak dari mereka yang langsung rebahan, minum air dan meluruskan kaki usai membaca surat Yasin berkali-kali dari jam 8 malam.

“Pa, tadi ada kakek ikut ngaji ya?” tanyaku pada Papa.

Papa megangguk. “Iya, gak takut kan sama, Kakek?” tanyanya.

Aku menggeleng. “Eh, takut deh sedikit.”

Papa kemudian tersenyum dan mengelus punggungku. “Gak apa-apa, kakek mau ikut berdoa.”

Dua malam mengerikan itu tak akan pernah aku lupakan. Karena yang menjadi saksi bukan 1-2 orang saja melainkan puluhan orang yang ada di tempat dan waktu yang sama melihat penampakan yang sama. Yaitu melihat wujud kakek yang tadi siang mereka makamkan, kini tiba-tiba keluar dari kamar dan menyapa mereka semua.

Usai pengajian malam kedua memang sudah tidak ada gangguan lagi. Sampai hari ke-7 sudah tidak ada gangguan dari kakek. Hanya saja pada siang hari atau saat rumah sedang sepi, aku dan kedua orang tuaku masih kerap diganggu oleh Kakek.


Sumber Gambar

Salah satunya ketika aku sedang menonton TV siang-siang. Sedang asik-asiknya tertawa, tiba-tiba Kakek lewat persis di sampingku berjalan ke luar. Saat aku cek ke luar, tidak ada siapa-siapa. Lalu mamaku yang sedang memasak di dapur, seringkali mendengar suara panggilan kakek dari dalam kamarnya. Papaku juga beberapa kali mendengar ada aktivitas di dalam kamar kakek.

Banyak sebenarnya gangguan-gangguan yang kami alami di rumah usai kematian Kakek. Tapi yang paling mengerikan memang yang terjadi saat tahlilan itu, kisah yang epik dan di luar nalar. Mungkin lain kali akan ada cerita selanjutnya. Sekitar satu tahun setelah kematian kakek, papaku membeli rumah di daerah lain dan aku pun pindah. Rumah peninggalan kakek dan nenek ini diserahkan ke pamanku untuk dijadikan usaha kos-kosan untuk mahasiswa.

Ada yang bilang, bahwa yang kerap mengganggu di rumah adalah jin, setan atau dedemit peliharaan Kakek yang kerap menyerupai Kakek. Ia tak punya tuan dan tak ada yang memberinya makan makanya menjadi liar. Terlepas dari benar atau tidaknya, aku tidak terlalu peduli.

Tamat



Quote:


Jangan lupa berikan cendolnya ya!

emoticon-Cendol Ganemoticon-Cendol Ganemoticon-Cendol Gan
donix91Avatar border
iinsusilawat677Avatar border
JabLai cOYAvatar border
JabLai cOY dan 17 lainnya memberi reputasi
18
1.6K
21
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan