BudigufiAvatar border
TS
Budigufi
The Family Tempest
Perkenalkan, Aku Bara.

Ini semua tentang kisah penyesalan dan dendam ku. Hal yang selama ini kuyakini ternyata semuanya semu. Karena pada akhirnya semua terbakar hangus oleh amarah ku. Congkaknya sikap telah membutakan segalanya. Kini, semua sudah terlambat. Semua harus kutelan dan yang tersisa hanya kehilangan.

Chapter 1 : Keluarga

Kisahku dimulai saat aku masih berumur 8 tahun sekitar tahun 90an. Kami tinggal di rumah tua di Jakarta peninggalan almarhum kakek. Ayah dari Ibuku.

Keluarga mungkin bagi kebanyakan orang adalah tempat yang hangat dan dipenuhi kasih sayang. Tapi tidak bagiku, keluarga hanyalah kebutuhan. Keluarga hanyalah alat untuk menempuh hidup. Apa artinya keluarga jika tidak pernah ada setiap aku pulang ke rumah? Memang harusnya aku dapat memaklumi Ibuku yang seorang single parent selalu bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupku juga. Ayah? Sudah tak usah ditanyakan lagi. Dia sudah bahagia mungkin menajalani hidupnya! Aku tak pernah tahu pasti apa yang membuat mereka berpisah. Tapi yang ku tahu ia tak pernah bertanggung jawab terhadapku dan kedua saudara ku lainnya.

Ibuku merupakan seorang buruh pabrik pakaian. Dengan gaji yang tak seberapa ia selalu berangkat di pagi hari sebelum matahari nampak jelas dan pulang di malam hari ketika matahari sudah terbenam. Tidak jarang di akhir pekan mendapatkan jatah lembur yang menurutnya lumayan. Lain hari jika libur, ia pasti kelelahan setelah berhari-hari kerja. Pasti bangun siang sekali. Meski aku tidak tega tapi bisa berkata apa? Saat itu aku hanyalah seorang anak Sekolah Dasar.

Aku punya 2 saudara. Kak Banyu dan Kak Windy. Kak Banyu adalah anak kedua saat itu berumur 13 tahun yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Sedangkan Kak Windy adalah  anak pertama 16 tahun sudah masuk SMA. Dan tentunya aku sendiri, Bara.

Kak Banyu adalah seorang yang berwatak keras dan selalu memarahiku bahkan dengan hal-hal kecil. Bahkan tidak jarang kami bertengkar hingga saling pukul. Tentu lebih banyak aku yang kalah dan menangis pada akhirnya. Terus terang, bagaimana kami bisa akur? Bahkan hanya untuk meminjam pensil saja dimarahi. Tidak boleh ada satupun barangnya yang boleh kusentuh.

Sedangkan Kak Windy seperti malaikat bagiku. Dia adalah orang yang selalu memahamiku. Tidak jarang mewujudkan keinginanku. Kak Windy memang orang yang berhati lembut. Tidak pernah tega melihatku menangis terlalu lama. Jangan salah, Kak Windy selain baik orangnya pun juga cantik. Karena banyak sekali teman laki-lakinya yang datang ke rumah.
Diubah oleh Budigufi 16-03-2018 15:54
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
2.7K
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan