KokonataAvatar border
TS
Kokonata
Bukan Kecantikan, Inilah 3 Hal yang Harus Diperhatikan Pria Saat Menikah Wanita


Seorang pria berusia 20-an tahun biasanya sudah memikirkan sosok istrinya kelak. Sadar atau tidak pria mulai melakukan semacam audisi di otaknya, wanita manakah yang tepat untuk menjadi pendamping sekaligus ibu dari anak-anaknya.

Kriteria fisik mungkin jadi pertimbangan utama sebagian pria. Namun ingatlah, jika hanya mengutamakan fisik, seiring waktu akan terjadi perubahan fisik pada istri dan sang pria sendiri. Kecantikan dan kemolekan pudar seiring waktu. Apalagi jika kecantikan itu hanya polesan kosmetika dan riasan salon.

Daripada menginginkan fisik yang cantik dan sedap dipandang, cobalah perhatikan tiga latar belakang keluarga ini. Dipaparkan Mary Kay DeGenova dkk dalam buku Intimate Relationships, Marriages, and Families.( McGraw-Hill, 2001), berikut 3 latar belakang keluarga yang harus diperhatikan pada calon pasangan.



1. Status Sosial Ekonomi

Pasangan yang baru menikah akan lebih cepat beradaptasi satu sama lain jika berasal dari status sosial ekonomi yang sama. Seseorang yang berasal dari status sosial ekonomi tinggi mengalami tingkat stres yang lebih tinggi jika menikah dengan seseorang yang berstatus sosial ekonomi rendah daripada sebaliknya.

Pada cerita film, drama, dan fiksi ala Cinderella, pangeran tampan yang kaya raya jatuh cinta pada gadis miskin sering kita temukan. Namun kisah-kisah itu jarang menampilkan kehidupan setelah menikah, kan? Percayalah, tidak mudah menjadi Cinderella yang harus beradaptasi dengan kehidupan istana.

2. Pendidikan dan inteligensi

Seorang pria cenderungan memilih calon istri yang memiliki tingkat pendidikan dan inteligensi yang sama atau lebih rendah daripada dirinya. Hal ini terkait dengan posisi suami yang ingin superior, di atas istri. Tidak percaya, perhatikan saja keluargamu dan sekitarmu. Adakah suami beristrikan wanita yang pendidikannya lebih tinggi. Suami tamatan SMA, istri lulusan perguruan tinggi. Tidak banyak, kan?

Pernikahan rawan konflik jika pendidikan suami dan istri tidak setara, terutama jika pendidikan istri lebih tinggi daripada suami. Sedikit sekali suami yang bisa menerima kenyataan bahwa pendidikan istri lebih tinggi. Sadar atau tidak, hal itu menjadi pemicu berbagai konflik dari suami.


3. Ras dan agama

David H. L. Olson dan John Defrain dalam bukunya Marriages & Families; Intimacy, Diversity, and Strengths (McGraw-Hill, 2006) mengungkapkan bahwa semakin besar perbedaan di antara individu, semakin kecil kemungkinan mereka untuk menikah.

Tidak mudah bagi seorang pria keturunan Arab menjalani pernikahan dengan gadis asal Papua yang berbeda agama, kan? Ras dan agama sangat berpengaruh dalam gaya hidup sehari-hari. Pria Arab yang biasa tinggal di iklim panas harus beradaptasi dengan wanita Papua yang biasa tinggal di lembah hijau. Makanan sehari-hari mereka sebelum menikah berbeda. Bagaimana menyatukan pola makan keduanya setelah menikah?

Tiap ras dan agama memiliki tradisi yang bebeda mulai dari memperlakukan anak saat lahir sampai prosesi kematian. Perbedaan ini ditanamkan orang tua, tumbuh dan berkembang sampai anak dewasa. Perlu waktu yang tidak sebentar untuk mengubah tradisi-tradisi itu.

Jika perbedaan ras dan agama dapat dikompromikan oleh pria dan wanita yang sepakat akan menikah, keluarga besar mereka belum tentu bisa kompromi juga. Maka dari itulah pasangan yang berbeda ras dan agama yang nekat menikah bagai terbuang dari keluarga besar.

Sumber foto Instagram.com/angelaleryss4
0
19.3K
98
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan