Dear, Abu abu...

Iya.. kamu.
Kamu yang selalu ada di hatiku, hari hariku, dan hidupku..

Ada sebuah warna baru yang kini selalu ada dihidupku, yaitu kamu, si Abu abu. Warna yang tidak mencolok, terkesan tenang tidak menarik tapi sangat kusuka.
Aku yakin kamu tau kalau yang ku maksud adalah kamu. Sekalipun kamu cuma jadi silent reader aja selama ini, aku tau kalau kamu selalu tau apapun kegiatanku disini.
Surat ini kutujukan untukmu wahai abu abuku.

Sudah banyak kata, kalimat, cerita bhkan puisi yang kutulis untukmu.
Kamu tau? sejak mengenalmu, aku banyak berubah. Sejak mengenalmu, aku mulai menunjukan sisi lain diriku yang tidak banyak orang tau. Kamu mengajarkan banyak hal selama 6 bulan ini. Dan kamu adalah semangat baru buatku. Kamu yang membuatku tidak berhenti menulis, kamu bahkan bisa mnjadi obat di kala ku sakit. its real,, kamu obatku saat aku sakit. Sekalipun aku minum obat, tapi kalau kamu nggak ada, obat yang kuminum itu nggak akan bereaksi apapun.
Tapi begitu ada kamu, aku bisa perlahan sembuh. hmm. Ajaib memang.

Aku yang sebenarnya orang yang cuek, apatis dan membosankan ,tapi jika bersamamu, aku bisa menjadi manja, cerewet, gila yah.. walau sering menyebalkan dan membosankan, tapi kamu bilang kamu tetep suka. kamu tetep sayang.
Dan manjaku hanya jika ada kamu. Bahkan ke orang lain, aku nggak pernah semanja ini.

Aku masih ingat beberapa kalimat nasehat kamu buatku.

"Jangan pernah bilang nggak papa kalau sebenernya kamu lagi kenapa napa, Sayang"

" Berhentilah mengalah, berhentilah memaklumi orang lain dengan cara mengorbankan diri sendiri, kamu juga berhak egois, terlebih jika itu untuk kebahagiaan kamu sendiri ,Aii"

Kamu, orang pertama yang menyuruhku menjadi egois, kamu orang pertama yang menyuruhku berhenti mengalah.
Dan kamu orang pertama yang berusaha selalu membuatku tetap tersenyum, walau kadang dngan cara gila, gembel dan aneh.

Banyak orang yang menentang hubungan kita yang mereka bilang "Nggak wajar" ini. Sampai sampai mereka berusaha keras memisahkan kita, baik dengan cara halus, kasar, pemaksaan bahkan dngan cara yang tidak bisa ku terima dengan akal sehatku.
Mereka lupa, ada Tuhan, sutradara terbaik hidup ini. Aku yakin, Tuhan punya alasan kenapa mempertemukan kita sampai perasaan kita sedalam ini.

Dan disini... Aku menunggu kamu.
Menunggu kamu melakukan rencana rencana mu yang sering kamu ceritakan padaku.


menunggu kamu bisa menggenggam erat tanganku seperti itu.



Aku disini menunggumu