TS
lagibaper
[LOVE LETTER] TENTANG SUAMIMU......
Hai Mbak, salam kenal.
Sebut saja saya Widy. Teman suamimu,
dan saya telah jatuh cinta padanya.
Quote:
Mungkin saat ini Mbak merasa geram pada saya atau suami. Tapi sebelumnya izinkan saya berkisah tentang pertemuan dan perkenalan kami hingga akhirnya pria yang telah berkeluarga itu berhasil meluluhkan hati saya.
Stasiun menjadi saksi bisu awal pertemuan kami. Ya, kami bertemu setiap pagi di hari kerja. Menaiki kereta jurusan yang sama, gerbong yang sama, dan pintu yang sama sebelum akhirnya turun di stasiun yang berbeda untuk melanjutkan perjalanan ke tujuan kami masing-masing.
Sampai pada suatu ketika, suamimu menyodorkan tangan dan memperkenalkan dirinya pada saya. Tanpa ragu, saya pun menyambut jabat tangannya sambil menyebutkan nama saya.
Mas Ardi, suamimu, dia adalah pria yang tampan.
Tidak butuh waktu lama bagi kami untuk mengakrabkan diri. Obrolan kami mengalir seperti dua orang yang telah lama saling mengenal. Tawa canda acap kali menghiasi percakapan kami di sepanjang perjalanan. Terkadang suamimu ikut ke stasiun tujuan saya yang lebih jauh dari tempatnya biasa turun dan kembali lagi ke stasiun tujuannya menggunakan kereta lain hanya karena obrolan kami yang terlalu asyik.
Mas Ardi, suamimu, dia adalah pria yang supel dan humoris.
Setelah beberapa minggu, kami pun bertukar nomor ponsel. Sesekali kami bertemu sepulang kerja untuk mengisi perut di warung bakso depan stasiun. Kami mulai saling mengenal sifat dan pribadi masing-masing. Mas Ardi, suamimu, dia adalah pria matang, sopan, menyenangkan, dan perlahan saya jatuh cinta padanya.
Setelah dirasa kami cukup dekat, saya memberanikan diri menyinggung kehidupan pribadinya. Dengan mantap dia menceritakan tentang Mbak dan anak perempuan semata wayang kalian. Matanya berbinar-binar saat berkisah tentang bagaimana kalian bertemu dan akhirnya melangkah ke jenjang pernikahan. Saya tersenyum saat menyimaknya, sambil menahan perih di dada.
Mas Ardi, suamimu, dia adalah pria yang sangat mencintai keluarganya.
Sejak saat itu, saya mencoba untuk menghindari suamimu. Namun hal tersebut hanya bertahan sebentar saja. Saya rindu suamimu, Mbak. Saya rindu bersenda gurau dengannya. Kami pun memulai rutinitas seperti biasa. Tapi saya lancang, Mbak. Pada suatu kesempatan saya mengorek-ngorek lebih dalam kehidupan rumah tangga kalian. Dengan sedikit desakan, suamimu menceritakan seluruh masalah pelik yang sedang kalian hadapi. Matanya berkaca-kaca, terlukis jelas di wajahnya betapa berat beban yang ia pikul seorang diri.
Mas Ardi, suamimu, dia adalah pria yang sangat tabah.
Mbak, pernah kah kau memikirkan perasaannya barang sedikit pun? Masihkah dirimu menghormatinya sebagai seorang suami? Sungguh, saya mencintai suamimu. Tapi satu-satunya yang dapat membuatnya bahagia adalah Mbak. Istrinya yang ia cintai sejak pertama kali bertemu hingga saat ini. Sampai kapan Mbak akan menyia-nyiakan dirinya? Karena sesungguhnya suamimu adalah pria yang mudah dicintai dan tidak sulit untuk jatuh cinta padanya.
Stasiun menjadi saksi bisu awal pertemuan kami. Ya, kami bertemu setiap pagi di hari kerja. Menaiki kereta jurusan yang sama, gerbong yang sama, dan pintu yang sama sebelum akhirnya turun di stasiun yang berbeda untuk melanjutkan perjalanan ke tujuan kami masing-masing.
Sampai pada suatu ketika, suamimu menyodorkan tangan dan memperkenalkan dirinya pada saya. Tanpa ragu, saya pun menyambut jabat tangannya sambil menyebutkan nama saya.
Mas Ardi, suamimu, dia adalah pria yang tampan.
Tidak butuh waktu lama bagi kami untuk mengakrabkan diri. Obrolan kami mengalir seperti dua orang yang telah lama saling mengenal. Tawa canda acap kali menghiasi percakapan kami di sepanjang perjalanan. Terkadang suamimu ikut ke stasiun tujuan saya yang lebih jauh dari tempatnya biasa turun dan kembali lagi ke stasiun tujuannya menggunakan kereta lain hanya karena obrolan kami yang terlalu asyik.
Mas Ardi, suamimu, dia adalah pria yang supel dan humoris.
Setelah beberapa minggu, kami pun bertukar nomor ponsel. Sesekali kami bertemu sepulang kerja untuk mengisi perut di warung bakso depan stasiun. Kami mulai saling mengenal sifat dan pribadi masing-masing. Mas Ardi, suamimu, dia adalah pria matang, sopan, menyenangkan, dan perlahan saya jatuh cinta padanya.
Setelah dirasa kami cukup dekat, saya memberanikan diri menyinggung kehidupan pribadinya. Dengan mantap dia menceritakan tentang Mbak dan anak perempuan semata wayang kalian. Matanya berbinar-binar saat berkisah tentang bagaimana kalian bertemu dan akhirnya melangkah ke jenjang pernikahan. Saya tersenyum saat menyimaknya, sambil menahan perih di dada.
Mas Ardi, suamimu, dia adalah pria yang sangat mencintai keluarganya.
Sejak saat itu, saya mencoba untuk menghindari suamimu. Namun hal tersebut hanya bertahan sebentar saja. Saya rindu suamimu, Mbak. Saya rindu bersenda gurau dengannya. Kami pun memulai rutinitas seperti biasa. Tapi saya lancang, Mbak. Pada suatu kesempatan saya mengorek-ngorek lebih dalam kehidupan rumah tangga kalian. Dengan sedikit desakan, suamimu menceritakan seluruh masalah pelik yang sedang kalian hadapi. Matanya berkaca-kaca, terlukis jelas di wajahnya betapa berat beban yang ia pikul seorang diri.
Mas Ardi, suamimu, dia adalah pria yang sangat tabah.
Mbak, pernah kah kau memikirkan perasaannya barang sedikit pun? Masihkah dirimu menghormatinya sebagai seorang suami? Sungguh, saya mencintai suamimu. Tapi satu-satunya yang dapat membuatnya bahagia adalah Mbak. Istrinya yang ia cintai sejak pertama kali bertemu hingga saat ini. Sampai kapan Mbak akan menyia-nyiakan dirinya? Karena sesungguhnya suamimu adalah pria yang mudah dicintai dan tidak sulit untuk jatuh cinta padanya.
Semoga hati Mbak bisa sedikit tergerak. Saya hanya ingin suamimu bahagia, Mbak.
aldysadi dan tata604 memberi reputasi
2
1.5K
Kutip
5
Balasan
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan