KASKUS.Editor
TS
KASKUS.Editor
Pong Tiku: Tegas Bernyali Pertahankan Harga Diri


Ada dua hal yang mungkin akan muncul di kepala kebanyakan orang kalau mendengar kata Tana Toraja. Yang pertama adalah kopi asli sana yang terkenal nikmat dan sudah jadi bahan rebutan sejak masa sebelum kemerdekaan, baik oleh orang Indonesia sendiri dan juga para penjajah. Yang kedua adalah tradisi pemakamannya yang unik.

Yang seringkali dilupakan oleh mayoritas masyarakat Indonesia dan anak-anak muda—yang sekarang lebih banyak tahu tentang kehidupan orang lain lewat akun nyinyir di Instagram—dari Tana Toraja adalah sosok penting yang pernah berjuang dalam perang saudara di sana, hingga melawan pemerintahan kolonial Belanda.

Dia adalah Pong Tiku.


(Patung Pong Tiku menunggang kuda. Foto Dok. Torajaparadise.com)

Lahir di Tondon/Pangala, Toraja, Sulawesi Selatan, 171 tahun yang lalu, sosok pria yang bernama lain Ne’Baso itu terkenal sebagai sosok yang tegas dan berpendirian kuat. Apalagi kalau sudah berurusan dengan kemerdekaan dan kebebasan rakyatnya.

“Dari ujung kepala sampai telapak kaki, tidak mau diperintah oleh Belanda!” katanya dengan tegas dan bernyali.

Penolakan Pong Tiku terhadap pemerintahan kolonial itu membakar semangat para pemuda di Tana Toraja untuk ikut menumpas jajahan Belanda. Serangan demi serangan dalam ekspedisi Belanda ke Sulawesi Selatan tak menggoyahkan pendirian Pong Tiku dalam mempertahankan wilayahnya. Saat pemimpin daerah lain di Sulawesi Selatan menyerah, Pong Tiku ogah ikut-ikutan. Justru dia berusaha lebih kuat. Semboyan itu dipegangnya sampai mati dan terlihat dari riwayat perjuangannya yang nggak pernah berhenti.


(Logo Daerah Tana Toraja. Dok. Wikipedia)

12 Mei 1906 pertempuran Tondon pecah. Pong Tiku berhasil mendepak pasukan Belanda keluar dari wilayah itu. Penawaran damai dari Belanda ditolak mentah-mentah olehnya. Dua bulan berselang pada 16 hingga 19 Juli 1906, benteng Ka’do dan Tondok berturut-turut diserang Belanda yang dihadapinya dengan pertempuran satu lawan satu sebelum mundur ke benteng Buntubatu. Agustus 1906 bivak-bivak pasukan Belanda ditembaki Pong Tiku yang membuatnya jadi orang yang paling diburu Belanda saat itu. Serangan umum dilancarkan pada 26 Agustus 1906 dengan sasaran markas besar Belanda di Karongian yang dibalas Belanda dengan ledakan demi ledakan.

Gencatan senjata sempat terjadi, namun Belanda mengingkari kesepakatan yang berujung pada dikuasainya Benteng Buntubatu. Pong Tiku yang saat itu meletakkan kepercayaannya kepada Belanda dan mengurusi pemakaman orangtuanya langsung bergabung dengan para pejuang di Benteng Alla untuk melakukan perlawanan. Sayangnya 12 Maret 1907, Benteng Alla jatuh juga di tangan Belanda. Pong Tiku berhasil lolos sebelum akhirnya tertangkap pada awal Juli 1907.

Belanda memaksanya untuk mengakui kekuasaan Belanda lewat sebuah surat resmi. Tapi kecintaan Ne’Baso pada Tana Toraja yang adalah bagian dari Indonesia terlalu besar. Dia menolak mengakui kekuasaan kolonial dan berujung tewas ditembak mati di tepi Sungai Sa’dan pada 10 Juli 1907.


(Sungai Sa’dan, lokasi bersejarah saksi bisu kematian Pong Tiku, kini jadi sungai wisata rafting. Foto Dok. Jelajahtoraja.blogspot.com)

Pong Tiku menjalani hidupnya sesuai dengan nama yang diberikan sang Ayah setelah dirinya beranjak dewasa. ‘Pong’ menunjukkan kastanya sebagai anak kepala suku/adat dan ‘Tiku’ menekankan pada sikap dan wataknya sebagai seorang pemberani dan berjiwa besar. Dia juga dikenal sebagai Untaloi Tiku Tondok yang berarti keberanian dan ketangguhan dalam mengalahkan semua penantang yang ada di wilayah sekitar Pangala’, tempat kelahirannya.

Pong Tiku adalah pemimpin yang murni memikirkan kedamaian tempat asalnya. Jauh sebelum Belanda mulai mengendus kekayaan kopi Tana Toraja dan membombardir benteng-benteng pertahanan di sana, Pong Tiku sudah harus berkutat dengan berbagai perang saudara di Perang Kopi I dan Perang Kopi II. Kemampuannya memimpin yang menurun dari sang Ayah membuatnya berhasil menyelesaikan perselisihan tersebut.

Sebagai penguasa adat, Pong Tiku berusaha memperkuat perekonomian rakyatnya dengan meningkatkan produksi kopi. Kopi dari Tana Toraja pun terdengar gaungnya sampai negeri seberang sebagai kopi paling masyhur. Sehingga perdagangan kopi ke luar kawasan Sulawesi Selatan mulai terjadi. Keberhasilan Pong Tiku dalam perdagangan Kopi ini tak jarang membuat banyak pemimpin dari wilayah lain iri dan berniat untuk menyerang wilayahnya. Namun kemampuan Pong Tiku dalam berstrategi dan mencari sekutu membuatnya tetap berdiri di atas kaki sendiri.

Tidak hanya lihai dalam strategi jual beli hasil kopi Tana Toraja, Pong Tiku juga jagoan dalam hal perencanaan perang termasuk jual beli senjata yang sebagian besar adalah sisaan Perang Kopi I. Dari perang itu juga dia banyak belajar strategi perang.


(Jasa Pong Tiku untuk Tana Toraja diabadikan dalam bentuk monumen. Foto Dok. Torajaparadise.com)

Satu hal yang sangat mengagumkan dari Pong Tiku dalam setiap pertempurannya baik melawan “saudara sendiri” atau pun pemerintahan kolonial Belanda adalah bahwa dia selalu berusaha untuk melindungi anak-anak dan wanita. Dalam taktik perangnya, wanita dan anak-anak harus ada dalam kondisi yang aman sebelum penyerangan dimulai sampai penyerangan selesai. Selain itu, dia juga adalah sosok yang sangat hormat kepada kedua orangtua. Dalam pertempuran di Buntubatu misalnya, Pong Tiku bersedia mengadakan gencatan senjata demi melakukan upacara pemakaman kedua orangtuanya. Meski berakhir dengan pengkhianatan dari Belanda hingga berujung penangkapan yang membuatnya ditembak mati.

Semangat Pong Tiku sudah berhasil membangkitkan semangat rakyat untuk melawan pasukan kolonial Belanda di Tana Toraja. Perjuangannya di ranah lokal setara dengan apa yang dilakukan oleh pahlawan nasional lain jelang kemerdekaan Indonesia. Perjuangan hidup dan mati Pong Tiku bersama rakyat Tana Toraja pada masa penjajahan kolonial jadi bagian penting dari kebangkitan nasionalisme.

Pong Tiku mengajarkan kita untuk menjadi seorang anak Indonesia yang cinta tanah air dengan berjuang sekuat tenaga di ranah lokal dan daerah. Namanya mungkin tidak dikenal kalangan millennials nasional sekarang, tapi di Tana Toraja, Pong Tiku adalah sosok terhormat. Pong Tiku menginspirasi pemuda lokal untuk berjuang tanpa kenal lelah. Untuk tidak menyerah pada penjajah. Dia memerdekakan pikiran-pikiran pemuda daerah sehingga bisa melakukan sesuatu yang lebih besar untuk “rumah” mereka sendiri.

Quote:


Sudah seharusnya sebagai masyarakat Indonesia kita ikut menghargai jasa-jasanya sebagai Pahlawan Nasional Indonesia. Supaya yang kita tahu berperan buat kemerdekaan Indonesia bukan pahlawan yang itu melulu.

Jadi, apa hal besar yang sudah kamu lakukan untuk daerahmu?



emoticon-I Love Indonesiaemoticon-I Love Indonesia emoticon-I Love Indonesia

Sumber: Buku Jejak Pahlawan Dalam Aksara, Buku Pahlawan Nasional Indonesia, Buku Pong Tiku Pahlawan Tana Toraja


Quote:

Diubah oleh KASKUS.Editor 22-08-2017 06:02
nona212
nona212 memberi reputasi
1
20K
58
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan