KASKUS.EditorAvatar border
TS
KASKUS.Editor
T.B. Simatupang: Pejuang di Segala Bidang
Tahi Bonar Simatupang. Pernah mendengar nama tersebut? Bagaimana kalau T.B. Simatupang? Semakin familiar kah?

Wajar kalau kalian familiar dengan nama T.B. Simatupang, karena itu adalah salah satu nama jalan protokol di DKI Jakarta. Tapi tahukah kalian kalau nama jalan tersebut di ambil dari seorang pahlawan Indonesia? Dimana kita #TidakMerdekaTanpaMereka.



Tahi Bonar Simatupang lahir di Sidakalang, Sumatera Utara pada 28 Januari 1920. Semasa hidupnya, Simatupang adalah seorang militer yang memiliki sosok begitu keras dan tegas, terlebih ketika hal tersebut menyangkut Indonesia. Satu hal yang menjadi contoh nyatanya adalah ketika dia bisa menghilangkan “dalil-dalil” yang saat itu dianggap merendahkan bangsa Indonesia.

Ketika itu Indonesia dianggap tak akan mampu membangun sebuah tentara yang kuat, berwibawa, dan terhormat. Terlebih ketika itu Indonesia harus menghadapi Belanda, yang secara fisik sudah jauh lebih besar ketimbang orang-orang Indonesia. Selain itu, Indonesia juga dianggap tak akan mungkin bisa bersatu dan lepas dari penjajahan, karena ber-bhineka, alias memiliki keberagaman yang cukup banyak. (Sabam Sirait dalam tulisannya yang berjudul “Simatupang, Pemikir dan Pejuang Bangsa”).

Simatupang masuk dunia militer melalui jalur akademi, dan lulus pada tahun 1942. Tapi dirinya belum sempat bertugas karena Belanda ketika itu menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Simatupang pun direkrut oleh Jepang dan ditugaskan di Resimen Pertama di Jakarta, dengan pangkat calon perwira.

Meski begitu, Simatupang tetap memiliki peran besar di dunia militer Indonesia jika berbicara mengenai perang. Setelah Indonesia merdeka, Belanda kembali datang dan melakukan agresi militer. Di bawah komando seorang Panglima Besar Jendral Soedirman, Simatupang ikut bergerilya untuk merebut kembali daerah-daerah yang dikuasi oleh Belanda.


(Foto: Dok. alchetron.com)

Semasa perang merebut kembali wilayah Indonesia, Simatupang diangkat menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Perang (WAKASAP). Ketika itu, Simatupang tak hanya ikut angkat senjata di medan perang, tetapi juga memperjuangkan kedaulatan bangsa Indonesia melalui meja-meja perundingan, salah satunya yang paling terkenal adalah Konferensi Meja Bundar (KMB). Solichin Salam dalam buku yang berjudul Wajah-wajah Nasional menulis, sosok Simatupang yang mewakili TNI dalam KMB telah membentuk dirinya sebagai seorang militer yang diplomat.

Setelah wafatnya Panglima Besar Jenderal Soedirman, Simatupang diangkat sebagai Kepala Staf Angkatan Perang (KSAP) RI dengan pangkat Mayor Jenderal. Presiden Soekarno menghapus jabatan milik Simatupang pada tahun 1953, dan mengangkat Simatupang menjadi penasihat militer di Departemen Pertahanan RI dalam rentang tahun 1954-1959. Simatupang sendiri resmi pensiun dari dunia militer pada 21 Juli 1959.

Quote:



(Foto: Dok. Metro Siantar)

Tahi Bonar Simatupang menjalani dua peran tersebut. Dirinya ikut bertempur di medan perang ketika masa-masa mempertahankan kemerdekaan RI. Selain itu, sumbangsih pemikirannya untuk Indonesia tertuang pada Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1973, 1978, 1983, dan 1988 (Sabam Sirait dalam tulisannya yang berjudul “Simatupang, Pemikir dan Pejuang Bangsa”).

Jauh sebelum itu, Simatupang juga memiliki peran yang cukup besar untuk kalangan internal militer Indonesia. Saat masih menjadi perwira staf, Simatupang memiliki banyak konsep-konsep yang pada akhirnya banyak dilaksanakan melalui kebijakan komado. Konsep profesionalisasi serta rasionalisasi tentara, perang rakyat semesta, serta TNI sebagai inti bagi Tentara RIS, adalah merupakan buah dari pemikiran Simatupang (Moerdiono, dalam tulisannya yang berjudul “Tahi Bonar Simatupang, Seorang Prajurit Pemikir”).

Di luar dirinya yang merupakan seorang pejuang bangsa Indonesia, Simatupang adalah sosok yang pemikir dan pekerja keras, serta ada satu hobi lainnya, yakni menulis. Simatupang selalu berusaha mencatat hal-hal penting yang dikemukakan orang lain dan menulis sangat baik seluruh ceramah-ceramah. Simatupang sendiri memiliki beberapa buku yang dia tulis sendiri, di antaranya; Soal-soal Politik Militer di Indonesia (1956), Pengantar Ilmu Perang di Indonesia (1969), Laporan dari Banaran (1980), Peranan Angkatan Perang dalam Negara Pancasila yang Membangun (1980), Pelopor dalam Perang, Pelopor dalam Damai (1981), dan lainnya.

Tahi Bonar Simatupang menghembuskan nafas terakhirnya pada 1 Januari 1990. Dirinya diangkat sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden keenam Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono pada 8 November 2013.


(Foto: Dok. batakgaul.com)

Dari sosok Simatupang kita bisa belajar, bahwa berjuang tak melulu mengangkat senjata di medan perang. Melalui pemikiran yang membangun, kita bisa memiliki peran penting untuk membangun bangsa ini.



Quote:
Diubah oleh KASKUS.Editor 22-08-2017 06:04
0
16.3K
85
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan