TS
teacupmind
[LOVE LETTER] Surat Untuk Kenangan.
Malam ini puan, butir-butir itu berjatuhan lagi dari raut sendu cakrawala ku yang gulita. Mereka berseru, berirama, saling bertegur sapa seolah sepasang kekasih yang lama tidak berjumpa. Hingga sampailah mereka pada setiap jengkal tubuh kerontang ku yang mulai membasah, yang mulai diterpa sesak oleh getir yang perlahan menghunus dada.
Puan, samar-samar aku mendengar hujan berdialog tentang kita, tentang rindu yang ku pupuk dalam diam, tentang lembar-lembar yang telah usang, tentang cerita yang karam sebelum sampai pada pelabuhan.
Pun juga, sang hujan membawa beratus-ratus aroma wewangian yang pernah kita hirup bersama; wangi tanah basah, wangi rerumputan juga wangi hujan ketika bibir mungilmu memucat saat silam kita terperangkap tangis langit di paru-paru taman kota.
Puan, Aku tidak sendirian di ruang kosong penuh debu yang sedang kususuri. Ruangan yang pernah kita rangkai dengan uraian-uraian doa, atau kata kata yang kita kirim berbalasan yang telah sempat mengukir jemawa pada kita. Kulihat cermin-cermin itu memantulkan kita; Senyum simpul, kernyit dahi, atau jemari yang saling berpegangan, adalah temanku menapaki setiap gelisah yang mengetuk pintu rumah ingatan.
Puan, ijinkan aku menyapa kenangan yang ringkih itu, yang saban kau temui pada warna warni pelangi, atau jingga yang pekat di sore hari. Sebelum satu persatu kenangan itu berpamitan pulang lalu memudar serupa rasa-rasa yang sempat kita puja-puja pada awal coretan kita.
Puan, ijinkan aku mencintai lagi kenangan tentang kita dan menikmati setiap detik slideshow yang anggun memutari keningku malam ini. Ijinkan aku menikmati setiap detail kehangatan yang melebur bersamaan dengan asap kopi hitam yang ku seduh dengan tergesa saat hujan mereda.
Puan, kamu bisa pergi setelahnya.
Regards
Puan, samar-samar aku mendengar hujan berdialog tentang kita, tentang rindu yang ku pupuk dalam diam, tentang lembar-lembar yang telah usang, tentang cerita yang karam sebelum sampai pada pelabuhan.
Pun juga, sang hujan membawa beratus-ratus aroma wewangian yang pernah kita hirup bersama; wangi tanah basah, wangi rerumputan juga wangi hujan ketika bibir mungilmu memucat saat silam kita terperangkap tangis langit di paru-paru taman kota.
Puan, Aku tidak sendirian di ruang kosong penuh debu yang sedang kususuri. Ruangan yang pernah kita rangkai dengan uraian-uraian doa, atau kata kata yang kita kirim berbalasan yang telah sempat mengukir jemawa pada kita. Kulihat cermin-cermin itu memantulkan kita; Senyum simpul, kernyit dahi, atau jemari yang saling berpegangan, adalah temanku menapaki setiap gelisah yang mengetuk pintu rumah ingatan.
Puan, ijinkan aku menyapa kenangan yang ringkih itu, yang saban kau temui pada warna warni pelangi, atau jingga yang pekat di sore hari. Sebelum satu persatu kenangan itu berpamitan pulang lalu memudar serupa rasa-rasa yang sempat kita puja-puja pada awal coretan kita.
Puan, ijinkan aku mencintai lagi kenangan tentang kita dan menikmati setiap detik slideshow yang anggun memutari keningku malam ini. Ijinkan aku menikmati setiap detail kehangatan yang melebur bersamaan dengan asap kopi hitam yang ku seduh dengan tergesa saat hujan mereda.
Puan, kamu bisa pergi setelahnya.
Regards
Diubah oleh teacupmind 09-02-2017 13:50
aldysadi dan tata604 memberi reputasi
2
1.5K
6
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan