ronzstagramAvatar border
TS
ronzstagram
#TemanTapiMenikah: Romansa Remaja yang Nggak Bikin Geli


:curhat dimulai:


Sebelum nulis Thread ini gue membaca dengan teliti Google Translate buat mencari terjemahan kata 'cringe' yang enak dipakai di judul. Ternyata lebih gampang menjelaskannya dengan kata-kata sederhana dan bahasa tubuh ketimbang mengalihbahasakan satu kata itu ke Bahasa Indonesia. 


Google Translate menerjemahkan Cringe (verb/kata kerja) menjadi Ngeri; merasa jijik. Sementara kalau gue cek di Oxford Dictionary, Cringe didefinisikan sebagai Experience an inward shiver of embarrassment or disgust. Setelah nanya-nanya ke netizen via Twitter, gue pun menemukan kata yang pas: GELI. 




:curhat selesai:


"Cringe itu apa deh sebenarnya?" 


Itu lho momen ketika lo nonton film remaja atau FTV deh terus ada adegan romantis antara dua karakter dalam filmnya, lalu salah satu dari mereka (biasanya sih cowoknya) mulai berkata-kara romantis, dan kemudian lo mulai mengeluarkan ekspresi dan gerakan-gerakan di wajah seperti: 


(1) Sebelah bibir naik dan mengekspos sedikit gigi bagian depan;

(2) Dahi berkerut diikuti dengan naiknya sebelah (atau bisa juga dua-duanya) alis;

(3) Menggerakkan kedua bahu seolah-olah baru saja bertiup angin dingin dari kutub selatan, terkadang diikuti juga dengan suara "Iiiii!!!!" atau seruan "Najis! Apaan sih!" atau "IHH MENI GEULEUH!" (maaf gue bukan orang Sunda, jadi tolong koreksi gue di bagian ini).


Tiga hal yang terjadi ketika gue nonton Dilan 1990 di bioskop bulan Januari kemaren. Gue suka filmnya. Gue suka bukunya. Gue menikmati semua momen gombal ala Dilan yang muncul di film. Tapi itu tidak menahan gue mengeluarkan reaksi-reaksi seperti yang gue tuliskan di atas.



GIF oleh kumparan.com


Sabtu (24/3/2017) kemarin, film remaja lain produksi Falcon Pictures (rumah produksi yang masih satu perusahaan dengan yang bikin 'Dilan 1990') ditayangkan secara terbatas lewat sebuah event Gala Premiere di XXI Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan: #TemanTapiMenikah. Gue jadi salah satu yang beruntung bisa menyaksikan film ini sebelum penayangan perdananya di seluruh bioskop Indonesia mulai 28 Maret 2018 nanti. Film ini diangkat dari buku berjudul sama yang ditulis oleh Ayudia Bing Slamet dan Ditto 'Percussion'. Menceritakan perjalanan persahabatan mereka yang dibumbui oleh perasaan-perasaan yang terpendam selama 12 tahun sebelum akhirnya mereka menikah. Aktris dan aktor yang memerankan karakter mereka di layar lebar adalah Vanesha Prescilla dan Adipati Dolken.


fyi, gue nggak baca bukunya.


Ayu/Ucha (Vanesha Prescilla) bertemu dengan Ditto (Adipati Dolken) ketika mereka masih SMP. Ucha yang saat itu sudah berstatus artis remaja otomatis jadi pusat perhatian orang-orang di sekolah. Terutama cowok-cowok. Tidak terkecuali Ditto. Buat Ditto mungkin Ucha adalah cinta pertama pada pandangan pertama. Rasa naksir yang bersambut dengan ajakan kenalan dan duduk bareng. Sejak saat itu, setiap apa yang dilakukan Ucha dan apapun yang berhubungan dengan Ucha membuat perasaan Ditto seperti naik roller coaster.


#TemanTapiMenikah bercerita dari sudut pandang Ditto yang sudah naksir Ucha sejak SMP dan tidak berani bilang soal perasaannya itu sampai 12 tahun kemudian. Ketakutan Ditto sebenarnya masuk akal juga sih. Soalnya di satu hari yang cerah ketika mereka berdua sedang ada di rumah Ditto (dan Ditto dengan senang hati mengerjakan PR Ucha), Ucha sesumbar bilang "Inget lho ya, awas, sampai lo suka sama gue, gue musuhin lo seumur hidup."sambil menyandarkan kepalanya ke pundak Ditto. Ditto akhirnya memutuskan buat menyimpan perasaannya dan mencintai dalam diam. 





Seperti kebanyakan film remaja lainnya, #TemanTapiMenikah mengangkat sesuatu yang sebenarnya dialami banyak orang. Terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Mungkin lo akan bilang "Alah cerita kayak gitu udah banyak kali di film lain dan di FTV-FTV!"  ketika membaca sinopsis film atau bukunya. Ya memang cerita film ini pasaran dan lo bisa menemukannya di banyak karya visual lain. Apalagi di drama Korea, beuh! Berserakan!


Meski cerita yang udah pasaran, film #TemanTapiMenikah anehnya tetap enak diikuti dari awal sampai akhir. Kenapa ya?


Bisa jadi karena faktor pemeran utamanya. Vanesha sedang naik daun berkat 'Dilan 1990' dan jujur aja sebelum nonton film ini agak susah buat gue untuk menghilangkan sosok Milea dari Vanesha. Setelah nonton, gue malah lebih suka Vanesha yang memerankan karakter Ucha daripada Milea. Mungkin karena karakter Milea memang lebih kalem kali ya, nggak yang bawel kayak Ucha. Di situ gue menilai Vanesha kayaknya lebih asyik kalo nantinya banyak dikasih peran karakter anak-anak SMA gaul. Kayak Cinta-nya 'AADC' tanpa elemen-elemen puisi. Kayak Cinta-nya 'AADC' tapi versi doyan update Instagram Story. Udah gitu pasangannya Adipati pulak! Aktor muda yang sebentar lagi kayaknya bakalan jadi the next Reza Rahadian dan akan memerankan semua karakter manusia hidup yang dibikinin film Indonesia. Terlepas dari bener atau enggaknya Adipati dan Vanesha pacaran di dunia nyata, chemistry yang mereka tampilkan sebagai sahabat di #TemanTapiMenikah enak banget deh buat diikuti.



Foto: Dokumen Pribadi


Dialog-dialog yang santai dan nggak bikin mikir, yang sehari-hari banget dan kekinian juga mungkin faktor lain yang bikin film ini jadi gampang diterima kepala gue yang udah nggak sanggup deh kalau harus mikirin gimana bisa Hulya sama Sabina tuker muka lewat operasi plastik. Tapi kalau buat gue pribadi, faktor X-nya memang Vanesha. Cara dia ngomong tuh khas banget. Dan walaupun di sepanjang film rambutnya kayak nggak pernah disisir, pesonanya nggak luntur. Ini kalo di Korea Selatan Vanesha kayaknya udah bisa dikasih label 'Nation's First Love' deh.



Foto: Dokumen Pribadi.


Yang kurang dari Vanesha sebagai Ucha, lo nggak akan bisa membedakan yang mana Ucha pas SMP, yang mana Ucha pas SMA dan yang mana Ucha pas mau dilamar Rifnu (diperankan oleh Refal Hadi). Semuanya terasa sama aja. Padahal dialog-dialognya udah terasa lebih tua dan nggak lagi kekanak-kanakan. Di sisi lain, kita bisa melihat dengan jelas perubahan karakter Ditto dan bagaimana dia berhubungan dengan pacar-pacarnya dari SMP sampai kuliah. Dari remaja yang cuek dan go with the flow ke anak kuliahan yang lebih wise.


Karena ini film yang ditujukan buat remaja (rating LSF-nya 13 tahun ke atas), tentu saja banyak adegan-adegan pacaran, adegan-adegan romantis antara dua Ucha dan Ditto (yang sebenarnya cuma one-sidedaja) dan kalimat-kalimat cheesy yang keluar dari mulut Ditto. Eksekusi yang oke dan sosok Adipati yang memerankan Ditto membuat dialog-dialog itu nggak bikin bergidik dan geli saat mendengarnya. Nggak membuat gue bereaksi seperti tiga poin yang gue tulis di awal Thread ini. Anehnya, bisa gue nikmati. Ini bukan berarti ngejek dialog-dialognya supercheesy-nya Dilan. Dilan tuh kalau ngomong memang bikin cringe to another level. Tapi ya dia Dilan. Itu pesonanya dia. Justru kalau dia nggak kayak gitu, karakternya malah jadi kayak anak SMA kebanyakan dong. Eh maaf kenapa jadi keterusan bahas Dilan sih!


Ngomong-ngomong soal film dengan tema yang pasaran, itu juga sebenarnya salah satu faktor yang gue pikir bikin gue menikmati #TemanTapiMenikah. Karena pasaran, banyak yang akan merasa terwakili oleh cerita dalam filmnya. Enggak terwakili secara keseluruhan juga enggak jadi masalah. Kalau boleh curcol, satu, dua, atau tiga bagian dari film ini ada juga yang menyentil karena kena sama pengalaman pribadi. Terutama pas mendengar reaksi Ucha ketika Ditto ngungkapin perasaan terpendamnya selama 12 tahun.


Itu sih. Relateable.


Banyak dialog-dialog Ditto dan Ucha di #TemanTapiMenikah yang sebenarnya layak untuk dijadikan foto-foto quote baper yang Instagram-worthy. Tonton sendiri deh kalau nggak percaya.


emoticon-Big Kissemoticon-Big Kissemoticon-Big Kiss

tien212700Avatar border
tien212700 memberi reputasi
1
12K
80
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan