Kicauan burung gereja mengusik telingaku dan langsung membangunkanku dari mimpi. Segera kubuka daun jendela dan terpampanglah gumpalan kumulus yang menyembunyikan sang mentari. Pagi telah datang dan sang surya mengintip dari ufuk timur. Sinar redupnya mengingatkanku pada dirimu yang dulu malu-malu saat pertama bertemu.
Spoiler for :
Di jalan sesekali kepalaku mengadah ke angkasa raya. Di sana atap dunia berwarna biru dan membentang luas seakan tak berbatas. Siang menjelang penuh percaya diri di hadapan para manusia di muka bumi. Terbesit langsung dirimu yang tak sungkan menunjukkan semua rasamu padaku setelah kita menyatu.
Spoiler for :
Aku sendirian di tepi jalan termangu menunggu hujan. Tetesan air berduyun-duyun turun dari langit kelabu yang menangis. Aroma khas hujan di sore ini sedikit mencuri atensi atas lamunanku. Percikan air hujan yang menghantam tanah membuat kenangan saat dirimu terisak dalam rindu itu datang tanpa diundang.
Spoiler for :
Sebelum ku sampai pintu, sebuah pemandangan terpantul dalam retina. Spektrum mejikuhibiniu melintang bak jembatan menuju kahyangan. Pelangi senja adalah hadiah dari Tuhan yang tak terkira harganya. Seulas senyum terpatri saat dimana kau tertawa setelah bermuram itu hinggap lagi dalam memori ini.
Spoiler for :
Di atas bukit kota ku membisu hanya ditemani angin malam dan derik jangkrik. Sesekali melintas bintang jatuh jauh menuju entah kemana. Langit malam yang kelam menghitam menghampar luas di atas nyala lampu kota. Ku hanya bisa menahan gelapnya hatiku saat kau meninggalkanku hari itu.
Spoiler for :
Ku tertidur hanya beratapkan langit tak bertuan beralaskan tanah kebebasan. Ku tahu kau ada di suatu tempat di bawah langit yang sama. Berusaha menanti munculnya cahaya fajar setelah melalui malam yang tergelap. Jika langit pun berfase, ... maukah kau memberikan cahaya pagimu lagi untuk kali kedua?