djoeragancendol
TS
djoeragancendol
Panggil Aku, Jo!


Panggil Aku, Jo!
emoticon-Forum Musicemoticon-Forum Music emoticon-Forum Music

HOTTHREAD #107
28 Januari 2018

Quote:



Namaku Jo. Hanya itu yang bisa aku ingat. Lebih tepatnya yang ingin aku kenang. Nama lengkap pemberian orang tuaku sebenarnya cukup keren, namun aku tak ingin mengingatnya. Aku tak ingin menggorreskan luka lebih dalam ke hatiku. Hanya Emak, wanita satu-satunya yang selalu menyayangiku setulus hati. Emak yang kerap kali memanggilku Jo. Emak yang sosoknya selalu kurindukan siang dan malam. Sedangkan Bapak, entah dimana keberadaanya aku pun tak tahu. Lelaki pengembara yang entah pergi kemana mengikuti arus kehidupannya.

Namaku Jo. Umurku sekarang 10 tahun. Hidup seorang diri diantara kerasnya kehidupan. Berjuang setiap hari demi sebungkus nasi yang tak pernah berganti komposisi. Sekedar memilih menu pun rasanya begitu berat untuk aku lakukan. Bahkan tanpa menyebut pesananku, mbak penjaga warteg pun tahu apa menu yang aku pesan untuk dibungkus. Nasi dan sayur labu ditambah sepotong tempe dan tahu. Telur atau ikan? Mungkin sebulan sekali mampu aku cicipi.

Namaku Jo. Di sinilah tempatku. Terminal Pakupatan Kota Serang tempat bernaungku. Disinilah tempatku mengais rezeki. Sebuah kota dari Provinsi di ujung Pulau Jawa. 2 tahun yang lalu aku diajak Bapakku menyeberang Selat Sunda menuju Merak. Bapakku yang hanya kuli bangunan mengajakku merantau, menjanjikanku untuk bisa sekolah di perantauan. Meskipun di kampung ada Emak dan adikku, namun Bapak bersikeras untuk membawaku. "Disana kamu bisa sekolah gratis, Jo" yakin Bapak waktu itu.

Namaku Jo. Aku kini seorang diri disini. Berteman preman dan anak jalanan. Berlomba mengais rezeki yang tak seberapa. Berjuang bertahan dari kerasnya kehidupan dan duka nestapa. 2 tahun yang lalu Bapakku hilang entah kemana. Saat Aku keluar dari Toilet Umum di Pelabuhan Merak, hanya kehampaan yang kurasa. Bapakku hilang entah kemana. Aku sendirian tanpa bekal apa-apa, bahkan untuk mengingat darimana asalku pun aku terbata. Hanya satu yang bisa kulafalkan dengan sempurna, Namaku Jo.



"Selamat Siang para penumpang bus Primajasa. Ijinkan saya menemani perjalanan Anda menuju Cilegon, Merak dan sekitarnya. Selamat datang di Kota Serang Madani, tempatku meraih sejuta ada dan mimpi" Entah sudah berapa ratusan kali aku mengucapkan kalimat itu. Sekedar basa basi agar para penumpang bus mau mengalihkan perhatiannya kepadaku.


Mungkinkah bila ku bertanya pada bintang-bintang
Dan bila ku mulai merasa bahasa kesunyian
Sadarkan aku yang berjalan dalam kehampaan
Terdiam, terpana, terbata semua dalam keraguan



Entah sudah berapa kali aku nyanyikan lagu itu setiap kali aku ngamen. Selain karena lagunya yang sederhana, aku juga sekaligus menyemangati diriku. Bahwa aku punya mimpi yang ingin aku capai. Bukan mimpi yang sempurna sebenarnya. Hanya mimpi yang sederhana. Mimpi bahwa aku bisa pulang kembali ke desaku. Bisa kembali bertemu dengan Emak dan adikku.

Emak, apa kabarmu disana? Masih ingatkah kau pada anakmu ini? Adakah kau berusaha mencariku? Adakah aku dalam setiap doa doamu? emoticon-Frown



"Jo, ngamen lagi yuks? Jam segini orang pulang kerja. Pasti Bus penuh penumpangnya" Teguh, teman ngamenku selama ini menyadarkanku dari lamunan. Teguh berusia 10 tahun, hanya beda 2 bulan dari usiaku. Perawakannya kurus dengan rambut ikal yang ga pernah sekalipun dia sisir. Suaranya cempreng dan melengking, kadang bikin sakit kuping jika sedang bernyanyi. Namun masih tertutupi dengan skill main gitarnya yang lumayan. Dari teguh pula aku belajar main gitar dan nada. "kamu duluan aja Guh, bentar lagi Ashar. Aku mau sholat dulu baru ngamen lagi" sahutku.

Meskipun hanya pengamen, tidak punya apa-apa, namun Sholat yang utama bagiku. Sholat adalah nomer 1 yang mesti aku kerjakan. Emak selalu mengajarkan aku agar tidak sekalipun meninggalkan sholatku, apa pun yang terjadi. Sholat ibarat tiang bagi sebuah rumah. Kalau tiangnya rubuh, maka rubuhlah juga bangunan rumahnya.

Selepas Ashar, aku melangkahkan kakiku meninggalkan terminal Pakupatan yang masih ramai orang lalu lalang. Entah mengapa aku malas naik beberapa bus sarat penumpang yang lewat. Aku terus melangkahkan kaki keluar terminal dan berbelok ke arah kiri. Tak jauh dari terminal ada sebuah kampus yang cukup terkenal di Kota Serang. Kampus Universitas Sultan Ageng Tirtayasa atau lebih dikenal dengan nama Untirta. Kesana lah kakiku melangkah sore ini.

Di sebuah warung bakso sebelum kampus Untirta, aku berbelok arah dan mulai menyiapkan gitar ukulele satu satunya kepunyaanku. Harta sekaligus modal ngamenku selama ini. Hemm.. sepi ternyata warung baksonya. Aku melihat sekeliling dan hanya ada 3 meja yang terisi pengunjung yang asyik menikmati Bakso masing-masing. "permisi pak,bu.. ijinkan aku menghibur dan menemani yang sedang menikmati baksonya" ujarku lirih.

Hidupku tanpa cintamu 
Bagai malam tanpa bintang 
Cintaku tanpa sambutmu 
Bagai panas tanpa hujan 
Jiwaku berbisik lirih 
Kuharus memilikimu
 
Aku bisa membuatmu 
Jatuh cinta kepadaku 
Meski kau tak cinta kepadaku beri sedikit waktu 
Biar cinta datang karena telah terbiasa 



'Hai kamu, coba kamu kesini..." Salah seorang pengunjung warung bakso memanggilku. "Ya pak, ada perlu apa?" Tanyaku sesopan mungkin. "lagu yang kamu nyanyikan barusan bagus. Lagu siapa itu?tanya pria itu. "itu lagu Risalah Cinta, Dewa 19" sahutku heran. masak sih bapak ini nggak tahu lagu Dewa 19?bathinku. "Kamu suka sama Dewa 19? Kenapa?" tanya pria itu lagi. "Ya pak, saya suka aja. Nggak tahu kenapa" jawabku jujur. "oh begitu, baiklah. Ini saya ada kartu nama. Bulan depan ada audisi penyanyi cilik untuk tampil di TV. Kalau bisa kamu datang kesana ikutan audisi. Saya lihat suara dan skill nyanyi kamu bagus. Kamu ada bakat untuk jadi penyanyi. Tinggal dipoles aja." jelas pria itu. "Baiklah pak. Terima kasih atas informasinya.

Setelah menerima kartu nama dan selembar uang 50.000 dari pria itu, aku pun bergegas keluar dari warung bakso itu. Alhamdulillah ada rezeki cukup banyak hari ini. Hanya sekali nyanyi dapat 50.000, Ini hasil terbesar aku ngamen selama ini. Biasanya paling orang ngasih hanya 2000 atau 5000 saja.

Dan pria botak tadi, sepertinya aku pernah lihat, tapi dimana ya? Botak dengan jenggot panjangnya, dimana ya aku pernah lihat dia. Karena penasaran aku pun mengambil kartu nama yang tersimpan di saku lusuhku. Pelan pelan aku baca nama yang tertera di kartu nama tersebut.
Quote:



Hari ini aku menuju Rangkas untuk ke Jakarta naik kereta ekonomi. Dengan menumpang mobil bak pengangkut sayur aku menikmati perjalananku menuju Stasiun Rangkas Bitung. Mobil Sayur ini punya Pak Kardi, pedagang yang tiap hari membawa sayuran dari Rangkas ke Pasar Rau kota Serang. Aku mengenalnya sejak 3 bulan yang lalu saat sama sama makan di Warteg dekat Pasar Rau. Alhamdulillah dia memperbolehkan aku menumpang mobilnya menuju Rangkas.

Dari Rangkas aku berniat naik kereta ekonomi Merak Tanah Abang. Aku ingin mengikuti Audisi Idola Cilik seperti yang dikatakan Ahmad Dhani. Aku berharap bisa mengubah nasibku dengan ikutan audisi tersebut. Modal? Aku hanya membawa 2 potong baju yang selama ini aku punya. 1 buah ukulele teman setiaku mengamen dan sedikit tabunganku dari hasil mengamen selama ini.

Sebenarnya modal nekat juga aku berangkat ke Jakarta. Jakarta itu keras, jakarta itu kejam, jakarta itu bukan kota yang ramah. Jangan bandingkan Jakarta dengan Serang. Dan segudang kisah lain tentang Ibukota Indonesia itu. Namun semua itu tidak menyurutkan langkahku. Aku justru terpacu untuk bisa menaklukan Jakarta. Aku ingin mengadu nasibku di Jakarta. Kota impian setiap orang.



STASIUN TANAH ABANG
Akhirnya sampai juga aku disini. Hemm, rame bangets orang di stasiun ini. Kemana ya aku harus pergi? Aku tidak tahu dimana lokasi audisi Idola Cilik. Ah ya, aku punya no hp di kartu nama. Aku akan cari Wartel untuk menelponnya. Aku akan tanya dimana lokasi acara dan sekalian memberi tahu bahwa aku sudah sampai Jakarta.

"Copet.. Copet..." Belum juga beranjak dari duduk rehatku di kursi peron stasiun, aku dikejutkan oleh suara teriakan seorang ibu dari arah kerumunan penumpang yang baru turun dari sebuah KRL. Dari tengah keramaian muncul seorang anak laki-laki seumuranku yang sedang panik berlari ke arahku. Sementara dibelakangnya seorang ibu muda berlari mengejarnya.

Bukk!! Anak laki-laki itu terjatuh saat aku menabraknya. Dari genggamanya terjatuh sebuah handphone dengan casing warna Pink. Aku yakin itu Handphone ibu muda yang dia copet. Aku segera mengambil Handphone yang jatuh itu untuk mengamankannya.

Anak laki-laki itu bangkit dari jatuhnya dengan tatapan nanar penuh kebencian ke arahku. "awas kamu ya!!" serunya marah sambil menahan sakit. "copet.. ini copetnya. Tuh dia pegang Hp ibu itu" tiba-tiba anak itu berteriak sambil menunjuk ke arahku. Spontan orang-orang yang ada di sekitar pun mendekat dan mengurungku. Bukk! Bukk! Belum sempat aku mengucapkan kata-kata, sebuah pukulan melayang ke arahku dan membuatku nanar seketika. "hajar aja copetnya biar kapok! Pukul dia, masih kecil sudah nyopet. beragam teriakan marah terdengar diantara puluhan orang yang terus merangsek ke arahku. Sekilas masih sempat kulihat seringai puas anak lelaki yang tadi melakukan pencopetan. Sebelum akhirnya aku limbung dan jatuh pingsan karena sakit teramat sangat yang aku rasakan.

Panggil aku, Jo. Aku terkapar di lantai stasiun Tanah Abang. Aku korban kebrutalan orang orang yang merasa suci dan berhak untuk mengadiliku. Bahkan tanpa memeriksanya, mereka segera menghajar tubuh kecilku. Panggil aku, Jo. Setelah ditinggalkan oleh ayahku di Terminal Pelabuhan Merak, sekarang aku ditinggalkan oleh keadilan di Negeriku Indonesia. Panggil aku,Jo... Itu pun jika aku bisa sadar dan selamat dari amukan massa yang menghajarku.


t a m a t



Pandeglang, 23 Januari 2018


감사합니다
Diubah oleh djoeragancendol 28-01-2018 08:37
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
23.3K
181
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan