Taufaniqbal
TS
Taufaniqbal
[LOVE LETTER] Perasaan Yang Tertinggal


Surat ini kan ‘ku persembahkan untuk engkau
Wahai pujaanku.


Waktu telah berjalan, begitu pula kehidupan. Hidup memang tak pernah lepas dari sebuah perasaan, seperti manusia yang tak bisa hidup tanpa sebuah kepercayaan. Entah, kepercayaan atas Tuhan, atau kepercayaan kepada teman. Tentang kepercayaan yang meyimpan perasaan.

Engkau, wanita pujaanku. Matamu, yang selalu ku tatap disaat engkau sedang serius menatap pelajaran. Aku tak tau perasaan apa yang ada dalam diri ku ini wahai pujangga. Rasanya seperti hormon dopamin yang memenuhi tubuh ini. Rasa senang dan gembira yang tak bisa kujelaskan.

Selang waktu berjalan, kini aku tau. Terlalu lama aku memendam rasa ini. Perasaan yang pada akhirnya justru mengecewakan diriku sendiri. Dari mulut ke mulut, hingga akhirnya aku yang mendengar sendiri langsung, engkau yang berbicara kepaku, wahai pujangga.
Kini, engkau telah milik seseorang. Walaupun ku tau banyak orang bilang ‘masih ada waktu sebelum janur kuning melengkung’.

Aku tetap tidak bisa merebutmu yang sudah dimiliki orang lain, meskipun ku tau memang belum sah seutuhnya. Bila memang sudah waktunya dan bilang memang kita ditakdirkan berjodoh, pasti kita kan bersatu tanpa harus merebut satu sama lain layaknya anak kecil yang merebutkan mainan dengan temannya sebayanya.

Seperti yang pernah Chairil Anwar katakan dalam puisinya yang berjudul Pemberian Tahun


Bukan maksudku mau berbagi nasib,
nasib adalah kesunyian masing-masing.
Kupilih kau dari yang banyak, tapi
sebentar kita sudah dalam sepi lagi terjaring.
Aku pernah ingin benar padamu,
Di malam raya, menjadi kanak-kanak kembali,
Kita berpeluk cium tidak jemu,
Rasa tak sanggup kau kulepaskan.
Jangan satukan hidupmu dengan hidupku,
Aku memang tidak bisa lama bersama
Ini juga kutulis di kapal, di laut tak bernama!
1946




Pikiran, angan-angan, khayalan, tuk bisa bersamamu. Duduk, tenang, diantara keramaian. Bilang memang sudah waktunya nanti, atau bahkan bila kita memang tak bisa bersatu, ku tak apa. Tapi tak salah bukan bila diriku ini tetap mengagumi mu. Tetap menatap mata mu, meskipun tak ku lihat secara langsung.
Bolehkah ?

Namun ku disini, tetap berteguh diri, hingga mungkin, ku temukan seseorang yang bisa menggantikanmu, meluapkan segala hormon dopamin kembali.

“seandainya kita bisa bersatu, sampai kita tua, sampai jadi debu” pikiranku.


tata604aldysadi
aldysadi dan tata604 memberi reputasi
2
1.3K
4
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan