kotapilihanAvatar border
TS
kotapilihan
Adakah Selisih Usia Ideal dalam Pernikahan?

Ilustrasi pasangan suami-istri


Dalam banyak kebudayaan, pernikahan dengan selisih usia terpaut jauh dianggap tidak lazim. Apalagi jika usia istri lebih tua bila dibandingkan suaminya saat menikah. Seiring zaman, perubahan terjadi.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) merekomendasikan usia pernikahan yang ideal. Usia matang 21 tahun untuk perempuan, dan 25 tahun untuk laki-laki. Namun rekomendasi ini tidak menentukan selisih usia antarmempelai.

Mendasarkan rekomendasi pada teori kesehatan, umur ideal itu menandai matangnya aspek biologis dan psikologis bagi calon mempelai. Menjaga keharmonisan bukan pekerjaan mudah, karena memerlukan kedewasaan berpikir dan bertindak setiap kali bahtera rumah tangga diguncang konflik.

Patut dicatat, Undang-Undang Perkimpoian masih memperbolehkan laki-laki usia 19 dan perempuan berusia 16 menikah meski dengan syarat persetujuan orang tua.

Menengok mikrodata Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas) BPS 2016 di tingkat rumah tangga, Lokadata Beritagar.id menggali perbedaan usia pasangan suami-istri. Mereka adalah pasangan yang berstatus menikah saat survei dilakukan, tanpa menghitung kapan pernikahan dilangsungkan.

Survei ini dilakukan terhadap 300.000 rumah tangga sampel yang tersebar di 34 provinsi dan 511 kabupaten/kota di Indonesia. Angka itu mewakili 54,3 juta rumah tangga tahun lalu. Rata-rata selisih umur pasangan rumah tangga di Indonesia sekitar 5 tahun 2 bulan.

Mengabaikan tingkatan usia pasangan, 84,92 persen suaminya lebih tua. Sekitar 6,36 persen usia pasangan suami istri sama, dan 8,72 persen pasangan yang istrinya lebih tua dari sang suami.



Fenomena yang tampak, lebih banyak generasi muda laki-laki yang menikah dengan pasangan seusia, atau dengan istri yang lebih tua. Generasi laki-laki berusia 20-29 tahun, persentase pasangan dengan usia setara mencapai 10,8 persen. Fenomena ini hanya ditemukan pada 3,3 persen pasangan laki-laki berusia 60-an.

Berdasarkan laki-laki 20-an itu pula, suami lebih tua mencapai 75 persen, lebih sedikit dibanding pada laki-laki generasi tua, 91,4 persen. Sebaliknya, istri lebih tua dari suami lebih banyak ditemukan pada generasi muda. Angkanya 14 persen, dibanding pada generasi pria 60 tahun lebih, persentasenya "hanya" mencapai 5,3 persen.

Selisih usia pun tampak menyusut pada generasi yang lebih muda. Bila suami lebih tua, pada generasi 20-an, selisihnya sekitar 3,4 tahun. Sementara pada generasi 60-an, rata-rata mencapai 6,3 tahun. Pada data istri yang lebih tua, selisihnya rata-rata 2,9 tahun pada generasi muda, sedangkan pada generasi tua 4,7 persen.

Berapa selisih usia ideal dalam pernikahan?

Mengomentari data BPS itu, Psikolog Keluarga, Klinik Terpadu Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Anna Surti Ariani, menyatakan selisih usia ini masih relatif normal. Selisih ekstrem berlaku bila usia suami istri perbedaannya di atas tujuh tahun.

Bahkan menurutnya, pada dasarnya tidak ada selisih usia yang sangat ideal untuk menikah. Di luar negeri misalnya, ditemukan yang ideal itu menikah pada usia yang sama, atau plus minus 3-5 tahun.

"Sedangkan yang selisihnya 7-10 tahun mereka punya tantangan yang lebih besar, sehingga cukup banyak yang jatuh ke perceraian, karena masalahnya besar. Ini berlaku untuk laki-laki yang lebih tua atau istrinya lebih tua," kata perempuan yang biasa dipanggil Nina saat dihubungi Beritagar.id, Sabtu siang (22/7/2017).

Perempuan cenderung lebih cepat matang ketimbang laki-laki. Perempuan mentruasi pertamanya sekitar 10-12 tahun. Setelah itu perkembangan psikologinya cepat sekali, lebih tertarik kepada lawan jenis, ingin tampil menarik, atau memerhatikan dandanan. Laki-laki dengan umur yang sama dan belum mimpi basah, polos-polos saja.

Rata-rata mimpi basah pertama laki-laki pada usia 12-14 tahun. Setelah mimpi basah itu, baru muncul ketertarikan pada lawan jenis, berusaha terlihat jagoan, menarik perhatian, atau menunjukkan keberanian. Ini terjadi sampai umur 18-25 tahun.

"Sementara, pada usia itu, perempuan visi misinya sudah lain. Ingin menikah misalnya. Pernikahan itu kan rata-rata pada umur 20-29 tahun," ujarnya.

Bila perbedaan usia masih dalam rentang yang sama, kondisi psikologis-nya relatif sama.

Sedangkan perbedaan kondisi psikologi dari usia ke usia, menurut Nina, memiliki perhitungan tersendiri. Semakin kecil usianya, tahapannya menjadi semakin banyak. Angka-angka itu berlaku umum, tapi ada tahapan unik pada setiap individu.

"Tahapannya seperti ini, tubler atau balita 1-3 tahun, selisihnya dua tahun; 3-6 tahun anak kecil, selisihnya tiga tahun. Pada usia 18-25 tahun, beranjak dewasa, range-nya menjadi tujuh tahun. Usia 25-40 tahun range-nya 15 tahun, disebut dewasa muda; 40-60 tahun range-nya 20 tahun sebagai dewasa madya, dan 60 tahun ke atas sebagai lanjut usia atau dewasa akhir," jelasnya.

Perbedaan antar-rentang umur itulah yang bisa digunakan untuk melihat kesenjangan emosi pasangan dalam pernikahan. Bila perbedaan usia masih dalam rentang yang sama, kondisi psikologis-nya relatif sama. Dampak perbedaan usia itu bisa berlaku untuk suami maupun istri.

"Misal suaminya 30 tahun dan perempuannya 34 tahun, ini kondisinya sama, berada dalam range usia dewasa muda. Tidak ada perbedaan. Atau suaminya umur 26 dan istrinya 29 tahun. Selisihnya masih aman secara psikologis," lanjut Nina.

Selisih usia istri lebih tua dibandingkan suami kemungkinan akan terasa signifikan bila angkanya di atas 10 tahun. Ini disebabkan secara hormonal/biologis, perempuan berbeda dibanding laki-laki.

Pada umumnya, perempuan akan memasuki masa menopause pada usia 50 atau 60. Akan ada penurunan ketertarikan seksual menjelang masa itu. Sedangkan pada laki-laki, penurunan itu terjadi pada usia yang lebih tua.

"Misal perempuannya umur 50 dan laki-lakinya 40 tahun. Kondisi perempuan usia 50-an sudah menurun, sementara laki-laki umur 40 tahun masih tinggi. Dikhawatirkan, saat laki-laki hasrat seksualnya tinggi, perempuan dalam kondisi minat seksual menurun. Itu yang sering terjadi," jelas Nina yang juga aktif sebagai Psikolog Keluarga dan Anak di PacHealth.

Namun ia mengingatkan, kondisi ini tidak berlaku mutlak. Bahwa ada kecenderungan hasrat seksual perempuan yang menurun pada usia 50-an, menikah pada usia tua tidak selalu karena alasan seksualitas. Melainkan untuk merasa nyaman, damai, ada teman, dilindungi. "Tidak selalu alasan seksualitas," tegasnya.

Lebih lanjut, Nina menjelaskan, dengan selisih rata-rata usia yang ditunjukkan data BPS, kalaupun ada perceraian, kemungkinan bukan karena selisih umur, namun bisa jadi karena lain hal, seperti jatuh cinta lagi.

Sumber : https://beritagar.id/artikel/gaya-hi...lam-pernikahan

franssinagaAvatar border
franssinaga memberi reputasi
1
6.5K
9
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan