passwordzyAvatar border
TS
passwordzy
[HSI] Kuda Kayu Bersayap - Yanusa Nugroho

Judul Buku : Kuda Kayu Bersayap
Penulis : Yanusa Nugroho
Penerbit : Tiga Serangkai
Tebal : 164 Halaman
ISBN : 979-668-483-7


Selamat datang juragan/sista di thread resensi saya


Spoiler for Hari Sastra Indonesia, Gan!:


Dengan adanya event Hari Sastra Indonesia yang diadakan oleh Kaskus ini saya menjadi lebih bersemangat karena toh sastra Indonesia masih hidup. Akhirnya dengan sedikit membolak-balik buku di rak saya menemukan buku ‘Kuda Kayu Bersayap’ karya Yanusa Nugroho.
Buku ini setidaknya memiliki desain cover yang menarik—yang juga menandakan jika isi buku ini merupakan cerpen kontemporer.

“Ngrokok. Ngopi. Ngarang.” Begitu kalimat yang Yanusa Nugroho katakan apabila ada yang bertanya soal kehidupannya. Prinsipnya ini juga tampak dipegang kuat karena saat agan/sista membuka halaman demi halaman buku yang tampil adalah kisah-kisah hidup yang ditulis dengan sudut pandang yang berbeda, serba samar-samar dan ada beberapa yang menurut saya terlalu ‘surreal’.

Buku ini terdiri dari 18 Cerita Pendek yang ditulis dalam kurun waktu 90an hingga 2003. Judul-judulnya antara lain :

1. Anjing
2. Bom
3. Kambing
4. Namma, namamu …
5. Penyair dan Ular
6. Randu
7. Baterai
8. Wayang
9. Di taman Kota Singapura
10. Saya, Anjing
11. Kuda Kayu Bersayap
12. Si Rambut Panjang Itu
13. Umairah
14. Kapan Pulang?
15. Laki-laki yang Menusuk Bola Matanya
16. Lho
17. Dusta Itu
18. Maaf kalau

Semua cerpen yang dimuat dalam buku ini menurut saya pribadi menunjukkan berbagai ironi yang ada dalam hidup manusia. Mulai dari cerita Anjing dimana Yanusa menceritakan kisah seorang pria yang harus dikucilkan karena memelihara anjing hingga cerita Lho yang ‘menelanjangi’ kehidupan sosial manusia.

Secara bahasa, penulis menggunakan bahasa yang mudah untuk dicerna, namun dari segi plot dan persoalan yang disuguhkan tetap harus dibaca dua kali. Cerpen-cerpen yang hadir dalam buku ini cukup menarik untuk dibaca karena permasalahan yang dihadirkan tidak membuat pembaca merasa digurui, namun penulis mengajak pembaca untuk ikut menyelami setiap sudut imajinasi cerita.

Bagi anda yang merasa kesulitan menelan novel yang membosankan, mungkin anda bisa mencoba membaca buku ini. Namun, bagi anda yang belum terbiasa membaca cerita pendek mungkin akan agak sedikit kesusahan untuk memahami apa yang sebenarnya hendak diceritakan oleh penulis. Menurut saya, agan/sista yang menyukai penulis-penulis Indonesia seperti Seno Gumira atau M Shoim Anwar perlu membaca buku ini.

Overall, buku ini merupakan sebuah karya sastra yang tak akan tergerus zaman. Jika agan/sista ingin mencoba sensasi membaca yang lain bisa memilih buku ini karena setiap ceritanya ada yang membuat anda tersenyum kecut, nyengir kuda, bahkan hingga memaki.

Well, tampaknya itu yang bisa saya sampaikan dalam resensi buku Kuda Kayu Bersayap ini. Untuk sedikit motivasi, minat baca masyarakat Indonesia semakin menurun, dan itu juga tampaknya yang mengakibatkan para penulis Indonesia semakin malas menerbitkan buku yang berkualitas. Jadi, mari membaca! Membaca bukan hanya sebagai hiburan, namun bergizi untuk menambah kemampuan berpikir.

“Kulepas tiang-tiang
stasiun bergeser
makin cepat
membawa diriku dan
menyisakannya di
bangku-bangku,” – Penyair Dan Ular, halaman 47.


Btw, emoticon-Selamat
emoticon-Selamat emoticon-Ultah emoticon-Ultah Selamat Ulang Tahun Sastra Indonesia! emoticon-Ultah emoticon-Ultah emoticon-Selamat emoticon-Selamat
0
4.6K
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan