kotapilihan
TS
kotapilihan
Usia Produktif yang Enggan Berkomitmen

Penduduk kelompok usia 25-39 di Indonesia yang tinggal bersama orang tua.


Dalam angan dan retorika politisi hingga pemerintah, generasi muda selalu mendapat tempat prioritas, sandaran harapan kelak, berbalut pujian paripurna. Namun berbagai persoalan menerpa generasi ini.

Daya beli generasi milenial dalam kepemilikan rumah atau properti, menjadi salah satu masalahnya. Seperti diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, generasi ini akan kesulitan beli rumah dalam beberapa tahun ke depan.

Dilansir CNN Indonesia(5/4/2017), kesulitan utama generasi millenial membeli rumah dan properti, disebabkan pertumbuhan pendapatannya yang tidak sebanding dengan pertumbuhan harga properti. Kenaikan pendapatan generasi milenial dalam 4-5 tahun ke depan hanya 10 persen, jauh dengan harga tanah yang bisa mencapai 15-20 persen.

Kenaikan harga rumah terkonfirmasi dalam data yang dirilis Bank Indonesia (BI) lewat Survei Harga Rumah Residental Triwulan I 2017. Terdapat kenaikan 0,8 persen dari triwulan sebelumnya, dan 0,24 persen dari tahun lalu atau kenaikannya menjadi 2,62 persen pada akhir Kuartal I 2017.

Masalah tersebut tergambar dari "pilihan" generasi muda dalam hal rumah tinggal. Tim Lokadata Beritagar.id mengekstraksi data sensus penduduk antarsurvei, SUPAS 2010-2015, terbitan Badan Pusat Statistik (BPS) untuk menemukan gambarannya.

Mereka yang berusia 25-39 dan berstatus anak kandung di sebuah rumah, dalam survei BPS tersebut, bisa dipastikan bukan kepala keluarga. Mereka bisa saja sudah menikah atau belum. Pada 2015, persentasenya meningkat dibanding lima tahun sebelumnya.

Persentase anak pada laki-laki maupun perempuan naik dari 17,9 persen pada 2010 menjadi 22,2 persen. Tren peningkatan itupun tidak mengenal jenis wilayah, berlaku di perkotaan maupun perdesaan.



Pengamat pemasaran, Yuswohadi, kepada Beritagar.id menjelaskan, angkatan produktif yang semakin banyak bersama orang tua bisa dimaknai dari berbagai hal. Ihwal alasan harga properti yang tinggi, ia bisa memakluminya.

Yuswohadi yang juga Managing Partner Inventure itu menilai, ketidakmampuan generasi milenial membeli rumah dan masih tinggal bersama dengan orang tua, juga dipengaruhi pola hidup konsumtif. Kenikmatan dianggap lebih penting dari pengorbanan.

"Asumsi saya milenial itu makin independen, mereka makin pintar, kritis, makin mandiri, harusnya semakin punya inpower. Jadi dengan data ini malah mengagetkan, kok mereka malah tidak inpower, makin malas menghadapi tantangan hidup," komentarnya saat dihubungi Beritagar.id pada Rabu malam (14/6/2017).

Menurut dia, generasi ini lebih mengedepankan kenikmatan yang instan, langsung mendapatkan apa yang diinginkan. Mereka menikmatinya, habis beli kenikmatannya langsung dirasakan sensasinya. Kalau beli rumah dan menabung, nikmatnya di belakang.

Selain itu, tinggal bersama orang tua, juga berkaitan dengan risiko. "Kalau pisah dari orang tua, kompleksitas hidup itu berlipat-lipat, karena semua ditanggung sendiri. Kalau masih di keluarga, maka dikit-dikit minta orang tua, sabuk pengamannya selalu ada," jelas dia.

Meski demikian, pola ini "hanya" berlaku pada kurang dari seperempat penduduk kelompok usia 25-39 tahun. Sebagian lainnya, masih berstatus sebagai kepala rumah tangga. Sayangnya, angkanya menurun pada periode 2010-2015.

Laki-laki berusia 25-39 yang berstatus kepala rumah tangga di perdesaan maupun perkotaan, pada 2010 masih mencapai kurang lebih dua per tiga dari proporsi kelompok tersebut. Lima tahun kemudian, angkanya turun dari 67,8 menjadi 61,8 persen.

Adapun perempuan yang berstatus istri kepala rumah tangga, baik di perkotaan maupun perdesaan, persentasenya juga menurun.



Antara kenikmatan dan komitmen masa depan

Tren angkatan kerja produktif tinggal bersama orang tua, sudah jadi fenomena global. Temuan yang hampir sama juga bisa dilihat di Asia Pasifik, seperti ditunjukkan hasil riset CBRE Survey Global Researchpada Oktober 2016.

Terdapat 63 persen anak muda berusia 22-29 tahun di Tiongkok, Jepang, Australia, Hong Kong, dan India yang memilih tinggal bersama orang tuanya. Penyebab utamanya, tingginya harga properti dan uang muka cicilan.

Persepsi umum yang muncul, generasi milenial memilih menyewa properti karena enggan menanggung kewajiban dan komitmen saat memilih untuk membeli rumah. Apalagi, mekanisme yang paling terjangkau adalah melalui kredit perumahan.

Pasalnya, dari 5.000 responden di kelima negara, lebih suka mengalokasikan sepertiga anggarannya untuk mengejar kenikmatan, dan hanya seperlima untuk menabung.

Namun generasi milenial bukan tidak tertarik untuk memiliki rumah sendiri. Menjawab pertanyaan survei tentang keinginan memiliki rumah sendiri, hampir dua pertiga responden punya rencana untuk membeli properti pada masa mendatang.

Ditanya soal milenial Indonesia, apakah mirip potret dalam survei CBRE, Yuswohadi menggarisbawahi kebiasaan konsumsi dan produktivitas.

Pertumbuhan di beberapa, negara maju memang ditopang oleh konsumsi. Jadi secara makro, fenomena tersebut tidak terlalu masalah. "Tapi yang bagus itu, kerjanya keras dan konsumsinya tinggi. Bukan seperti Jepang, kebanyakan nabung terus tapi konsumsinya rendah," imbuhnya.

Sebaliknya, menjadi berbahaya ketika tidak menghasilkan, namun konsumsinya tinggi. Apalagi ketika konsumsi itu dibiayai utang seperti lewat kartu kredit dan sejenisnya. Perilaku itu bisa menyebabkan kebangkrutan.

Bagaimana peran pemerintah? Ihwal daya beli, Yuswohadi berpendapat meski pemerintah bisa mencoba meningkatkan daya beli--misalnya mengontrol harga properti--ada hukum pasar yang akan mengerek harga saat permintaan melambung tinggi.

"Tapi kalau sudah perilaku konsumtif tadi, pemerintah sudah tidak bisa, itu natural, dan itu terbentuk lewat proses. Pemerintah sulit untuk intervensi. Yang dilakukan pemerintah ya bersifat teknis," ujarnya.

Sumber : https://beritagar.id/artikel/gaya-hi...an-berkomitmen



0
1.8K
11
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan